Ilustrasi Coklat dan Surat/Pinterest |
Pagi itu, suasana sekolah begitu hangat oleh sinar matahari yang menyelimuti. Murid- murid meramaikan suasana sekolah dengan obrolan hangat bersama temannya. Tak sedikit murid yang menyapa guru-guru dengan sapaan selamat pagi. Itulah kegiatan rutin di sekolah tersebut sebelum bel berbunyi dengan lantang.
Hati yang senang dan bahagia menghiasi pagi itu, Rasya siap berangkat sekolah dengan angkot sebagai alat transportasi yang menghubungkan rumah dan sekolahnya. Kini dia masuk kelas 5 SD, masih kecil mungkin, tapi pada masa ini adalah dimana masa kanak-kanak akan tenggelam dan tergantikan oleh masa remaja.
Ya, pubertas. Masa pubertas memang identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan lawan jenis. Dalam proses itulah pola pikir kanak-kanak akan diuji coba kedewasaannya. Tak hanya pola berfikir saja yang diuji, tapi hati dan perbuatan akan selalu dilihat oleh Allah, apalagi kalau sudah menginjak usia remaja, semua dosa dan segala halnya harus dipertanggung jawabkan sendiri.
Hari itu, Rasya datang tepat waktu, ia selalu datang 30 menit sebelum bel berbunyi. Terkadang sekolah memang masih tampak sepi, tapi dengan datang pagi, Rasya bisa selalu absen dengan kehadiran pertama di kelasnya. Tak lama setelah Rasya datang, satu persatu temannya datang dan segera memasuki kelas. Saat itulah 5C lengkap dengan seluruh penghuninya, termasuk walikelas tercinta, Bu Nita.
Bel berbunyi tepat ketika jarum pendek menunjuk diantara angka 7 dan 8, sedangkan jarum panjangnya mengarah tepat ditengah angka 6. Ya, gerbang sekolah ditutup pukul 7.30 WIB. Rasya dan teman sekelasnya segera berbaris didepan kelas dan berikrar.
“Siaaap gerak! Lencang depaaaan, gerak! Tegaaaaak, gerak!” Ketua kelas berteriak lantang menyiapkan barisan, kemudian disambung dengan ikrar syahadat.
“Ikrar Syahadat! Asyhaduallaailaahaillallah. Waasyhaduannamuhammadarrasulullah. Aku bersaksi tiada illah selaih Allah, dan aku bersaksi nabi Muhammad itu utusan Allah. Janji pelajar muslim! Satu, Allah tujuan hidup kami. Dua, rasulullah teladan hidup kami. Tiga, Islam pedoman hidup kami. Empat, berbakti kepada ibu bapak kewajiban hidup kami. Lima, taat dan patuh kepada guru syiar hidup kami. Enam kasih sayang sesama saudara seiman hidup kami.”
Seluruh murid memang rutin berbaris dan mengucapkan ikrar syahadat serta janji pelajar sebelum masuk kelas, kemudian ketua kelas memilih barisan yang rapi untuk masuk kelas lebih dulu. Lalu setiap anak wajib bersalaman kepada walikelas dan pendamping. Setelah semua masuk kelas, murid segera duduk di bangkunya masing-masing.
Setelah rapi, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk berdoa bersama. Lalu disambung dengan Morning Meeting yang biasa diisi dengan cerita berhikmah. Setelah itu, guru mata pelajaran memasuki kelas, yang saat itu Matematika adalah pelajaran pertama. Anak-anak menyiapkan buku paket dan buku tulisnya lalu merapikan tempat duduknya dan mempersilahkan guru memberi salam. Kemudian pelajaran dimulai. Lalu dilanjut PAI sebagai mata pelajaran kedua.
Setelah itu bel istirahat berbunyi pukul 10.00 WIB. Semua murid berkeliaran melakukan kegiatannya masing-masing. Ada yang sholat dhuha, jajan, bermain, olahraga, bahkan ada yang mengisi waktu luangnya dengan membaca buku di perpustakaan.
Permainan yang sering kali teman-teman ikhwan 5C adalah bermain KJT (Kena Jadi Temen). Semacam lari-larian, setiap musuh harus mengenai lawan untuk dijadikan teman, begitulah permainannya. Tapi, ada dua orang ikhwan mencurigakan. Sebut saja Ryan dan Dino.
Saat itu Ryan dan Dino tidak ikut dalam permainan KJT tersebut, padahal biasanya seluruh ikhwan di kelas 5C ikut menjadi peserta dalam permainan tersebut. Namun kali ini, Ryan dan Dino seperti sedang merencanakan sesuatu. Mereka berdua berdiri didekat rak sandal di depan kelas dengan wajah yang takut. Setelah selesai menyelesaikan rencananya, mereka berdua lari seperti tak tahu apa-apa. Rasya yang saat itu menyaksikan kejadian juga tidak tahu apa yang Ryan dan Dino lakukan. Maka dari itu, Rasya hanya mengabaikan peristiwa tersebut.
Kemudian bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah habis. Ikhwan langsung menyelesaikan permainannya dan kembali ke kelas dengan keadaan basah. Terkecuali Ryan dan Dino yang saat itu bajunya masih kering tanpa keringat. Lalu guru IPA memasuki kelas dan memulai pelajaran.
Saat pelajaran berlangsung, Rasya izin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Sebelum ke kamar mandi, bu Nita membiasakan murid 5C untuk selalu ke kamar mandi menggunakan sandal. Saat Rasya mengambil sandalnya, Rasya menemukan sebatang coklat beserta surat bertinta merah. Kemudian, Rasya ambil coklat dan surat tersebut yang entah darimana asalnya. Suratnya memang ditujukan untuk Rasya, kemudian Rasya memasukin coklat dan surat tersebut kedalam kantong. Rasya memang bingung dari siapa surat dan coklat itu, namun saat itu waktu masih jam pelajaran berlangsung, jadi Rasya berfikir untuk memikirkannya setelah pelajaran berakhir.
Jam kelas telah menunjukkan pukul 11.45, menandakan bahwa pelajaran IPA harus segera berakhir. Murid ikhwan dipersilahkan ke Masjid sedangkan yang akhwat mengambil wudhu dan bersiap melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah di kelas masing masing. Rasya masih curiga dengan surat dan coklat tadi, Rasya masih belum tahu siapa yang memberikan itu kepadanya.
“Oke, ini misteri. Sebaiknya aku sholat dulu daripada pusing mikirin ginian.” Batin Rasya.
Setelah sholat dzuhur, Rasya menemui bu Nita untuk mendiskusikan surat dan coklat tersebut. Beginilah isi suratnya.
“Untuk Rasya, dari Ryan. Gue sebenernya suka sama lo. Kalau lo mau terima gue, lo terima dulu coklat dari gue. Kalau lo udah resmi jadi cewek gue, lo boleh telp ke nomer rumah gue yang ini 7534567. Sampe rumah telp gue ya J -Ryan”
“Ibuu, gimana dong, ternyata ini dari Ryan. Aku nggak suka dia ibu.” Protes Rasya kepada Bu Nita.
“Loh, kenapa marahnya ke ibu? Hahaha. Yaudah anggap aja ini rezeki.” Jawab Bu Nita dengan santai.
“Ibuu, kok gitu siiih, kalau saya terima berarti saya suka sama dia juga, bu. Kan saya ngga suka…” Rasya tetap saja protes.
“Hmm.. Yaudah, begini saja. Coklatnya buat ibu saja, rela nggak?” Bu Nita memberikan sarannya.
“Boleh sih bu, terus gimana?” Tanya Rasya.
“Udah tenang saja.. Serahin semuanya sama ibu. Hehehe” Bu Nita memegang semua tanggung jawab atas surat dan coklat itu dengan senyumnya yang ramah.
Kemudian, pelajaran Bu Nita dimulai. Bu Nita adalah guru Bahasa Indonesia yang baik sekali, ramah, dan tenang kalau mengajar. Tegas dan bijaksana, tapi kalau lagi bercanda masih bisa tetap menyenangkan kok.
“Selamat Siang Anak-anak…. Mari kita mulai pelajaran kali ini dengan Bismillah..”
“Bismillahirrahmaanirrahiim…”
Pelajaran dimulai dengan tenang. Dengan wajah yang ceria, Bu Nita bercerita sedikit sebelum belajar.
“Sebelumnya, ibu mau cerita.”
“Yeaaaaaay!!!!” Anak 5C memang paling suka bercerita.
“Hari ini, ibu senang sekali. Karena ada yang kasih coklat, hehe” Bu Nita bercerita tanpa ragu.
“Ibuuu, aku mau doooong.” Teriak Hani, anak 5C yang paling heboh.
“Boleh boleh, mumpung gratiiiiiis.” Bu Nita menawarkan coklatnya kepada Hani.
Disatu sudut kelas, Ryan dan Dion berbincangan.
“Yon, itu kok kayak coklat gua yang gua kasih ke Rasya yah?” Ryan bingung dengan coklat Bu Nita.
“Iya yan, bener bener. Apa emang coklat itu yang lu kasih buat Rasya ya?” Dion ikut bingung.
“Waaah, kalau bener, parah banget ya si Rasya, ga ngehargain gua banget.”
Ryan dan Dion semakin bingung. Coklat yang Ryan kasih kepada Rasya sama persis, mulai dari merk, rasa, dan jenis coklatnya.
“Buuu, dapet coklat gratis darimana buu…..” Teriak Ryan penasaran.
“Dari kamu kan?” Jawab Bu Nita dengan lantang dari depan kelas.
“Hah?” Ryan kaget.
“Jadi teman-teman, hari ini Rasya dikasih coklat dan surat oleh Ryan sebagai bukti kalau Ryan punya perasaan spesial untuk Rasya, tetapi karena Rasya tidak mau, jadi ibu saja yang makan coklatnya, lumayan kaaan…” Cerita bu Nita kepada anak-anak 5C.
“Hahahaahaha.” Anak-anak 5C saat itu tertawa mendengar cerita Bu Nita. Ryan yang saat itu menundukkan kepalanya karena malu atas perbuatannya.
Diakhir cerita, Bu Nita menjelaskan bahwa kita memang sedang berada di masa remaja, dimana masa yang labil dan indah dengan virus merah jambu. Tapi apa yang kita rasakan, tidak perlu semuanya kita ungkapkan, apalagi perasaan lain terhadap lawan jenis. Hal yang Ryan lakukan memang tidak dilarang, bahkan memberi hadiah itu memang dianjurkan. Tetapi apa pula jika kita memberikan hadiah dengan maksud lain? Tentunya akan muncul pula pernyataan tak enak dari mulut oranglain nantinya.
“Lain kali, kalau mau memberikan hadiah kepada lawan jenis, harus lewat ibu dulu yaa.”
“Iya Bu…”
“Oiya, ayo kita lanjutkan belajarnya, kenapa jadi ngelantur gini.”
“Wooo, Ryan siiiiiih.” Sorak teman-temannya.
Bu Nita puas saat menguak kejadian itu, Rasya pun lega dengan berakhirnya peristiwa tersebut. Anak-anak 5C saat itu sedikit terhibur dengan cerita lucu Rasya, Ryan dan Dion menanggung malu dihadapan teman-teman sekelasnya. Diakhir cerita, Ryan tidak menyimpan perasaan lagi kepada Rasya, karena dia malu apa yang telah dia perbuat.
----------
Cerita ini harta karun dari folder di laptop yang sudah lama banget. Ternyata, cerpen ini aku buat saat kelas 5 SD, di mana saat itu aku menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang pernahaku alami.
Persis seperti cerita di atas, itu adalah kisahku. Aku hanya mengubah tokohnya demi menjaga nama baik seseorang hahaha. Lucu banget, aku masih inget banget dulu dikasih coklat dan surat di rak sepatu.
Lucunya menulis, kita bisa ketawa sendiri lihat tulisan yang telah lalu. Selain itu, kita juga bisa membandingkan tulisan lama dengan yang sekarang sebagai bahan evaluasi.
Lihat, penulisannya sama sekali belum rapi, 'kan? WKWKW. Dulu memang belum tahu apa-apa, jadinya nulis apa adanya aja.
Lihat, penulisannya sama sekali belum rapi, 'kan? WKWKW. Dulu memang belum tahu apa-apa, jadinya nulis apa adanya aja.