Setahun lalu, kita benar-benar panik dengan melonjaknya kasus covid, sehingga berpengaruh pada gaya hidup kita sendiri. Tak hanya itu, perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang virus ini pun belum semelejit sekarang. Belum ada vaksin, anggapan tentang masker berubah-ubah, gejala yang dijelaskan pun berbeda-beda, dsb.
Dan saat ini, situasi seperti ini seakan terulang kembali—meski sudah dilengkapi vaksinasi, banyaknya sosialiasi, serta fasilitas yang mulai memadai. Angka covid melonjak jauh daripada setahun lalu. Per 3 Juli kemarin, angka kasus barunya mencapai 27 ribu lebih dan total kasus kematiannya dari awal hingga 3 Juli itu mencapai 60 ribuan jiwa. Innalillahi wa innailaihi rooji'un.
Setahun lalu, kita masih menemukan kasus-kasus covid yang diberitakan di wilayah besar, merujuk pada artis, pejabat, dsb, selalu ramai diperbincangkan. Kini, yang kutahu tiba-tiba muncul kabar ditelevisi bahwa public figure atau politisi dan pejabat itu meninggal karena covid—yang entah tidak tahu kabar kenanya sejak kapan karena tertutup dengan kasus-kasus yang tak kalah banyak dan penting.
Dulu kabar ramai itu menghiasi internet dan televisi karena faktor keterkenalan yang membuat "apa-apa" dari mereka diberitakan, terlebih tentang covid. Namun, saat ini, tak hanya mereka yang sering diberitakan, ucapan belasungkawa pun sudah mendarat di layar handphone masing-masing karena saudara, tetangga, teman, kerabat, dan keluarganya sendiri yang sudah meninggalkan kita lebih dulu karena covid.
Tak hanya kematian, kasus-kasus kekurangan oksigen pun tak kalah ramai. Banyak rumah sakit yang kehabisan tempat tidur untuk menampung warga-warga yang sakit. Banyak nakes yang berguguran karena lelah menghadapi situasi yang tak terkendali. Banyak yang juga memilih isolasi mandiri dan tak kuasa menolak mati. YaAllah, rasanya sedih sekali melihat kondisi belakangan ini. Jujur, aku sendiri merasa parno sekarang buat keluar rumah karena situasi ini.
Dear teman-teman,
Mari jaga kesehatan, ya. Harus berapa banyak jiwa pagi yang gugur untuk menyadarkan kita betapa bahayanya virus ini? Teman-teman, satu hal yang harus kita sadari bahwa kematian tidak hanya mengikuti orang-orang dewasa atau lansia saja. Covid ini membuktikan bahwa siapapun bisa mati karenanya. Untuk itu, mari kita persiapkan diri jika kita bagian dari kemungkinan terburuknya. Jangan sepelekan kematian karena kita harus setidaknya mempersiapkan apa yang akan dibawa nanti ke akhirat—yaitu amalan shaleh, doa-doa yang baik, dan semua kebaikan.
Tapi, Teman-teman, itu hanyalah kemungkinan terburuk, kok. Kabar baiknya, Allah juga menyiapkan jalan untuk mencegahnya. Mungkin ini yang bisa kita ikhtiarkan bersama-sama, yaitu menjaga jarak saat bertemu orang lain, mencuci tangan sesering mungkin, memakai masker atau double masker kalau bisa, tidak keluar rumah apabila tidak terlalu penting, dan menjaga kesehatan dengan mengonsumsi berbagai suplemen, vitamin, serta makanan yang sehat.
Mari kita ikhtiar menjaga diri dan jaga keluarga, ya. Jangan sampai kita kehilangan lagi orang-orang yang kita cintai. Aku berdoa semoga kita selalu dalam lindungan Allah, disehatkan selalu, dirajinkan ibadahnya, dan dijauhkan dari marabahaya. Aamiin..
Stay safe, ya. Stay healthy.