Assalamualaikum, gais! Sudah baca postingan sebelumnya? Kalau belum, baca dulu deh. Karena sedikit ada kaitannya sama postingan kali ini. Kalau sudah, lanjut aja kuy. Anggap saja postingan sebelumnya adalah pengantar sebelum aku bercerita soal kisah-kisah perjalananku ke Semarang kemarin. Jadi, enjoy ya!
Sebenarnya aku nulis selain untuk dokumentasi, juga untuk meluapkan segala emosi yang aku rasakan. (Emosi? Emangnya kenapa?) Haha. Ya, emosi. Jangan berpikir emosi itu cuma soal kemarahan, tetapi emosi adalah segala rasa yang kita rasakan. Mulai dari senang, sedih, bahagia, kesal, dan semuanya.
Kenapa emosi? Yya karena perjalanan ke Semarang ini ternyata merajut kisah-kisah yang menggabungkan segala emosi. Mungkin keliatannya aku baik-baik saja, seru-seru saja di Semarang, bisa main ke sana ke mari, bisa kerja sambil main. Ya, tapi ternyata tidak semudah itu. Ada banyak tangis dan usaha yang ada di baliknya.
Sejujurnya, aku juga ingin sekali bercerita sedetail mungkin kepada orang soal ini. Tapi, sayangnya aku tidak tahu harus berbicara kepada siapa. Rasanya aku benar-benar sendirian dan cuma bisa memendam. Alhasil aku memutuskan untuk bahas di blog aja, supaya lebih lega.
Emangnya aku mau cerita apa saja, sih?
Keindahan Semarang
Semarang, salah satu nama daerah yang sudah kutulis di wishlist buku planner. Beberapa kali Semarang sempat jadi topik perbincangan dalam kehidupanku karena beberapa orang terdekat pernah berbagi kisah-kisah mereka berkaitan dengan Semarang. Jadi, sempat kebayang keindahannya seperti apa.
Sejak saat itu, aku menulis tempat apa saja yang ingin aku kunjungi kalau aku ke Semarang, salah satunya Lawang Sewu. Alhamdulillah, tersampaikan sudah menginjakkan kaki ke sana. Namun, sayangnya karena waktu yang terbatas, jadi gak bisa lama-lama di sana.
Semarang itu kotanya indah dan cerah, mataharinya terik sekali. Menyenangkan, sih. Apalagi berada di sekitaran Kota Lama lumayan seru juga. Kehidupannya ramai sampai pukul 9 malam, tapi di atas itu benar-benar menyeramkan dan sepi. Kebayang gak sih kalau jalan malam-malam di tengah gedung-gedung tua dan kosong? haha.
Ada satu wishlist lagi yang belum kesampaian kemarin, yaitu ke Masjid Agung Jawa Tengah. Entah kenapa setiap mengunjungi daerah baru, yang kutuju adalah masjid-masjid bersejarahnya. Tapi sayang, gak semua orang punya wishlist yang sama, sehingga kalau bertemu dengan orang yang tiak tepat ya susah untuk mewujudkan harapan itu.
Tapi, gapapa. Mungkin ada kesempatan lain nantinya yang bisa bawa aku balik ke Semarang dan menuntaskan mimpi-mimpi yang tertunda. Udah sih, sekilas itu aja tentang Semarang. Kotanya puaaanas banget! Panasnya di Bogor ternyata masih wajar banget, karena ada yang lebih panas hehe.
Safar Tanpa Keluarga
Sejujurnya, ini salah satu safar yang terjauh tanpa keluarga--selain waktu itu jalan-jalan sama teman angkatan, ya. Biasanya kan banyakan, dan sekarang cuma ber 8 (6 orang mahasiswa dan 2 dosen). Tergolong sedikit memang, jadi vibesnya justru berasa lagi jalan-jalan, bukan untuk kerja. Hahaha.
Sebelumnya, aku juga ditawarkan sebuah business trip oleh salah satu klien di penerbit. Jadi, waktu itu tawarannya adalah aku harus meneliti dan cari data di 4 kota di Jawa Timur. Sayangnya, tawaran itu hanya untuk aku sendiri dan hanya ditemani oleh seorang laki-laki dewasa (bapak-bapak) yang menawarkan proyek. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.
Nah, intinya saat itu aku gak jadi berangkat karena gak dapat izin dari papa. Maklum, anak perempuan gak dibolehin safar tanpa mahram. Jadi, aku ikut aja deh. Awalnya merasa sayang karena sudah menolak tawaran itu, tapi alhamdulillah ketika kita mengikhlaskan sesuatu karena mau taat kepada Allah, eh.. Diganti sama kesempatan pergi ke Semarang ini. Alhamdulillah.
Makan enak, tapi ...
Ada satu hari saat itu yang bikin aku gak nyaman. Apa?
Jadi, suatu hari dosenku bertemu dengan temannya yang tinggal di Semarang. Tidak disengaja, aku bertemu mereka di lobi. Gak cuma aku, dua temanku juga ikut berkenalan. Beberapa waktu berbincang menjelang makan siang, eh.. Akhirnya diajak makan siang bareng.
Awalnya senang, karena ada kesempatan nih untuk makan makanan Semarang. Sekalian kulineran, pikirku. Tau-taunya, aku dibawa ke tempat kuliner kuno di Semarang. Aestetik sih, tapi tampilannya mencurigakan. Sebab, tak melihat orang-orang berhijab di sana. Ada sih, tapi sedikit. Sisanya orang-orang berpakaian mini wkwk. Bisa bayangin kan pas aku masuk ke sana diliatinnya kaya apa?
Tapi, karena emang ini diajak, ya apa boleh buat. Aku cuma bisa ikut. Ya sudah deh ceritanya aku masuk aja tuh ya, cuek. Pas duduk di meja makan, jeng-jeng.......Menu datang. Isinya ada menu-menu yang dilarang di agama, alias ada bibubebonya wkwk. Gausah dijelasin lah ya.
Dari situ aku sudah makin pusing deh tuh, gak tau mau mesen apa. Aku juga inget dan pernah denger, kalau ada sesuatu yang halal dan haram di satukan, ya... Pokoknya jadi ragu gitu deh.Walaupun ada menu halalnya, tapi kita kan gak pernah tau ya alat dan bahan apa aja yang digunain di dalam dapur.
Akhirnya aku gak pesan makanan karena ragu dan takut. Padahal katanya makanannya enak-enak, tapi ya gimana, masa menggadaikan keimanan cuma untuk makanan enak? Haha. Dari situ aku ngeliat dosenku dan temannya kayak menyadari ketidaknyamanan aku di sana. Tapi ya gimana, gapapa lah.
Kerja di Luar Zona Nyaman
Selanjutnya, pekerjaan ini. Ya, pekerjaan jadi videografer dan tim editing agak ribet juga. Dulu, aku gak pernah mau ambil kerjaan selain nulis. Karena ya nyaman dan ngerasa bisanya cuma di bidang penulisan. Tapi, sekalinya coba kerjaan di luar itu, eh malah jadi terjebak di sini wkwk.
Sebenarnya seru, aku jadi belajar hal baru. Tapi, asli, aku merasa benar-benar "sendirian". Pertama, aku ngerasa gak ahli di bidang videografi, sementara teman-teman lain sudah lebih berpengalaman. Kadang ngerasa bisa dibantuin, tapi kadang-kadang harus ngerasa kalau yang namanya udah turun ke dunia kerja, pasti pada akhirnya akan sendiri-sendiri.
Ya, intinya keegoisan akan berlaku di dunia kerja. Gak ada saling tunggu-tungguan, gak enakan, kasihan, dll. Segala hal di luar zona nyaman harus siap-siap diterima. Walaupun emang berat banget buat aku. Contohnya tadi malam, baru banget dapat kabar satu orang di timku mengundurkan diri......
Ah, kepala kayak mau pecah rasanya! Mencari orang baru dalam waktu singkat memang lumayan berat. Ditambah lagi beban-beban lain yang lagi bermunculan di waktu yang bersamaan. Tapi, ya itulah dunia kerja. Gak ada yang bisa kita terka. Tapi, bismillah, berdoa selalu supaya minta dikuatkan pundaknya sama Allah:')
Perjalanan ke Semarang
Terakhir, aku mau ceritain perjalanan saat ke Semarang. Waktu dari Jakarta ke Bogor, sejujurnya aku excited bisa naik kereta jarak jauh. Maklum, gak pernah. Tapi, ternyata flat aja gitu selama perjalanan karena sedikit ngobrol sama orang-orang. Karena teman-temanku sibuk sama doi masing-masing wkwkw. Sedih sih, karena aku gak ada teman ngobrol dan emang gak ada doi juga. Tapi, yaudah, mau gimana lagi ya kan?
Terus, pas perjalanan pulang, aku lumayan deg-degan sih. Karena kita ambilkereta jam 3 pagi dari Semarang. Alhasil, kita (cuma berempat) gak berani tidur karena takut kebablasan. Padahal saat itu benar-benar capek dan pegel banget, cuma gimana ya kan.
Nah, di tengah perjalanan, aku tidur deh tuh, yang lain juga. Tapi, pas azan subuh berkumandang dari hp aku, akhirnya aku kebangun. Tapi, melihat kondisi perjalanan kayaknya saat itu masih jauh dari stasiun. Pun kalau memang berhenti, ya gak akan lama. Itu yang bikin aku gak punya waktu buat sholat. Aku kebingungan.
Saat itu aku coba searching bagaimana cara terbaik untuk bisa sholat. Melihat teman-teman lainnya masih tertidur, aku ke kamar mandi saja dulu jaga-jaga mengambil air wudhu. Pas balik dari kamar mandi, aku melihat di sebrang kursi kami ada seorang laki-laki lagi sholat dengan duduk. Dari situ aku terinspirasi untuk sholat duduk juga.
Sebenarnya seperti yang aku tahu, hukum sholat duduk itu bisa dilakukan kalau memang benar-benar mendesak. Nah, yang aku ragu, aku gak tahu saat itu mendesak banget atau enggak. Atau memang akunya yang kurang ilmu? Tapi, karena aku ngerasa gak ada pilihan lain, akhirnya aku cari tempat duduk kosong dan sholat sambil duduk juga.
Aku cuma bisa berdoa sama Allah atas ibadah yang aku lakuin saat itu. Aku yakin Allah tahu kok niat baik kita. Bismillah aja saat itu kwkk. Alhamdulillah, aku mau berterima kasih sama mas-mas yang waktu itu sholat di kereta, aku jadi ada jalan keluar dari kegelisahan.
Udah deh, udah cukup panjang ceritanya sih wkwk. Segitu dulu ya, teman-teman. Makasi sdah mau baca sampai kalimat terakhir. Sejujurnya cuma bisa nuangin lewat blog aja.