Pernah gak sih ngerasa kalau hidup kita kok isinya cuma nethink alias NegativeThinking terus? Kemudian, jadi berlebihan alias overthinking, sehingga bikin hidup kerasa gak nyaman atau bahkan menjadi menyedihkan. Ya, wajar sih, setiap orang pasti pernah ada masaya ngerasain ini. Nah, berdasarkan pengalaman, aku ingin mmebagikan nih tips agar kita merasa lebih baik dan bahagai dalam mengelola diri. Gimana tuh, Ca?
Ingat! Kita ini hidup di dunia gak sendirian. Jadi, kita gak bisa hidup sesuka hati semau gue. Kita hidup berdampingan dengan orang lain yang juga punya hak dan kepentingan yang sama di dunia; menikmati kebahagia, mencari pundi-pundi pahala, beribadah sebanyak mungkin, atau bahkan berfoya-foya.
Itulah mengapa kita gak bisa memandang sesuatu hanya dari sudut pandang kita sendiri. Alangkah lebih baiknya kita belajar untuk memandang sesuatu dengan berbagai kemungkinan, berbagai opini, berbagai pikiran, dan berbagai rasa laiinya di luar diri sendiri.
Mungkin kita kesal ketika seorang teman datang mengemis hartamu, meminta bantuan, dan merendahkan harga dirinya hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi, kadang—atau bahkan seringnya—kita gak bisa menempatkan diri sebagai dirinya. Apakah kita akan sama sedihnya ketika "orang yang kita anggap punya" itu tidak mau membantu kita? Tentu. Maka dari itu, ketika harta itu ada, jangan segan-segan untuk membantu.
Ketika sebuah masalah datang kepada seseorang lalu sikapnya berdampak pada kita—entah baik atau buruknya—kita tidak bisa menyalahkannya begitu saja. Coba pikir lebih jauh lagi. Bagaimana jika keadaan itu menimpa kota? Apa yang akan kita lakukan dan bagaimana perasaan kita ada di posisi yang sama? Mungkin bisa saja demikian. Sama seperti apa yang dirinya lakukan kepada kita.
Memikirkan beragam kemungkinan dan sudut pandang ini bagiku sangatlah menyenangkan. Entah kenapa rasanya selalu nyaman ketika bisa melatih pikiran untuk selalu berpikir yang baik-baik. Semakin lama dilatih, kemungkinan-kemungkinan baik lainnua akan muncul dengan sendirinya. Dan, ya, aku ngerasa hal ini sangat berguna untuk kesehatan mental seseorang.
Misalnya, ketika seseorang yang dahulu dekat denganmu tiba-tiba menghilang dan tak lagi membalas pesan. Lalu, apa yang akan kamu pikirkan?
Mungkin banyak orang yang akhirnya kecewa, meratapi kepergian yang tak berkabar, menghakimi dia, menjelek-jelekkannya, atau menggambarkan kesan buruk dalam cerita kehidupan kita. Tetapi, bagaimana jika kita mencoba untuk mempraktikkan metode ini?
Mungkin saja dia yang tak lagi membalas pesan memang sedang merehatkan pikirannya dari media sosial atau mungkin dia sedang mengurus keperluan penting lainnya yang akan segera ia selesaikan, kemudian dia akan mengabarkanmu tentang sebuah keberhasilan. Atau lagi, dia memang sudah tidak nyaman denganmu, sehingga Allah tunjukkan itu sebagai tanda bahwa kamu akan dihadirkan dengan sosok yang lebih pantas dan layak bersama kamu.
Contoh lain, ketika seseorang atau teman kita mengajak pergi keluar tetapi kita menolaknya dan membuatnya kecewa dan sakit hati. Ya, itu wajar. Coba bayangkan saja, siapa tau kita hanyalah satu-satunya orang yang dia ajak untuk pergi? Atau mungkin, dia sudah berusaha menghubungi teman lainnya untuk diajak pergi dan dia sudah kesekian kalinya ajakannya ditolak? Apa wajar saja ia sakit hati? Jelas. Itu tandanya kita yang sudah melukai hatinya. Jangan berpikir bahwa, "Kok gitu doang baper, sih?" Hei, kita gak pernah tahu hati dan kondisi seseorang seperti apa. Itulah pentingnya berpikir dari berbagai sudut pandang.
Coba deh, dibayangkan yang baik-baiknya. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Bukankah itu akan terdengar lebih menyenangkan? Ya.. Meskipun dari sekian banyak kemungkinan baik itu kita gak pernah tahu mana yang sebenarnya terjadi. Tapi, percaya deh, hal ini ngebantu diri agar selalu mikir positif, belajar ikhlas, husnudzon sama Allah, dan yang pasti jadi mendamaikan hati dan pikiran.