Suatu hari di bulan Ramadan, aku menghadiri sebuah kajian online yang diadakan oleh sebuah komunitas di Indonesia. Lantas, pematerinya tidak main-main, yaitu salah seorang Ustadz terkenal yang luar biasa. Mungkin kali ini tak perlu kusebut namanya.
Pembawaannya yang tenang dan berwibawa membuatku serius memperhatikannya dari layar handphone. Sambil menyimak ucapannya, kutuliskan juga hal-hal penting pada catatanku. Saat itu, Alhamdulillah kajian menjelang berbuka itu terasa syahdu.
Namun, menjelang kajian berakhir, tiba-tiba hal mengejutkan terjadi. Entah dari mana asalnya, penyusup tak beradab seketika datang mengacaukan acara.
Qadarullah, tiba-tiba ada seseorang yang berani membagikan layarnya di forum yang sedang berjalan. Padahal, Ustadz ini sedang tidak membagikan slide seperti kajian pada umumnya. Beliau hanya berbicara saat menyampaikan materinya. Parahnya, orang tak dikenal ini menampilkan video tak senonoh di hadapan peserta, panitia, serta Ustadz kala itu.
"Maaf, panitia. Sepertinya ada gangguan, ya?" tanya Ustadz tersebut, sembari kulihat tangannya menutup layar handphone-nya—seperti menghindari tatapannya dari video itu.
Ya, sama seperti yang aku lakukan saat melihat video menjijikkan itu. Tiba-tiba, kolom chat pun diisi dengan ucapan beberapa orang dengan bahasa-bahasa yang tidak kami mengerti, bukan bahasa Indonesia sepertinya. Entah ini dilakukan secara sengaja atau memang tidak disengaja.
Kukira kejadian itu adalah bentuk virus yang merajalela. Tapi, masa iya virus itu bisa masuk ke dalam ruang zoom meeting? Pikiranku mengacau. Entahlah apa yang terjadi. Kemudian, panitia segera menangani dengan mengeluarkan orang-orang yang tak berkepentingan itu.
Kemudian, dengan profesional, Ustadz tersebut melanjutkan bahasan. Baru beberapa menit kembali damai, tiba-tiba datang lagi si penyusup tak beradab itu. Ia datang dengan modus yang sama dan memutar video lainnya.
"Ada gangguan lagi, ya?" tanya Ustadz itu, dengan pasang muka yang khawatir.
"Mohon maaf, Ustadz, segera kami tangani," jawab seorang panitia.
Kemudian, keadaan hening kembali. Aku ikut memperhatikan siapa saja yang hadir di ruangan online tersebut. Tampaknya memang ada beberapa nama asing yang mencurigakan di sana.
Tak lama, kajian kembali dimulai. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Di tengah-tengah peserta yang seluruhnya mengaktifkan mode mute audio, seketika ada yang meng-unmute microfonnya.
"Kafir.. Kafiir..," ucap seseorang yang terdengar sayup-sayup di antara pembicaraan Ustadz tersebut yang sedang melanjutkan kajiannya.
Singkat cerita, sang Ustadz diminta mempercepat materinya. Kemudian, panitia menghilangkan sesi tanya jawab agar acara segera selesai. Lalu, acara berakhir pada waktu yang lebih cepat dari jadwalnya.
.
.
Astaghfirulah. Kejadian ini benar-benar di luar dugaan. Sepertinya ada setan yang lolos dari penjagaan di bulan Ramadan. Baru pertama kali menghadiri kajian yang dibajak begitu. Membekasnya luar biasa, terlebih karena video yang tidak sengaja terlihat itu..😥
Mungkin itu salah satu bentuk perjuangan di jalan dakwah. Ada banyak rintangan yang mungkin gak pernah kita bayangkan sebelumnya. Wabilkhusus kepada sang Ustadz yang bisa jadi ini pengalaman yang seringkali ia temui dalam dakwahnya. Dan bisa jadi, bentuk gangguan yang satu ini baru pertama kali dialaminya.
YaAllah, entahlah apa motif orang-orang jahat seperti itu. Rasanya sangat biadab sekali mengacaukan ibadah dan juga kegiatan baik orang lain. Padahal, bulan Ramadan adalah bulan mulia dalam memperbanyak kebaikan. Ternyata masih banyak yang menyia-nyiakannya dengan tindakan buruk seperti itu. Subhanallah 😔
Semoga kita dijauhi dari sifat-sifat buruk dan selalu dilindungi oleh Allah Swt, ya. Aamiin yaRabbal'alamin. Semangat menggapai kemuliaan di 10 malam terakhir Ramadan. Mari bersihkan diri dan sucikan hati dan menggapai Lailatul Qadr, aamiin🧡🙏