Sering kali aku merasa bersalah sama mereka. Ya, kawan-kawan seperjuangan di GEMA. Sejak awal milih mereka, memang aku menyukainya. Terlebih menjadi seorang editor di sana sangat melatihku untuk bisa terus berkarya.
Tapi apa daya, saat itu aku dilema oleh dua pilihan yang berat. Satu himpunan, dan satu lagi GEMA. Mereka berdiri di ranah yang berbeda, dan dua duanya menurutku sangatlah penting. Aku bertekad untuk bisa membagi waktu antara keduanya. Namun, lagi lagi tak berjalan lancar, himpunan cukup mengikatku untuk terus aktif dan berkontribusi. Sementara sejak itu, GEMA mulai aku abaikan.
Bukan karena tak ada alasan aku mulai abai pada mereka. Tentu ini menjadi sesuatu yang berat untukku jika ingin memilih dari keduanya. Sebisa mungkin kusempatkan ke acara GEMA. Tapi lagi-lagi, himpunan selalu ada agenda di waktu yang sama, lebih urgent, lebih mengkhawatirkan.
Sejak saat itu, aku mulai kehilangan GEMA. Teman-teman dekat, agenda, keakraban, cerita, semua jarang lagi kudapat. Kondisi itulah yang membuatku semakin asing di sana, tak lagi ada untuk mereka ternyata membuatku merasa sangat bersalah. Aku pun mulai takut untuk mengakrabkan diri lagi kepada mereka. Ya, aku benar-benar asing.
Tapi, aku selalu bersyukur bisa ada di antara mereka. Mereka selalu menganggapku ada. Meski nyatanya kontribusiku jarang, bahkan tak ada. Mereka masih mengajakku untuk rapat, agenda, acara besar, dsb. Tapi berkali-kali pula, aku menyia-nyiakan kesempatan itu karena tak bisa ikut serta.
Di detik ini, jujur, aku sangat sedih. Kembali terputar memori saat aku merelakan mereka dan pergi dengan kesibukanku. Ya, berat sekali. Ketika grup GEMA berbunyi, mereka bersautan saling interaksi. Rasanya ingin sekali muncul dan ikut dalam canda tawa mereka, aku benar-benar rindu. Tapi, apalah dayaku yang kini tidak tahu apa apa.
Teruntuk teman GEMA-ku,
Sejujurnya aku sangat rindu. Aku tidak pernah menyalahkan himpunanku untuk merelakanmu, tapi aku hanya berusaha menjalani tanggung jawabku yang lebih besar di sana. Bukan berarti di GEMA tanggung jawabku kecil, tidak, bukan seperti itu. Hanya saja, kondisi saat itu benar-benar mendesakku untuk bekerja lebih giat. Maaf, karena telah mengecewakan. Menghilang tanpa kabar, seperti ada namun tiada. Rasanya ingin sekali bisa bercengkrama. Di sekret kecil pojok pusgiwa, beserta cerita dan ledekan serunya.
Tampaknya, GEMA semakin seru. Terlebih pasca Jourcamp yang kemarin tak sempat kuhadiri karena magang. Huft, sedih. Berkali-kali juga wisuda ga dateng, berkali-kali juga acara gak dateng, nyesel sendiri, kenapa kadang waktu seakan mempermainkan aku sehingga aku dihadapkan untuk memilih salah satunya. Dan lagi-lagi, GEMA yang selalu aku relakan. Maafkan aku, teman-teman.
Huh, cukup sakit rasanya menelan pahitnya keputusan aku sendiri. Setelah jauh berlalu, kini baru terasa kehilangannya. Bahkan, beberapa kali tak sengaja bertemu kawan GEMA, mereka tampak biasa saja. Kayaknya udah males sama orang seperti aku. Ah, sedih sekali.
Tapi yasudahlah, aku hanya ingin cerita.
Semoga GEMA semakin baik, ya. Aku banyak melihat peningkatan di sana. Terima kasih sudah pernah menerimaku ada, kuharap suatu saat aku kembali diterima, meski di waktu yang berbeda.
Salam rindu,
Aca.