Kali ini aku ingin berkisah tentang beberapa bulanku bersama HMGP Kabinet Aktif. Selasa, tepatnya 30 Juli 2019 lalu, kami resmi pamit undur diri dari jabatan. Ya, meski kutahu kita masih keluarga, tapi rasanya berat meninggalkan mereka, temen-temen HMGP Aktif.
Perjalananku di HMGP Aktif juga gak mudah. Itulah kayaknya yang bikin aku sulit melupakan momen-momen perjuangan ini. Boleh ya cerita sedikit..
Jadi, awal mulanya aku ini dulu seorang staf kurang aktif di HMGP sebelumnya, yaitu Kabinet KITA. Menjadi staf kestari yang pasif membuat aku sedikit ketinggalan dari ketiga temanku yang aktif; Devi, Renna, dan Hanna. Setelah menjabat antara ada dan tiada di sana, aku memutuskan untuk tidak lanjut berada di HMGP.
Setelah memutuskan tidak lanjut, terbitlah open recquitment BPH HMGP Kabinet Aktif. Jelas, aku tidak peduli. Sebab aku memang tidak ingin lanjut. Sempat terlintas untuk pindah ke MPM--karena dulu sempet jadi MPK di sekolah--tapi rasanya tugasnya akan semakin berat, dan mana mungkin seorang staf pasif bisa naik ke MPM? hahaha, tau diri.
Kemudian aku bertekad untuk mempersibuk diri di luar saja. Ya, gak deh ikut organisasi di jurusan. Males. Takut gak nyaman lagi, hehe. Tapi suatu ketika, Basma dan Anita (wakahim dan MPM Distrikku) ngajak aku untuk ikut lagi ke HMGP. ups, males amat. Oiya, aku ada sedikit cerita.
Jadi, ceritanya aku sama Anita dulu berniat untuk ga lanjut organsasi apapun. Bahkan ketika aku punya niat masuk MPM, dia bilang ke aku "Udah, gausah dipaksain." Oke, dia salah satu orang yang bikin aku untuk mengurungkan niat. Dan kalian tau apa? Anita berkhianat! Wkwk, dia yang tiba-tiba malah maju jadi MPM. sebel gak si? Pasti, aku dan Anita sempet berantem saat itu. Diem-dieman, dan saat dia minta ttd dukungan jadi MPM, aku gak kasih. Hahaha, habisnya sebel banget.
Udah tuh, dari sana aku sebel sama dia. Jadi, saat Basma dan Anita bujuk aku, aku males dong. Dalam pikiran aku, "Duh, males amat sih sama Anita. Katanya gamau lanjut apa-apa, katanya aku gaboleh jadi MPM, eh dia malah lanjut sendiri dan tiba-tiba jadi MPM lagi," wkwkwk. aku jadi males. Sampai akhirnya aku beranikan diri untuk nolak. Ya, aku nolak untuk daftar jadi BPH di HMGP Aktif.
Anita mulai capek ngebujuk aku. Kemudian, sampailah aku di waktu berkenalan sama Bagas dan dia ikut bujuk aku. Haduh, jangankan masuk HMGP deh, waktu itu Bagas aja aku gak kenal siapa. Wkwkw. Kenal sih, cuma.... ya gitu lah dulu kita sama-sama gak aktif di HMGP KITA, jadi agak awkward gitu pas dia ngebujuk aku. Hingga tibalah aku ditawarin buat jadi BPH Rohis, dan langsung dikenalin sama Dhallul, yang katanya saat itu digadang-gangkan menjadi Ketua Departemen Kerohanian Islam a.k.a Rohis.
Rohis?
What. Seumur hidup aku gak pernah ikutan rohis. Bingung? Pasti. Mau masuk HMGP aja masih mikir-mikir, apalagi ngambil keputusan untuk pindah departemen. Berat banget sih pilihan waktu itu. Rasanya aku bener-bener gak tau apa-apa di Rohis dan bingung harus nerima atau gimana. Tapi, suatu ketika Bagas dan Basma mengingatkan aku tentang mulianya hati seseorang yang berjuang di jalan Allah. Nah, itu sih yang bikin aku mau masuk rohis.
Pertama, memang rohis adalah salah satu jalan terberat yang mungkin gak semua orang mau berada di sana. Apalagi di zaman sekarang, memperjuangkan agama Allah itu menjadi sesuatu yang sulit di tengah maraknya perkembangan dunia yang semakin kacau. Menurutku, dengan aku ikut Rohis, aku bisa memperjuangkan agamaku di sana. Ya, bukan sekadar karena HMGP, tapi karena Allah.
Jujur, untuk masuk HMGP itu berat. Udah banyak pikiran negatif yang tertanam karena kabinet sebelumnya,
"Kalau aku gak nyaman lagi gimana?"
"Kalau aku tiba-tiba gak aktif gimana?"
"Kalau aku nanti dapet rekan kerja yang gaenak gimana?"
Ah, banyak sih pikiran-pikiran itu.
Tapi lagi-lagi aku meluruskan niat, aku masuk HMGP ini bukan karena Bagas dan Basma, atau juga karena Anita. Tapi karena aku ingin berjuang di jalan Allah, dengan cara masuk di Departemen Rohis. "Bismillah," kataku kala itu.
Benar saja, Rohis memang bukan jalan yang mudah. Beradaptasi merupakan hal yang sangat sulit aku lakukan apalagi dengan kawan-kawan baru. Dhallul dan Irvan adalah rekan kerja laki-laki yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Ah, sulit sekali bekerja bersama dua lelaki itu. Selain banyaknya berbeda pandangan karena gender, karakter mereka juga sangat jauh berbeda sehingga membuat aku kadang-kadang tidak tahan dibuatnya. Iya, cekcok terus. Dhallul yang terlalu sabar ditambah dengan Irvan yang terlalu menyebalkan. Dan aku? Hanya satu-satunya perempuan di tengah tengah mereka yang suka kebingungan.
Tapi, aku menemukan satu titik di mana aku merasa bersyukur ada di tengah-tengah mereka. Walaupun pernah dibuat nangis Dhallul di awal periode, terus Irvan ilang-ilangan karena sibuk berbisnis sendiri, belum lagi ditinggal datang dan pergi sama staf-staf yang membuatku tidak yakin dengan mereka. Tapi, lagi-lagi di tengah perasaan seperti itu, aku ingat kembali niatku masuk HMGP, ya, semua aku lakuin untuk Allah. Karena Allah, dan cuma untuk Allah.
Beberapa bulan berlalu; agenda, proker, semua sudah terlaksana. Ya, capek banget. Selalu pulang sore atau malam dan menjadi korban desak-desakan di kereta arah Bogor. Selalu. Tapi itulah yang akan selalu kuingat semasa ada di HMGP Aktif. Jujur, Bagas dan Basma sudah sukses merangkul kita semua--walaupun pasti ada kekurangan--tapi semua itu tertutupi dengan hebat dan baik hatinya mereka. Barakallahufiikum.
Teruntuk Bagas dan Basma,
Jika kalian lihat postingan ini, maka aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Kalian telah menjadi perantara kedekatanku dengan-Nya. Menjadi perantaraku untuk bisa berjuang di Rohis, dan kalian telah menyemangatiku sebelum terjun ke sana. Makasih banyak ya, Buzz, Gas.
Bagas, selamat berjuang di ranah yang baru. Perjuanganmu ternyata lebih hebat, pastinya rintangan akan lebih melekat dalam jiwamu. Kamu tak pernah puas untuk menyenangkan dan membantu hati banyak orang. Kamu hebat, terima kasih untuk semua yang ada di HMGP Aktif, dan semangat untuk di BEM Sejuta Cintanya. Jangan lupakan kami, ya.
Basma, terima kasih sudah selalu perhatian kepada kami, terlebih kepadaku yang selalu saja kelelahan, sakit, mengeluh, dan butuh semangat. Kamu orang pertama yang selalu menjadi moodbooster segala masalahku apalagi mengenai HMGP. Kamu suka anter aku ke stasiun, kamu suka marahin aku kalau dideketin cowok, kamu yang suka ingetin aku kalau aku salah. Kamu juga suka cerita tentang beruang lucu, dan begitupun aku yang suka berbagi kegelian yang aku alami. Heheh. Semangat terus ya, Basma. Aku sayang kamu. Semoga kita dipertemukan lagi di lain kesempatan. Jangan lupakan aku, yang dulu kelasnya di depan kelasmu. Gak tau deh kalo semester 5 hehe.
Teruntuk teman-teman Rohis,
makasih loh atas semua perjuangan yang kalian kasih. Meskipun kita tau banyak banget rintangannya. Tapi, percayalah, berjuang di jalan Allah itu gak ada ruginya. Semoga perjuangan kita diterima Allah ya. Jangan bosan untuk menebarkan cahaya kebaikan pada siapapun. Cahaya islam tidak boleh padam, dan cerahnya wajah seorang muslim tidak boleh meredup. Tetaplah menjadi insan yang bermanfaat, tidak hanya untuk jurusanmu, kampusmu, temanmu, keluargamu, tapi juga untuk agamamu. Semangat terus berjuang di jalan Allah.
Teruntuk Anita dan Ayu,
terima kasih ya atas dukungannya selama ini. Selama di HMGP, kalian yang selalu denger cerita aku. Bahkan, bukan sekadar tentang HMGP, melainkan tentang seluruh perjalananku dan cerita cerita kehidupan kita. Makasih sudah menjadi telinga yang tahan mendengar keluh kesah, terima kasih sudah mau berjuang sama-sama. Terima kasih sudah mau antar aku ke stasiun setiap habis rapat, jangan pernah bosan ya menjadi temanku. Hehehe. Meski banyak hal yang berbeda dari kita, tapi terima kasih sudah mau bertahan meski tak jarang kita berantem hehe. Semangat terus buat ke depannya, terkhusus kepada Anita yang mau berjuang lebih lama untuk kampus tercinta. Semangat ya :)
Teruntuk teman-teman HMGP yang lain,
terima kasih atas dedikasinya selama ini. Senang bisa nyaman bersama kalian. Kita akan selalu jadi keluarga kan? Tentunya. Jangan lupa untuk selalu bermanfaat ya. Selamat berjuang di jalan masing-masing. Semoga Allah selalu melindungi kita semua, aamiin.
Salam,
Dari si Penebar Cahaya.
Nurnafisah
Jangan rindu, berat. hehe. I love you, guys.