Operasi kemarin membuat saya tersadar bahwa kesehatan benar-benar mahal, lebih dari mahalnya obat bius dan waktu yang digunakan untuk operasi. Dari operasi itu saya berusaha untuk tidak pernah masuk rumah sakit lagi. Di satu sisi saya harus tersadar bahwa orang tua saya begitu cemas ketika saya harus masuk rumah sakit dan dioperasi, karena sebenarnya keluarga saya jarang sekali masuk rumah sakit, paling sesekali kontrol kalau ada gejala sesuatu, tidak pernah sampai di rawat atau dioperasi.
Hey,
Kali ini aku akan menulis tentangmu.
Bagaimana kabarmu? Baik kan? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, ya. Aamiin.
Kali ini aku akan menulis tentangmu.
Bagaimana kabarmu? Baik kan? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, ya. Aamiin.
Kau adalah teman yang baru saja kukenal, yaaa kurang lebih baru beberapa bulan kita saling mengenal. Kamu sangat jauh berbeda denganku, kalau aku dibilang aku ini pendiam, kita sebenarnya sama, kukira sih begitu saat pertama kali kita bertemu di tempat itu, apa kamu masih ingat? Ternyata setelah kita saling mengenal, kemampuanmu berkomunikasi kepada orang lain cukup mengagetkan firasatku. Ya, kamu pandai bicara. Tidak seperti aku. Kamu juga anak yang peduli akan akademiknya, kamu cerdas, dewasa, wawasanmu luas, beda denganku yang hanya 'iya-iya' aja di lingkunganku, hehe.
Hey, kamu sebenarnya hebat. Sudah kuakui dalam hatiku sejak beberapa hari kita bertemu, mungkin tanpa kamu ketahui. Kehebatanmu tampak sejak kamu memutuskan untuk mengambil langkah ini. Ya, langkah yang tidak semua orang sanggup untuk memikulnya. Langkah yang semua orang mungkin tidak sanggup untuk mengambilnya. Langkah yang tidak pendek dan sangat berisiko untuk masa depanmu. Hebat, aku sempat kaget ketika kamu muncul ke permukaan dengan rasa berani dan tanggung jawabmu itu.
Kau tau, aku sangat suka ketika kita bisa berbincang berdua. Sebab, berbicara denganmu melatih kefokusanku. Entah kenapa, suaramu sangat enak didengar. Apalagi ketika kamu mengajariku beberapa hal. Rasanya aku ingin selalu berlama-lama untuk berbicara. Sayangnya, saat saat seperti itu jarang sekali kita temukan atau jarang kita lakukan. Ayo kita lakukan lagi! Kapan-kapan, ayolah kita coba berbincang lewat telepon, untuk sekadar melepas rindu yang sama-sama tidak berani untuk diungkapkan. Hehehe.
Oiya, bagaimana dengan segala urusanmu? Apakah lancar-lancar saja, atau adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Ah, tak mungkin hanya sesuatu, pasti banyak. Marilah berbagi lagi ceritamu, aku ingin menyerapnsegala apaoun yang kamu rasa. Lihatlah, bola matamu tak bisa menyembunyikan itu semua. Setiap kali aku melihat matamu diam-diam, urat-uratnya menunjukkan guratan-guratan kelelahan. Bahkan raut wajahmu semakin lama berubah menjadi lebih lesu, tidak seperti sejak kita bertemu untuk pertama kali. Badanmu sudah tak lagi setegap dulu, saat beban beban belum ada di atas bahumu.
Hey, teman.
Kembalilah pada tempat tidurmu jika tubuhmu mulai lelah, kembalilah pada sajadahmu dan letakkan keningmu di atas sajadah, berdoalah, seperti yang aku lakukan saat aku mendoakanmu. Kembalikanlah senyummu sama seperti saat tak ada beban, kembalilah. Aku rindu kamu yang dulu, aku rindu senyummu yang pernah kulihat itu. Aku mohon, anggaplah keberadaanku dengan segala kebesaran hatimu. Aku ingin selalu menemanimu di setiap langkahmu, entah saat kita sama sama berduka dan sama sama bahagia, aku ingin kita selalu berbagi.
Kembalilah pada tempat tidurmu jika tubuhmu mulai lelah, kembalilah pada sajadahmu dan letakkan keningmu di atas sajadah, berdoalah, seperti yang aku lakukan saat aku mendoakanmu. Kembalikanlah senyummu sama seperti saat tak ada beban, kembalilah. Aku rindu kamu yang dulu, aku rindu senyummu yang pernah kulihat itu. Aku mohon, anggaplah keberadaanku dengan segala kebesaran hatimu. Aku ingin selalu menemanimu di setiap langkahmu, entah saat kita sama sama berduka dan sama sama bahagia, aku ingin kita selalu berbagi.
Hey, teman. Kamu hebat. Kamu kuat, segala pengorbanan, pikiran, tindakan, dan doa-doa yang kaulakukan kuyakin akan berbuah kesuksesan. Percayalah, sebentar lagi kita akan lihat semuanya. Allah akan selalu balas semua kebaikan seseorang, sekecil apapun kebaikan itu. Allah takkan pernah ingkar janji. Dan kamu akan menemukan jawaban-Nya di waktu yang terbaik. Semangatlah, aku ada dibelakangmu untuk selalu mendukungmu.
Hey, teman. Kembalilah.
Aku tau mungkin keadaan kita sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku yang sudah memulai kesalahan itu, kemudian aku sendiri yang menyiksanya dalam pikiranku. Lalu kamu berubah, tidak lagi ramah dengan keramahanmu dalam pesan singkat kita. Teman, maafkan aku. Tapi kumohon kembali padaku lalu kembali bercengkrama. Aku rindu cerita-cerita kita. Aku rindu saat kamu menghampiriku untuk sekadar berbincang sambil tertawa. Ah, rasanya ingin punya waktu berdua, untuk bisa mengembalikan semua rasa yang pernah ada.
Aku tau mungkin keadaan kita sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku yang sudah memulai kesalahan itu, kemudian aku sendiri yang menyiksanya dalam pikiranku. Lalu kamu berubah, tidak lagi ramah dengan keramahanmu dalam pesan singkat kita. Teman, maafkan aku. Tapi kumohon kembali padaku lalu kembali bercengkrama. Aku rindu cerita-cerita kita. Aku rindu saat kamu menghampiriku untuk sekadar berbincang sambil tertawa. Ah, rasanya ingin punya waktu berdua, untuk bisa mengembalikan semua rasa yang pernah ada.
Jadi, kapan kita bisa bersama lagi?
Kembalilah,
Aku lelah sendirian dengan cerita ini.
Jangan pergi,
Aku butuh kamu, teman.
Kembalilah,
Aku lelah sendirian dengan cerita ini.
Jangan pergi,
Aku butuh kamu, teman.
Kenapa saya bahas ini? Sebab ini adalah hal yang sekarang sering saya rasakan. Entah kenapa saya suka merasa saya ini payah, tidak seperti orang lain. Suka iri hati melihat orang yang lebih cantik, kaya harta, bisa makan enak setiap hari, jalan-jalan terus setiap liburan, dsb yang mengandung unsur duniawi. Ya, namanya juga manusia, pasti pernah kan mikir kayak gitu.
Pernah gak kamu doa sesuatu sama Allah dan minta untuk segera dikabulkan? Yaa, namanya doa pasti begitu sih ya, selalu pengennya dikabulkan. Namanya juga manusia, gak punya apa-apa, jadi minta segalanya sama Pemilik 'apa-apa'.
Memang beberapa hari lalu saya sempat ke rumah sakit untuk menjelaskan keluhan yang saya rasakan selama. Jadi, selama ini saya ada keluhan di bagian lengan kiri saya, yaaa sakit gitu deh. Terus, ternyata ada sesuatu yang menyebabkan saya harus dioperasi. Mungkin sebagian sudah mengetahui bahwa saya suka sakit perut, sebenarnya bukan itu masalah utama. Itu hanya refleksi dari rasa sakit saya terhadap lengan saya, yang gampang kelelahan sehingga membuat saya males makan dan akhirnya perutnya kambuh. Hehehe. Jadi gitu ya.
Sejak malam tadi, perasaan saya sungguh tidak tenang. Dokter menyuruh saya puasa sejak pukul 00.00 sampai besok waktunya operasi. Dikabarkan esok jam 06.00 saya harus sudah mengurus berkas di rumah sakit dan akan ada tindakan jam 10.00 WIB. Langsung lah saya siap-siap untuk keperluan operasi besok. Saya tidur jam setengah 12 malam, lalu saya bangun jam 1 pagi, bangun lagi jam 2 pagi, hingga akhirnya saya bangun jam 4.30. Benar-benar tidak nyenyak tidurku malam tadi.
Ini pertama kalinya saya harus masuk rumah sakit, tidak hanya diinfus tapi juga langsung di operasi. Wah, rasanya serem banget. Saya takut sekali, belum lagi ini pengalaman pertama yang saya belum pernah tau rasanya gimana. Sepanjang saya menunggu untuk operasi saya selalu mengucapkan kalimat-kalimat Allah. Benar-benar Allah menguji saya dan mengingatkan saya akan kematian. Masya Allah, saya jadikan apa yang terjadi hari ini adalah ajang bersyukur saya kepada Allah. Alhamdulillah.
Awalnya saya tidak bercerita kepada siapa pun karena saya tidak mau satu orang pun khawatir karena saya. Lalu saya memberitahukan beberapa teman di hari saya operasi, dan mereka turut mendoakan. Terima kasih. Walaupun sebenarnya ada harapan yang tidak dikabulkan oleh Allah, sehingga ketakutan saya bertambah sementara semangat saya berkurang saat itu juga, termasuk papa yang ternyata tidak bisa menemani saya operasi karena harus bekerja di tanggal merah seperti ini. Yasudahlah:(
Kamu tau gak, rasanya operasi itu sangaaaaaat aneh. Awalnya nih saya diinfus dulu kan, terus disuruh nunggu di ruang tunggu operasi. Beberapa menit kemudian, saya dipindahin lagi ke ruang operasi, ruangannya dingiiiiin banget. Terus, saya kan diatur tuh posisi tidurnya biar bisa operasi dengan lancar, tiba-tiba disuntikin cairan bius gitu ke infus saya, dingin banget rasanya sampe ke ujung rambut kerasa. Kata orang sunda mah ngebrigidig wkwkwk. Terus saya tiba-tiba antara sadar gak sadar.
Saat dioperasi saya merasakan apa yang dokter lakukan pada lengan saya, tapi gak merasa sakit. Saya mendengar semua yang mereka bincangkan, tapi dalam waktu yang bersamaan juga saya bermimpi tentang teman-teman saya. Tau gak, saya mimpi berdiri di ruangan yang serba putih, lalu ada lima teman saya yang mengelilingi saya dengan tatapan sinis. Mereka semua diam melihat saya, saya perhatikan satu per satu wajahnya tapi mereka tidak bicara. Di sana saya merasa takut kehilangan mereka, serius, takut banget. Di sana juga ada keluarga saya, sedang tersenyum melihat saya.
Kemudian dalam alam bawah sadar saya berpikir, "Apa saya udah meninggal ya?" Tapi di sisi lain saya masih mendengar perbincangan antara dokter dan suster yang melakukan operasi terhadap saya. Saya benar-benar diambang sadar dan tidak sadar. Serem banget. Huhuhu. Setelah itu dokter menepuk kaki saya berulang-ulang sambil berkata, "Mbak, sadar mbak, sudah selesai operasinya," lalu saya mendengar kata dokter itu dan sadar pukul 11.00. Tapi sayangnya kepala saya pusing sekali, seluruh badan saya juga kaku dan masih mati rasa, mata saya tidak bisa dibuka dan saya kesakitan. Alhasil saya tidak berhenti-hentinya menangis sampai sadar dan kembali pulih hehe.
MasyaAllah, Allah Maha Adil, mungkin ini giliran saya untuk merasakan masuk rumah sakit. Yaaa memang mungkin sebuah pembelajaran juga untuk saya agar tidak lagi menyepelekan penyakit sekecil apapun, hehee. Bismillah, kita hidup lebih sehat, aamiin.
------
Teruntuk Ayu dan Anita,
Terima kasih telah menemani mamaku menunggu aku operasi,
Sebagai ucapan terima kasih, kuizinkan kalian bertemu adikku tadi kan? hehe.
Terima kasih sudah hadir memberikan semangat untukku,
Terima kasih sudah sempat mau marah karena aku tidak memberitahu kalian lebih dulu,
Sebenarnya aku hanya tidak ingin kalian khawatir,
Terlebih aku tau hubungan kita bertiga sedang tidak baik-baik saja,
Tapi dengan sakitnya aku dan pertemuan kita tadi, semoga kita semakin terbuka lagi ya.
Jangan pernah takut untuk bercerita,
Aku selalu ada untuk menjadi telinga yang setia mendengar keluh kesah kalian.
Maaf karena sering menyembunyikan rasa sakit ini dari kalian,
Semoga setelah ini tidak ada lagi acara jenguk-jenguk ke rumah sakit,
Doakan aku untuk pemulihan ini ya!
Anita dan Ayu,
Terima kasih sudah belajar menjadi sahabat yang setia,
Bukan hanya selalu berbagi bahagia, tapi juga selalu ada saat temannya berduka,
Aku sangat berterima kasih kepada Allah karena telah memiliki teman sebaik kalian,
Terima kasih atas waktu dan pengorbanan selama ini, terutama untuk hari ini.
Padahal, aku tau pasti kalian punya agenda lain selain ke rumah sakit hanya untuk menunggu aku.
Terima kasih ya,
Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Berikan kesehatan kepada kita semua. Aamiin.
Awalnya saya tidak bercerita kepada siapa pun karena saya tidak mau satu orang pun khawatir karena saya. Lalu saya memberitahukan beberapa teman di hari saya operasi, dan mereka turut mendoakan. Terima kasih. Walaupun sebenarnya ada harapan yang tidak dikabulkan oleh Allah, sehingga ketakutan saya bertambah sementara semangat saya berkurang saat itu juga, termasuk papa yang ternyata tidak bisa menemani saya operasi karena harus bekerja di tanggal merah seperti ini. Yasudahlah:(
Kamu tau gak, rasanya operasi itu sangaaaaaat aneh. Awalnya nih saya diinfus dulu kan, terus disuruh nunggu di ruang tunggu operasi. Beberapa menit kemudian, saya dipindahin lagi ke ruang operasi, ruangannya dingiiiiin banget. Terus, saya kan diatur tuh posisi tidurnya biar bisa operasi dengan lancar, tiba-tiba disuntikin cairan bius gitu ke infus saya, dingin banget rasanya sampe ke ujung rambut kerasa. Kata orang sunda mah ngebrigidig wkwkwk. Terus saya tiba-tiba antara sadar gak sadar.
Saat dioperasi saya merasakan apa yang dokter lakukan pada lengan saya, tapi gak merasa sakit. Saya mendengar semua yang mereka bincangkan, tapi dalam waktu yang bersamaan juga saya bermimpi tentang teman-teman saya. Tau gak, saya mimpi berdiri di ruangan yang serba putih, lalu ada lima teman saya yang mengelilingi saya dengan tatapan sinis. Mereka semua diam melihat saya, saya perhatikan satu per satu wajahnya tapi mereka tidak bicara. Di sana saya merasa takut kehilangan mereka, serius, takut banget. Di sana juga ada keluarga saya, sedang tersenyum melihat saya.
Kemudian dalam alam bawah sadar saya berpikir, "Apa saya udah meninggal ya?" Tapi di sisi lain saya masih mendengar perbincangan antara dokter dan suster yang melakukan operasi terhadap saya. Saya benar-benar diambang sadar dan tidak sadar. Serem banget. Huhuhu. Setelah itu dokter menepuk kaki saya berulang-ulang sambil berkata, "Mbak, sadar mbak, sudah selesai operasinya," lalu saya mendengar kata dokter itu dan sadar pukul 11.00. Tapi sayangnya kepala saya pusing sekali, seluruh badan saya juga kaku dan masih mati rasa, mata saya tidak bisa dibuka dan saya kesakitan. Alhasil saya tidak berhenti-hentinya menangis sampai sadar dan kembali pulih hehe.
MasyaAllah, Allah Maha Adil, mungkin ini giliran saya untuk merasakan masuk rumah sakit. Yaaa memang mungkin sebuah pembelajaran juga untuk saya agar tidak lagi menyepelekan penyakit sekecil apapun, hehee. Bismillah, kita hidup lebih sehat, aamiin.
------
Teruntuk Ayu dan Anita,
Terima kasih telah menemani mamaku menunggu aku operasi,
Sebagai ucapan terima kasih, kuizinkan kalian bertemu adikku tadi kan? hehe.
Terima kasih sudah hadir memberikan semangat untukku,
Terima kasih sudah sempat mau marah karena aku tidak memberitahu kalian lebih dulu,
Sebenarnya aku hanya tidak ingin kalian khawatir,
Terlebih aku tau hubungan kita bertiga sedang tidak baik-baik saja,
Tapi dengan sakitnya aku dan pertemuan kita tadi, semoga kita semakin terbuka lagi ya.
Jangan pernah takut untuk bercerita,
Aku selalu ada untuk menjadi telinga yang setia mendengar keluh kesah kalian.
Maaf karena sering menyembunyikan rasa sakit ini dari kalian,
Semoga setelah ini tidak ada lagi acara jenguk-jenguk ke rumah sakit,
Doakan aku untuk pemulihan ini ya!
Anita dan Ayu,
Terima kasih sudah belajar menjadi sahabat yang setia,
Bukan hanya selalu berbagi bahagia, tapi juga selalu ada saat temannya berduka,
Aku sangat berterima kasih kepada Allah karena telah memiliki teman sebaik kalian,
Terima kasih atas waktu dan pengorbanan selama ini, terutama untuk hari ini.
Padahal, aku tau pasti kalian punya agenda lain selain ke rumah sakit hanya untuk menunggu aku.
Terima kasih ya,
Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Berikan kesehatan kepada kita semua. Aamiin.
Hari itu saya dan beberapa teman seorganisasi berkumpul di suatu tempat. Rencananya kami memang akan mengadakan pertemuan untuk membahas suatu kepentingan. Jumlah kehadiran pagi itu masih belum memenuhi ½n+1, akhirnya kami yang sudah datang lebih dulu harus menunggu beberapa teman yang belum datang.
Di Perpustakaan Universitas Indonesia kami menunggu. Sebagian orang asik berbincang dengan kawan sepermainannya, sementara yang lain sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Begitupun dengan saya yang asik mendengarkan teman-teman saya berbincang satu sama lain.
Tiba-tiba seorang laki-laki berumur datang menghampiri kami. Lalu beliau ikut bergabung dalam pembicaraan kami. Awalnya kami heran, siapa sih nih bapak-bapak, tiba-tiba ikut ngobrol padahal kenal aja enggak. Tapi terlihat dari gelagatnya saat memulai pembicaraan, saya rasa dia orang yang baik.
Tampaknya ia habis olahraga di sekitar perpustakaan dan danau. Terlihat dari celana training dan kaos berlogo UI yang dikenakannya saat itu. Tiba-tiba bapak itu bertanya, "Apa kalian tau sukses itu apa?"
Kemudian teman saya menjawab, "Meraih sesuatu yang kita harapkan mungkin, Pak?"
Ternyata jawaban itu salah, ia menertawakan jawaban-jawaban kami yang terlihat ngasal tanpa landasan.
Lalu bapak itu kembali bertanya, "Apakah orang tuamu pernah menanyakan arti sukses yang sesungguhnya?
"
Lalu seseorang menjawab, "Pernah, Pak."
Bapak itu kembali bertanya, "Jadi, apakah kamu sudah merasa sukses?"
Lalu kami semua diam. Sepertinya kita merasa bahwa kita belum sukses. Kenapa? Karena kita masih mendefinisikan bahwa sukses adalah meraih sesuatu yang kita harapkan. Sementara itu, harapan yang kita buat terlalu merujuk pada masa depan. Bukan begitu?
Contoh, saya berharap suatu saat saya bisa jadi orang kaya. Saya berharap saya bisa jadi penulis hebat. Berharap saya punya mobil, rumah, harta berlimpah, dan lain sebagainya. Sementara coba kita lihat, kita akan berpikir mungkin, apabila semua itu tercapai nanti di masa depan (saat kita dewasa) maka itulah sebuah arti kesuksesan. Mungkin sebagian berpikir demikian, 'kan?
Kemudian pemikiran kami itu disalahkan oleh bapak tersebut. Lalu kami bertanya, "Lantas, apa itu sukses pak?"
Bapak itu menjawab, "Sukses adalah saat kita bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita nikmati, dan dikelilingin orang orang yang kita sayangi."
Lalu kami mencoba menelaah perkataannya.
"Contoh, kamu kuliah di bidang jurnalistik, lalu kamu mendapat IP yang bagus, kamu bahagia, kamu menikmatinya, dan orang-orang disekitarmu juga merasakan hasilnya. Apa itu bisa disebut sukses?" lanjutnya.
"Iya juga ya, Pak," jawab kami sambil tersenyum.
Di dunia nyata,
Aku terlalu sibuk dengan duniaku,
Berpacu pada layar handphoneku,
Atau bahkan tak peduli dengan orang yang sedang berbicara padaku.
Tapi tahukah kamu,
Itu hanya sebagian kecilku mengalihkan arah mataku
Yang seharusnya tidak melihat semua tentangmu
Yang seharusnya tidak menatap matamu
Yang seharusnya tidak menyalahkanmu
Yang seharusnya tidak sakit karenamu
Aku terlalu sibuk dengan duniaku,
Berpacu pada layar handphoneku,
Atau bahkan tak peduli dengan orang yang sedang berbicara padaku.
Tapi tahukah kamu,
Itu hanya sebagian kecilku mengalihkan arah mataku
Yang seharusnya tidak melihat semua tentangmu
Yang seharusnya tidak menatap matamu
Yang seharusnya tidak menyalahkanmu
Yang seharusnya tidak sakit karenamu
Dunia nyata terlalu pedih,
Aku terlalu sering merasa perih,
Berpura-pura tidak peduli,
Padahal diam diam aku memendam semua di dalam hati
Dunia nyata terlalu keras untuk kuterima,
Wajahku hanya bisa tersenyum paksa,
Hati rapuhku tak mampu lagi berkata.
Entah,
Aku terlalu tidak sanggup melihatmu berlama-lama.
Aku terlalu sering merasa perih,
Berpura-pura tidak peduli,
Padahal diam diam aku memendam semua di dalam hati
Dunia nyata terlalu keras untuk kuterima,
Wajahku hanya bisa tersenyum paksa,
Hati rapuhku tak mampu lagi berkata.
Entah,
Aku terlalu tidak sanggup melihatmu berlama-lama.
Aku selalu bilang,
kamu yang tidak akan kuat,
Melihat semua tentangku yang kurasa sangat payah,
Tapi entah mengapa,
Kupikir aku yang tak akan kuat,
Bersabar,
Bertahan,
Bercanda,
Berpura-pura,
Tersenyum,
Terbahak-bahak,
Tertawa dengan semua yang menyakitkan.
Bukan karena aku sok kuat,
Tapi aku lebih peduli dengan orang lain.
kamu yang tidak akan kuat,
Melihat semua tentangku yang kurasa sangat payah,
Tapi entah mengapa,
Kupikir aku yang tak akan kuat,
Bersabar,
Bertahan,
Bercanda,
Berpura-pura,
Tersenyum,
Terbahak-bahak,
Tertawa dengan semua yang menyakitkan.
Bukan karena aku sok kuat,
Tapi aku lebih peduli dengan orang lain.
Entah, aku terlalu tidak egois untuk diriku sendiri
Semuanya selalu tentang orang lain
Aku hanya berusaha untuk kuat,
Walau kenyataannya tidak demikian.
Semuanya selalu tentang orang lain
Aku hanya berusaha untuk kuat,
Walau kenyataannya tidak demikian.
Hai, kenalan yuk!
Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!
Pengunjung
Isi Blogku~
SINIAR TEMAN CAHAYA
Followers
Postingan Populer
-
Semenjak berdua di rumah, aku merangkap beberapa peran untuk menjaga rumah. Sekarang, peranku bukan lagi hanya seorang anak, tetapi juga men...
-
Tahun 2024 adalah pesta demokrasi yang kedua kalinya aku ikuti. Rasanya baru kemarin memilih untuk pertama kalinya, sekarang sud...
-
Hai, Miliki Malaka. Terima kasih sudah membersamai perjalanan karierku kurang lebih 6 bulan ini. Aku tahu ini bukan waktu yang ...
-
Dear, Rahayu Bulan Suci. Untuk kesempatan kali ini, aku mau ngomong banyak hal ke kamu karena kemarin saat kamu menikah, aku ga...
-
Dalam penentuan sebuah karier, menurutku ini adalah titik pertamaku untuk bisa memulainya dengan serius. Aku tergabung dalam seb...
Categories
Artikel
7
Ber-Seri
13
Berseri
1
Cahaya
15
ceirtaku
1
Ceritaku
243
Cerpen
5
Cinta
69
Feature
3
Hidup
16
Inspirasi
38
Inspiratif
15
Islam
65
Karya
16
Kebaikan Berbagi
6
Keluarga
43
Kisah
39
Kisahku
19
Liburan
10
Menulis
5
Motivasi
110
Resep
1
Sajak
55
Suratan Fiksi
25
Teman
55
Tips
3
Tips dan Informasi
31
Zakat
2