Masih tentang lelaki yang sama, yaitu laki-laki yang sejak saat itu sudah merampas hati seorang perempuan lemah seperti aku. Perkara diberikan berbagai bentuk dukungan, perbincangan yang bermanfaat, sampai hadiah-hadiah sederhana ternyata bisa meluluhkan hati yang sudah lama tidak jatuh cinta. Entahlah, aku juga tidak mengerti kenapa bisa jatuh cinta dengannya.
Padahal, mungkin kedekatan kami kala itu hanya saling mengisi kekosongan. Bahkan, aku mungkin baru tahu satu per satu sifat manisnya yang bisa saja memang sudah melekat dalam dirinya. Jadi, perkara perlakuan manis yang dia tunjukkan di hadapanku hanya sebuah kebiasaan yang biasa ia lakukan, bukan hanya kepada aku, melainkan pada yang lain juga.
Awal mulanya, kita sama-sama saling menyapa setelah sekian lama hanya membisu dan saling kenal saja. Ya.. Pernah sih sesekali saling membalas komentar di media sosial. Lagi-lagi hanya sebatas teman yang saling memberi pendapat atau dukungan. Sebatas itu. Tetapi, ada suatu masa di mana kita sama-sama saling terbuka untuk bercengkerama lebih daripada biasanya.
Semula aku biasa saja. Bahkan tak pernah ada niatan untuk menaruh setiap kejadian ke dalam hati. Alias gak mau baper. Sudah beberapa tahun belakangan rasanya jatuh cinta bukan menjadi prioritasku dalam hidup. Tetapi, entah sejak kapan tepatnya aku mulai lagi merasakan hal itu. Aku juga tidak tahu apakah rasa ini aku rasakan sendirian atau dia juga merasakannya.
Tak berlangsung lama, tiba-tiba keadaan benar-benar berubah. Ada satu hal yang membuat kita salah paham, sehingga aku tak lagi menerima notifikasi komentar darinya. Sedih, benar-benar sesedih-sedihnya. Aku merasakan jatuh cinta yang cepat dan patah hati yang sangat instan saat itu.
Sejak saat itu kita benar-benar terlihat asing. Sesekali aku masih berusaha untuk mencairkan suasana, bahkan meminta maaf atas sebuah kesalahan yang aku lakukan. Namun, hal itu itdak mengubah kecanggungan kita. Alhasil, sampai detik ini aku masih merasa kita belum baik-baik saja.
Tentang hal ini sebenarnya aku tak mau lagi ambil pusing. Bahkan aku beberapa kali sengaja melupakannya agar tak lagi menaruh harap pada seseorang yang mungkin saja tidak membalas perasaanku. Aku hanya terbalut pada perasaan yang sudah terbawa pada intensitas percakapan yang kita lakukan saat itu.
Namun, aku juga tidak munafik. Hampir setiap hari aku mendoakan dirinya karena aku tahu Allah hanyalah satu-satunya tempat berharap. Apalagi ketika kita tidak bisa lagi mengendalikan hati manusia. Pada dasarnya, memang manusia tidak kuasa atas hal itu. Itulah mengapa aku menggantungkan segalanya kepada Allah, biar Allah saja yang berkehendak dan membolak-balikkan hatinya.
Dari situ aku meyakini bahwa Allah tak pernah memberikan segala sesuatu sia-sia, termasuk perasaan yang dititipkan-Nya ini. Entah itu datang hanya untuk pembelajaran atau justru akan ada akhir yang nantinya harus aku jalankan. Wallahu'alam. Aku yakin Allah selalu punya akhir terbaik.
Sejak saat itu aku merasa nyaman dengan kesendirian. Meski sesekali merindukannya, tetapi dengan berdoa itu aku selalu merasa tenang. Jujur, perasaan itu selalu datang dan pergi tak karuan. Sesekali aku melupakannya, sesekali lagi aku merasa kembali menyukainya. Padahal, hubungan kami pun tak mengalami perkembangan.
Mungkin itu yang namanya perasaan. Kita gak bisa mengatur kapan dia harus pergi dan datang. Aku juga tak pernah menyalahkan kenapa perasaan ini menghinggapi hatiku, padahal dia pun tak menunjukkan balasan. Namun, setiap ditanya siapa orang yang aku suka (oleh teman-teman), aku masih menjawab dengan namanya.
Teruntuk kamu, yang mungkin saja membaca postingan ini, aku tidak pernah berharap banyak. Meskipun sesekali sering berkhayal tentangmu, tetapi dalam waktu dekat yang aku inginkan hanyalah hubungan baik denganmu lagi sebagai teman. Ya, hanya sebagai teman saja aku sudah senang. Apalagi kalau kamu mau menganggap lebih, mungkin rasanya tak perlu aku jelaskan.
Tapi, mungkin saja kamu gak baca postingan ini, gapapa. Aku hanya ingin mengutarakan perasaan hati yang mungkin selalu tertahan dan tak bisa diceritakan kepada orang-orang sembarangan. Karena perkara perasaan bukanlah satu hal yang main-main bagiku sekarang. Mungkin saja perasaan ini hanya perasaan sesaat, aku tidak tahu.
Yang jelas, kini doaku sudah berubah. Kalau saja kita bukan ditakdirkan sebagai jodoh, aku berharap Allah akan menjodohkan kita dengan orang-orang terbaik pilihan-Nya. Aku juga selalu mendoakanmu agar senantiasa sehat dan bahagia selalu. Semoga juga Allah selalu melindungimu dari apapun.