Ya, sebutlah dengan evaluasi. Hal itu membuat aku sadar bahwa evaluasi diri itu penting banget bagi kita yang mau berkembang ke arah yang lebih baik. Sebab apapun yang ada di masa lalu bisa kita jadikan pembelajaran penting untuk melangkah lebih baik.
Suatu kerandoman malam ini, aku jadi teringat. Ternyata, dulu aku keren juga, ya. Kenapa? Wkwkwk.
Karena waktu TK, aku percaya diri banget. Ikut lomba nari, lomba mewarnai, bahkan lomba mengaji. Beberapa kali aku jadi juaranya, tapi orang tuaku kecewa karena sekolahku tidak mengapresiasi hal kecil itu sebagai mana sekolah kakakku menghargai pencapaian kakakku.
Ya, akhirnya di SD aku pindah ke sekolah kakakku. Di sinilah aku mulai memaksimalkan potensiku di bidang seni. Waktu kelas satu, aku pernah takut masuk kelas karena gak pintar sosialisasi. Tapi, hal itu terbantahkan karena aku mulai diajak berteman dan selalu dicari di kelas karena menjadi orang paling rame.
Aku bangga dengan diriku saat itu. Aku bisa bangkit dari ketidakpercayadirianku. Dan saat beranjak besar, aku mulai berani mengambil hal-hal berisiko lainnya. Aku bisa bermain dengan teman laki-laki, aku mau jadi ketua grup pramuka, hingga memimpin jurit malam meskipun awalnya takut.
Tapi keberanianku itu membuatku terlihat kuat. Teman-temanku sempat segan padaku. Bahkan, ada yang iri hati karena melihat aku yang selalu ditunjuk sebagai ketua. Ya, sampai pernah sindir-sindiran atau bahkan dapat ejekan dari orang lain.
Namun, itu tak membuatku gentar. Aku tetap berusaha semaksimal mungkin untuk jadi yang terbaik versi diriku. Aku bahkan pernah menjadi siswa teladan, disukai banyak ikhwan, dijaili teman-teman, hingga menjadi salah seorang pembaca tasmi Al Quran saat khotmul. Ma shaa Allah, aku keren banget!
Saat masuk dunia SMP, aku memutuskan untuk hijrah. Aku mulai men-syar'ikan pakaianku, ibadahku, serta pergaulanku. Aku mulai membentuk pribadi yang jauh lebih baik dan membentuk image yang baru di masa-masa SMP-ku.
Hingga suatu ketika, aku sadar bahwa ternyata perubahanku ini tak menghalangi segala kesempatan untuk bertumbuh. Ya, aku tetap bisa berprestasi meski tidak di jalan yang sama. Tiba-tiba saja, aku ditunjuk sebagai ketua kelas di kelas 7, menjadi pemimpin upacara, menjadi kebanggan guru, hingga dipercaya menjadi perwakilan siswa yang menemani pelajar dari negeri tetangga.
Gak cuma di situ aja, aku bahkan dicalonin jadi ketua osis. Yaaa, walaupun baru jadi bakal calon, belum jadi calon hehehe. Tapi, aku tetap keren, bisa melewati itu semua dengan tenang. Aku juga hebat pernah menang lomba kaligrafi se-Bogor Raya. Hahaha padahal lawannya anak pesantren. Kok bisa ya aku menang?😂
Yang lebih gak nyangka lagi, aku bahkan pernah menjadi perwakilan sekolah untuk lomba hafalan juz 30 se-Jawa Barat. Aku juga bagian dari OSIS dan paskibraka, serta ditugaskan untuk ikut lomba resensi Bahasa Indonesia di Islamic Book Fair di Senayan kala itu.
Setelah lulus SMP, aku masuk ke dunia MAN yang membawa aku jauh berbeda 180°. Aku masih berprestasi, tapi aku juga dihantui berbagai masalah yang bertubi-tubi.
Aku masuk ke kelas X yang penuh drama; suka ada pencurian, 3 orang yang tiap minggu pingsan, guru pada marah-marah ke kelas kita, nilai pada jelek2, lomba apapun gak pernah menang, dan pokoknya kelas x adalah kelas paling berkesan tapiiiiii gak berkembang haha. Keren sih aku bisa bertahan jadi salah satu dari mereka.
Tapi, aku tetap keren karena bisa aktif di nasyid, bahkan pernah ikut lomba di tv! Dengan modal prestasi menang nasyid di Bogor2 aja wkwkw. Tapi, keren sih, di sini aku mulai berani lagi untuk.tampil, setelah sekian lama kayaknya agak terhambat dan culture shock. Oiya, aku juga jadi 10 besar di kelas X waktu itu.
Sayangnya, prestasi terakhir gak bertahan sampai kelas XI. Aku bahkan malah jadi 10 orang terburuk prestasi eksaknya. Nilaiku anjlok, pertemananku sempit, prestasiku terhimpit. Alias, aku jadi useless banget waktu itu. Tapi, aku belajar banyak di sini. Aku jadi composer lagu, jadi pemandu paduan suara di kelas, yang kasih konsep untuk resital seni budaya, daaann tetap berkarya di nasyid.
Ya, aku mulai paham bahwa passionku memang di luar eksak. Aku suka menulis, suka menggambar, suka organisasi, suka bernyanyi, suka mengulik lagu dan suka hal baru apalagi tentang kreativitas. Bagiku saat itu, eksak bukan lagi menjadi prioritasku. Dan aku bangga dengan apa yang aku tekuni hingga sekarang.
Aku juga suka bahasa Indonesia, itu menjadi buktiku bisa dapat nilai besar saat UN. Aku juga bangga deh bisa masuk kuliah jurusan IPS hanya dengan rapot anak IPA hahaha. Tentu gak ada yang kebetulan, semuanya sudah diatur Allah sedemikian rupa.
Aaaah kalau diingat-ingat, kayaknya masih banyak deh yang belum diceritakan di sini. Tapi, aku senang karena ternyata aku bisa berkembang pesat sejauh ini. Bahkan yang orang lain gak tau, aku sempat jatuh sejatuh-jatuhnya, dan seperti me-reset diriku sendiri waktu itu. Hingga sekarang, proses bangkit itu masih dilakukan.
Yaa... begitulah. Ternyata lebih sulit mempertahankan daripada mendapatkan. Sampai sekarang suka ngerasa malu dengan Aca yang dulu yang begitu percaya diri, berprestasi, suka tantangan dan ambisi, serta gak pernah takut mengambil suatu tindakan yang berisiko. Lihatlah Aca yang sekarang, udah beda sekali.
Tapi,.aku berharap Aca yang saat ini juga merupakan hasil terbaik dari proses yang pernah dilewati. Yang tentunya, akan selalu berkembang dan kembali ke arah dan jalan yang lebih baik lagi. Semangat ya. Buat kalian juga yang lagi evaluasi diri.
Seberapa sering kamu mengapresiasi dan evaluasi?