"Apa kausudah bangun? Maaf aku tidak bisa membangunkanmu, setelah kamu bangun dari tidur maka bergegaslah pergi ke kampus. Hati-hati di jalan, karena jalanan licin sehabis hujan, ttd Nufail."
Zaina melihat catatan kecil bertuliskan pesan tersebut dengan setangkai mawar merah di atas meja. Zaina yang baru bangun dari tidurnya tiba-tiba tersenyum melihat tingkah lucu Nufail. Zaina yang saat itu langsung merapikan diri kemudian bergegas pergi.
Sesampainya Nufail di kampus, ia mengajak Gio untuk makan siang sambil membawa buku bacaannya. Ya, lagi-lagi ia sedang membaca buku berjudul "Daun" milik Barli Arbani. Di perjalanan menuju kantin, Nufail sesekali melirik kanan dan kiri seperti mencari kehadiran seseorang.
"Hei, Nufail. Kamu sedang mencari siapa?" tanya Gio sambil menepuk bahu Nufail yang kekar.
"Tidak, aku tidak mencari siapa-siapa," jawaban Nufail membohongi Gio.
"Ah, aku tidak percaya! Jangan-jangan kamu sekarang sudah main perempuan ya?!" celetuk Gio.
"Hush! Apa apaan kamu, mulutnya dijaga kalau bicara," kata Nufail.
"Tapi benarkan?" kata Gio.
"Jangan ngaco kamu, Gi," kata Nufail.
Gio yang saat itu kebingunan seketika terdiam seperti tak ingin berdebat.
Seperti biasa, Gio yang memesan makanan sementara Nufail membaca buku sambil menunggu pesanan datang. Tiba-tiba, seorang anak kecil datang menghampiri Nufail.
"Ini kak, pesanan air minumnya," kata anak itu.
"Terima kasih... Hey, Salwa?" kata Nufail yang tiba-tiba kaget.
"Ih, kenapa sih harus bertemu kakak di sini, aku kan jadi malu," kata Salwa.
"Malu untuk apa?" tanya Nufail.
"Malu, karena ketemu kakak saat lagi berjualan seperti ini," kata Salwa sambil menundukkan kepalanya.
"Hey, dengarkan kakak. Berjualan itu halal loh, kita tidak perlu malu untuk itu," kata Nufail.
"Benarkah kak, kata siapa?" kata Salwa penasaran.
"Dalam hadist dan Alquran, perdagangan itu Allah halalkan Salwa, jadi kamu tidak perlu malu lagi ya," kata Nufail.
عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»
Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)
Tiba-tiba Gio datang membawa makanan, sedangkan Salwa kemudian pergi. Lalu dia keheranan karena Nufail begitu akrab dengan Salwa, anak penjual minuman di kantin kampusnya.
"Nufail, kamu kenal adik ini?" tanya Gio.
"Aku pernah bertemunya di dekat rumah," kata Nufail.
"Ah, yang benar saja. Rumahmu kan jauh dari sini," kata Gio.
"Memangnya kenapa?" tanya Nufail.
"Kau tau? Anak itu sering kulihat berjalan kaki ketika pulang dari sini, kukira rumahnya dekat," kata Gio.
"MasyaAllah. Masa?" tanya Nufail tak percaya.
"Nufail, kamu kenal adik ini?" tanya Gio.
"Aku pernah bertemunya di dekat rumah," kata Nufail.
"Ah, yang benar saja. Rumahmu kan jauh dari sini," kata Gio.
"Memangnya kenapa?" tanya Nufail.
"Kau tau? Anak itu sering kulihat berjalan kaki ketika pulang dari sini, kukira rumahnya dekat," kata Gio.
"MasyaAllah. Masa?" tanya Nufail tak percaya.
"Iya, kalau tidak percaya.. nanti sore kita lihat dia pulang. Kau pulang denganku ya," kata Gio.
"Baiklah," kata Nufail.
Setelah itu mereka makan.
---
Sore ini Gio dan Nufail pulang bersama. Kemudian mereka sengaja menunggu Salwa di depan kampus, berharap Salwa lewat dan bisa diikuti oleh mereka.
Namun tiba-tiba, Salwa pulang bersama seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah Misha, iyaa, yang kemarin datang ke rumah Nufail malam-malam.
"Sebentar, sepertinya aku kenal wanita itu," kata Gio.
"Dia Misha, anaknya sahabat uma," kata Nufail.
"Aku pernah bertemunya di apotek," kata Gio.
"Bentar, lalu mengapa mereka pulang bersama?" Tanya Nufail keheranan.
"Ayo kita ikutin," kata Gio.
Kemudian mereka mengikuti Salwa dan Misha.
Berhentilah kedua perempuan itu di depan rumah yang tak jauh dari rumah Nufail. Lalu Misha dan Salwa masuk ke rumah. Ditunggunya beberapa menit, ternyata Misha tak kunjung keluar.
"Jadi mereka satu keluarga?" Kata Nufail.
"Entahlah, tapi Salwa ini beruntung sekali punya kakak secantik dia," kata Gio sambil senyum senyum.
"Hey, kamu ini. Jaga pandanganmu!" Kata Nufail.
"Aku hanya bercanda... Hehe" kata Gio.
"Baiklah, aku pulang dulu, terima kasih sudah mengantarku pulang," kata Nufail.
"Baiklah, sama-sama," kata Gio.
Lalu Nufail pergi dan Gio membawa mobilnya dengan cepat.
Sesampainya Nufail di rumah, Nufail berniat untuk melanjutkan ceritanya bersama Uma. Tapi, sesampainya di rumah, Uma tidak ada. Ke mana, Uma?
--------------
Tunggu kelanjutan cerita ber-Serinya ya!