Nak, izinkan ibu menuliskan surat terbuka untukmu, yang kelak akan lahir dari rahim ibumu yang tidak sempurna ini.
Hari ini, aku sedang proses memulihkan energi setelah 3 hari kemarin menjalani satu tugas yang cukup berat, Nak. Kondisi tubuhku sedang down, bahkan beberapa kali rasanya ingin muntah. Tapi aku harus kuat, Nak, sebab aku ingin anakku lahir dari ibu yang tegar dan kuat, agar dirimu bisa lebih kuat daripada aku, hehe.
Jadi, ceritanya selama tiga hari kemarin aku diamanahkan untuk turut andil dalam pembuatan video bahan ajar dari Dirjen Diksi. Bagiku, amanah ini sangatlah besar. Terlebih, ada keraguan dalam diri ini yang rasanya tak percaya diri untuk melakukannya.
Namun, di sisi lain, aku tidak bisa menolaknya. Aku percaya bahwa seberat apapun sesuatu yang Allah berikan, itu artinya Dia percaya bahwa diriku kuat dan mampu melewatinya. Mungkin aku saja yang terlalu tidak percaya diri, sehingga banyak ketakutan yang luar biasa sebelum menjalani semua ini.
Dalam proses pembuatan video ini, sebenarnya banyak hal yang menghambat perjalananku. Kamu tahu, Nak, di antara 3 teman satu tim yang lain, hanya aku yang rumahnya jauh dari lokasi syuting. Hari pertama, aku harus berangkat pagi buta untuk sampai di lokasi pukul 8. Setelahnya, aku pulang ke rumah pukul 22.30. Betapa lelahnya aku hari itu, Nak. Pagi berikutnya aku juga harus berangkat lebih pagi dan memilih untuk menginap bersama timku di lokasi syuting, demi menghindari pulang yang akan larut malam lagi.
Di hari terakhir, ternyata lebih berat, Nak. Aku ini alergi dingin, selain akan timbulnya bercak merah-merah di kulit, batuk-batuk juga seringkali mengganggu ketika alergi sedang muncul. Bekerja 3 hari nonstop di bawah dinginnya AC membuatku bekerja tidak maksimal. Keadaanku tidak fit, sayang. Benar-benar saat itu aku ingin mengeluh, tapi entah kepada siapa.
Semuanya terlihat baik-baik saja, tetapi diriku benar-benar merasa tidak baik. Bahkan selama syuting berlangsung, aku lebih banyak diam dan mengambil pekerjaan-pekerjaan ringan daripada teman-teman. Selain karena kondisi tubuh, aku juga tidak terlalu mahir dalam memainkan kamera. Sehingga, aku merasa tidak enak dengan teman-teman yang usahanya sungguh luar biasa itu, Nak. Sementara aku cuma banti ala kadarnya. Malu sebenarnya, huhu.
Tapi, tahukah kamu, selama 3 hari lalu, ibumu ini sungguh mendapat banyak kebaikan di balik semuanya. Aku sadar bahwa Allah memberikan kesempatan padaku untuk belajar hal baru tentang videografi. Aku juga sadar bahwa Dia mengizinkanku untuk berjuang, mencari kolega baru dan pengalaman luar biasa bersama orang-orang profesional. MasyaAllah. Aku, tim, dan rekan-rekan lainnya juga diberikan dana insentif yang mungkin di luar perkiraan kami.
Nak, kalau suatu saat nanti kamu merasakan hal yang sama seperti aku, ingatlah ceritaku ini. Bulatkan niatmu, jangan pernah takut mencoba, dan jangan pernah mengharap "imbalan" lebih dari apapun, selain mendapatkan rasa ikhlas dalam bekerja yang harus kamu tujukan kepada Allah SWT, ya. Sebab, jika kita mengandalkan Allah dalam setiap langkah, akan ada hasil yang baik dari sebuah perjuangan, Nak.
Aku bahkan tidak pernah berharap bayaran yang besar untuk hal ini, diberikan kesempatan seperti ini saja sudah Alhamdulillah. Dan MasyaAllah nya ya, Sayang, aku bisa pulang membawa uang. Dan aku melihat betapa bahagianya kedua orang tuaku melihat aku membawa hasil dari perjuanganku."Nah, gini bagus, belajar cari uang sendiri," ucap Papaku malam itu, saat perjalanan menuju rumah.
Ya, Allah kasih hasil yang luar biasa sekali. Senyum dari orang tua yang menyambut anaknya kembali dengan kabar bahagia tentu lebih dari segalanya, Nak. Aku juga senang ketika mereka bahagia, aku semakin bersemangat bisa melanjutkan perjuangan lainnya demi melihat bahagia dari cahaya mata keduanya.
Nak, jika suatu saat nanti kamu tumbuh besar, aku selalu berharap bisa menjadi saksi dalam perjuanganmu menuju sukses. Inilah perjuangan hidup, Nak. Banyak hal yang tak terduga terjadi begitu saja. Ada yang baik dan terang-terangan datang padamu, adapula kebaikan yang tersembunyi di balik keragu-raguan. Intinya, semua pasti ada kebaikannya, Nak, dan kamu akan menemukannya di balik rintangan yang akan kamu hadapi. Mungkin pada zamanmu nanti rintangannya akan lebih berat dari yang aku rasakan ini. Tentu, kamu perlu keimanan yang kuat agar bisa terus menyandarkan diri kepada Allah, ya.
Mungkin sekian saja cerita perjuanganku mencari sesuap nasi di masa pandemi ini. Semoga bisa menjadi penyemangatmu, ya.