Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Ada seorang pria tinggi besar menghampiri Nufail. Berdirinya dibantu oleh tongkat dan kepalanya mengenakan peci berwarna putih. Dilihatnya dari kejauhan, lalu Nufail menghampiri pria tersebut. Sepertinya pria yang tidak asing itu sengaja menarik perhatian Nufail agar mengikutinya.

Tanpa suara, pria itu terus berjalan perlahan namun pasti. Nufail mengikutinya dari belakang hingga tibalah mereka di suatu sungai yang indah. Lalu mereka berdua terdiam bertatapan.

"Ayah?" tanya Nufail pada pria itu.
"Iya, nak. Ini ayah. Bagaimana kabarmu dan Uma?" tanya pria yang diyakini ayahnya tersebut.
"Alhamdulillah kami baik-baik saja, yah. Kami sangat merindukanmu," kata Nufail sambil menitikkan air matanya.
"Jangan menangis, nak. Ayah sudah bahagia di sini karena doamu dan umamu," kata Ayahnya yang bernama Husein.
"Alhamdulillah kalau begitu, lantas untuk apa ayah membawaku ke sini?" tanya Nufail heran.
"Jadilah anak yang sholih, banggakan orang tuamu yang tersisa, jauhi hal-hal yang dibenci Allah, jangan pernah putus asa mencari ilmu, kemudian..." tiba-tiba Husein sengaja menghentikan pembicaraan.
"Apa, Ayah?" tanya Nufail penasaran.
"Jika kamu sudah menemukannya, maka menikahlah," kata Husein di kalimat terakhirnya.

Tiba-tiba, sesuatu jatuh ke dasar sungai. Percikan airnya membasahi tubuh Nufail. Kemudian, terdengar suara-suara wanita di telinga Nufail.

"Nufail...Nufail..." kata seorang wanita yang tak asing suaranya.

Seketika ia mencari suara itu.

"Nufail, bangun nak, ini Uma. Bangun...." ternyata itu Uma Aisyah yang khawatir karena Nufail tak kunjung sadar, kemudian memercikan air ke wajah Nufail.
"Uma......" kata Nufail sambil membuka matanya dengan perlahan.
"Apa yang terjadi denganmu, Nak?" tanya Uma khawatir.
"Aku mimpi bertemu ayah," kata Nufail yang saat itu nyawanya belum terkumpul.
"Sudah-sudah, ceritanya nanti saja. Sebaiknya kita segera mengambil air wudhu karena sebentar lagi azan isya akan berkumandang, lalu kita sholat berjamaah setelah itu Nufail harus segera pulang untuk istirahat," kata Pak Ustadz.
"Baik, ustadz," kata Nufail.

Kemudian mereka--Uma, Nufail, dan jamaah lain--melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah selesai, Nufail dan Uma segera berpamitan dan pulang ke rumah. Di perjalanan, Uma merangkul Nufail yang lemas sambil berbincang-bincang.

"Apa yang ayah katakan dalam mimpi?"tanya Uma.
"Ayah bilang, aku harus selalu menjadi anak yang sholih dan serta merta mendoakannya," jawab Nufail.
"Lalu?" Uma menanyakan kelanjutan cerita.
"Ia menyuruhku tetap menuntut ilmu," lanjut Nufail.
"Itu saja?" tanya Uma lagi.
"Tidak, terakhir beliau mengatakan jika aku sudah menemukannya maka menikahlah," kata Nufail sambil memasang wajah heran atas pesan sang ayah.
"Hmm, kalau begitu lakukanlah apa yang ia mau," kata Uma.
"Tapi, apa maksud pesan terakhir itu, Uma? Apa aku harus menikah?" tanya Nufail.
"Ya, tentu. Tapi jika sudah menemukannya bukan? Menemukan waktu yang tepat, menemukan jalan yang terbaik, dan menemukan orang terbaik," kata Uma.
"Iya, seperti uma saat bertemu ayah, hehehe" jawabnya sambil menggoda Uma.
"Ah, sudahlah, ayo masuk. Kamu harus segera istirahat," kata Uma.

Obrolan panjang tersebut ternyata menghantarkan mereka lebih cepat sampai di rumah. Walaupun hanya tinggal berdua bersama satu kucingnya, Hiro, mereka tetap menjadi keluarga yang bahagia. Setelah itu, Uma membuatkan teh hangat untuk Nufail agar besok tubuhnya bisa membaik.

"Nufail, bolehkah uma bertanya satu hal lagi?" tanya Uma tiba-tiba, sambil menaruh teh di meja samping tempat tidur Nufail.
"Boleh, Uma. Apa?" jawabnya.
"Bagaimana wajah ayahmu saat di mimpi? Uma sangat merindukannya," jawab Uma yang seketika haru.
"Bahagia, wajahnya berseri sekali. Ayah bilang dia bahagia karena kita selalu mendoakannya," kata Nufail yang kemudian memeluk sang Uma.

Teringat hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia maka (pahala) amalnya terputus kecuali 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Setelah itu Nufail tidur. Uma yang melihat anaknya sudah tertidur pulas kemudian pergi ke kamarnya untuk istirahat.

Keesokan harinya, Nufail sudah bergegas siap-siap berangkat ke kampus. Tampaknya keadaan Nufail sudah membaik daripada kemarin. Pakaiannya yang rapi dengan kemeja biru muda serta celana hitam itu membuatnya terlihat lebih tampan dan bersemangat. Kepalanya yang juga mengenakan topi ikut menambah ketampanan dari seorang Nufail.

"MasyaAllah, tampan sekali anak Uma.." puji Uma sembari menyiapkan sarapan di meja makan.
"Ah, biasa saja Uma. Lalu hanya hari ini saja aku terlihat tampan?" rayu Nufail kepada Uma.
"Tidaklah, kamu sudah selalu tampan setiap hari," kata Uma.
"Uma bisa saja, doakan ya Uma, hari ini aku lebih rapi karena harus bertemu dengan kakak tingkatku di kampus," jelas Nufail.
"Perihal apa kamu bertemu dengannya?" tanya Uma.
"Aku ditawari pekerjaan sampingan uma, mohon doa ya.." kata Nufail dengan percaya diri.
"Doa Uma selalu menyertaimu, Nak," jawab Uma yang tiba-tiba suaranya melemah.

Kemudian, Nufail makan setangkap roti dan susu hangat yang dibuatkan oleh Uma. Sambil memperhatikannya makan, Uma tiba-tiba bersedih hati. Dipikirannya terlintas rasa iba terhadap anak satu-satunya itu, yang rela menghabiskan waktu untuk membantunya mencari uang, hingga diam-diam mencari pekerjaan sampingan di sela-sela kuliahnya.

Pemuda yang bertanggungjawab itu telah selesai makan, lalu ia mengecup kening Uma dan mencium tangannya untuk berpamitan pergi ke kampus. Seperti biasa, ia berjalan dulu ke pangkalan angkutan umum. Tiba-tiba di tengah perjalanannya, Nufail melihat seorang anak kecil sedang kesulitan menarik roknya yang tersangkut pagar rumah tetangganya. Tidak tega, akhirnya Nufail menghampiri adik kecil berjilbab itu.

"Sini kakak bantu," kata Nufail sambil tersenyum.
"Jangan pegang tanganku kak! Kita bukan mahram," kata anak kecil bersuara nyaring itu.
"Gemas kamu, namanya siapa?" tanya Nufail.
"Salwa," jawab gadis kecil yang masih repot karena roknya yang tersangkut pagar tetangga.
"Pantas saja, wajahmu manis seperti madu," kata Nufail menggoda gadis tersebut.
"Hish, kalau kakak gombal terus kapan kakak akan menolong aku?" tanya Salwa yang mulai geram.
"Haha, iya iya. Maaf. Sini kaka bantu," jawab Nufail yang sambil senyum.

Kemudian Nufail membantu menarik rok Salwa yang tersangkut itu. Sssrrrkkkk......
Ah, sobek! Bagaimana ini?

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Ada yang perlu kita sadari,
Bahwa terlalu dekat dengan seseorang kadang menimbulkan penyakit hati
Terkadang hati menjadi terlalu peka,
Sehingga merasakan apa yang tidak seharusnya kita rasakan.
Rasa bahagia berlebihan,
Rasa peduli berlebihan,
Atau bahkan rasa sakit hati yang berlebihan.
Bermain-main dengan api memang membuat celaka,
Walaupun pada dasarnya kita tidak niat untuk celaka.
Jauh sebelum perkenalan itu ada,
Mungkin tak pernah tergambar jika akan sejauh ini.

Pergilah,
Rasa sakit ini terlalu aneh
Rasanya terlalu berlebihan
Bukan untukku, seharusnya untuk orang lain di luar sana.
Pergilah,
Rupanya kamu lebih nyaman dengannya,
Tidak. Bukan padaku, dan bukan aku orangnya.
Selama ini aku hanya salah paham,
Salah memahami diriku sendiri yang nekad mencari jalan pintas.

Pergilah,
Sudah terlalu sakit melihat kamu dengan dia,
Dia
Dia
Atau dia
Ah, sudahlah.
Terlalu banyak dia.
Aku tak sanggup lagi berpura-pura bahagia lalu seakan mengejekmu untuk bercanda.
Ah, memang payah!
Kadang hati tak bisa diajak kompromi.
Kalau sudah patah, ya patah.
Tak bisa balik semula lagi.

Pergilah,
Lepaskan balon harapanku yang aku erat sekian lama.
Biarkan harapan itu terbang tanpa pengawal.
Biarkan, biarkan dia menghilang.
Jangan sampai kembali lagi,
Aku sudah terlalu lelah menggenggamnya.

---

(Terinspirasi oleh kisah nyata seseorang)
Katanya untuk kamu nih.


Hujan itu mereda. Sejak tadi siang jalanan basah karenanya. Suasana dingin kini tercipta pada sore itu di Desa Pandaan. Para warga kini bergegas keluar rumah lalu melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Begitupun dengan Nufail, pria bertubuh besar yang setiap sore harus berkebun.

"Uma, Nufail izin keluar untuk berkebun. Uma tidak apa-apa sendirian di rumah?" kata Nufail saat berpamitan pada sang uma, Aisyah.
"Baiklah, nak. Uma tidak keberatan," jawab Uma sedikit berteriak dari dapur.
"Assalamualaikum," pamit Nufail.
"Wa'alaykumussalam.." jawab Uma.


Kemudian Nufail mengambil peralatan berkebunnya di samping rumah, lalu bergegas melangkahkan kaki ke kebun yang berjarak kurang lebih 100 meter dari rumahnya. Kebun tersebut adalah warisan dari sang ayah yang sudah lama pergi menghadap sang pencipta. Itulah mengapa, Nufail diamanahkan sang ayah untuk menjaga kebunnya, jangan sampai dijual. Nufail juga pernah berjanji dalam dirinya akan selalu merawat dan menjaga kebun milik ayahnya itu.

Sesampainya Nufail di kebun, ada seorang lelaki tak dikenal sedang melihat-lihat kebun milik ayahnya. Nufail berjalan perlahan sambil memperhatikan siapakah yang ada di kebun milik ayahnya tersebut. Wajah lelaki itu tidak terlalu terlihat, karena matanya tertutup kacamata hitam dan rambutnya tertutup topi yang dikenakannya. Tubuhnya tidak terlalu kekar, tetapi pandangannya seperti serius memperhatikan kebun itu.

Seketika ia khawatir, Nufail berteriak dari kejauhan, "Hey, siapa kamu?!"

Setelah lelaki itu mendengar teriakan Nufail, seketika ia lari dan menghilang. Nufail mengejarnya dengan cekatan. Tetapi lelaki itu sudah jauh pergi tak terkejar olehnya.

"Siapa lelaki itu? Mau apa dia di sini?" tanya Nufail dalam benaknya.
"Sudahlah, bismillah, aku lanjutkan saja pekerjaanku," kata Nufail.

Kemudian, Nufail membersihkan rerumputan liar yang ada di kebunnya. Setelah itu, ia mengisi air untuk menyirami tanaman yang sebentar lagi panen. Di kebun milik ayahnya itu, Nufail menanam sayur mayur seperti tomat, wortel, sawi, dan bawang-bawangan. Setiap panen, ia juga suka menjualnya ke pasar sebagai penghasilan tambahan.

Nufail adalah seorang pemuda yang bertanggungjawab. Selain membantu uma mengurus kebun, ia juga giat belajar dan tidak meninggalkan kuliahnya. Perjalanannya dari desa ke kota merupakan bentuk perjuangannya menimba ilmu. Ia selalu percaya hadist ini,

Rasulullah dalam sabdanya mengatakan bahwa perjalanan mencari ilmu merupakan salah satu jalan yang memudahkan kita menuju surga. “Barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Ibnu Majah & Abu Dawud).

Ayahnya pun selalu mengingatkannya sejak dulu. Itulah yang membuat Nufail tidak pernah mengeluh karena jarak kampusnya menuju rumah tidak sedekat oranglain. Padahal pernah suatu ketika, sang uma menjual kambingnya untuk membelikan Nufail sebuah sepeda motor, agar mudah dan cepat sampai kampus katanya. Tetapi motor itu kembali dijual oleh Nufail, karena menurutnya itu bukan jalan keluar yang baik. Sepeda motor hanya akan menambah pengeluaran saja, seperti bensin atau mungkin biaya tak terduga jika terjadi sesuatu pada motornya.

"Sudah uma, nanti jika kita punya rezeki lebih pasti Nufail belikan motor atau bahkan mobil untuk kita," kata Nufail kala itu.
"Jangan terlalu banyak berkhayal, hasil penjualan kambing ini cukup untuk membeli motor saja Uma sudah bersyukur, lalu kenapa kamu menolaknya?" tanya Uma.
"Masih banyak keperluan lain yang lebih kita butuhkan, Uma. Lebih baik kita jual kembali saja motornya, insyaAllah Nufail jual dengan harga yang lebih tinggi, bagaimana?" kata Nufail kepada Uma.
"Baiklah, terserah kau saja, nak. Uma ikut denganmu," jawab Uma pasrah.

Akhirnya, saat itu mereka sepakat untuk menjual kembali sepeda motornya. Seperti biasa, Nufail mengendarai angkutan umum untuk pergi ke kota menuntut ilmu. Ya, walaupun harus jalan dulu beberapa meter dari rumah hingga ke pangkalan. Tapi jika itu dilakukan dengan ikhlas karena Allah, insyaAllah semuanya bisa jadi berkah.

-----------

Azan maghrib telah berkumandang, saatnya Nufail kembali ke rumah setelah berkeringat di kebun. Sesampainya di rumah, ia harus bergegas membersihkan diri dan segera pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. 

"Uma, Nufail pergi dulu ya ke masjid, Uma jangan lupa shalat, Assalamualaikum," pamit Nufail menuju masjid.
"Iya, nak. Uma juga sudah wudhu, ini mau sholat. Wa'alaikumussalam," jawab Uma.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang anak kecil bernama Nabil. Ia berlari dari masjid dan mengetuk-ngetuk pintu rumah Nufail.

"Assalamualaikum, umaaa...! umaaa...!" teriak Nabil.

Uma yang baru saja selesai berdoa lalu segera membuka pintu dengan mukena yang masih melekat pada tubuhnya.

"Waalaikumussalam, Nabil. Ada apa maghrib-maghrib begini teriak teriak ke rumah Uma?" tanya Uma pada Nabil.
"Uma, bang Nufail umaaa!" kata Nabil sambil gelisah.
"Bang Nufail kenapa?! Apa yang terjadi, Nabil?" kata Uma yang kini ikut gelisah.
"Selepas sholat berjamaah di masjid, Bang Nufail duduk sambil membaca Alquran, kemudian ia terlihat seperti tertidur, lalu ketika diajak berbicara ia tidak bangun, Uma," jelas Nabil.
"Benarkah? Lalu apa yang terjadi dengan Nufail?" tanya Uma khawatir.
"Sekarang Bang Nufail ada di masjid bersama pak Ustadz, ia belum sadarkan diri, Uma. Badannya panas sekali," kata Nabil.
"Innalillahi.. Yaudah, sekarang, kamu kembali ke masjid. Nanti Uma menyusul," kata Uma.
"Baik, Uma. Assalamualaikum," pamit Nabil sambil terburu-buru.
"Wa'alaikumusalam," jawab Uma.

Kemudian Uma bergegas merapikan mukena dan pergi ke masjid melihat keadaan Nufail.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!
Hari itu, hari pertama kali kita bertemu.
Rasanya sungguh aneh,
Seseorang yang tidak mengenalku tetapi memalingkan wajahnya padaku,
Tak hanya itu, dia juga melekukkan bibirnya untukku,
Lalu matanya pun berbinar seakan menyambut bahagia pagi itu.

Hey pemilik senyuman itu.
Terima kasih karena saat itu kamu telah memberikan senyum sederhanamu kepadaku,
Walaupun terkesan biasa saja tapi aku bahagia,
Kamu adalah sosok yang selalu menyebarkan energi positif melalui senyumanmu.

Hey seseorang yang tak kukenal,
Ternyata waktu dan kesibukan membuat kita bertemu,
membuat kita saling mengetahui satu sama lain,
Ya walaupun tidak saling mengenal, tapi saat kutahu bahwa kau mengenalku saja aku sudah merasa cukup. Heheh.
Sesederhana ini perasaan bahagia yang kaubuat untuk orang disekitarmu.

Hey kamu yang sedang belajar memimpin,
Aku harap kamu bisa menjadi sebaik-baik pemimpin,
Sebab, suatu saat nanti kamu akan menjadi pemimpin yang sesungguhnya,
Pemimpin yang akan menjadi penuntun langkah,
Pemimpin yang akan menjadi penentu arah.

Hey, kamu yang tak pernah kusapa 
Entah mengapa setiap kita bertemu hatiku merasa tidak beres, 
seperti ada yang berdegup kencang di dalamnya.
Apalagi setiap kamu menyapa aku duluan....

Hey, kamu yang wajahnya selalu bersinar
Terima kasih sudah membuat aku semangat setiap hari,
walaupun tidak setiap hari kita bertemu, 
tapi wajahmu selalu terpancar semangat positif untuk orang lain,
termasuk untuk aku.

Semangat selalu, jangan pulang malam terus.
Di balik kegiatan yang banyak, ada tubuh yang butuh dijaga dan diperhatikan :)
Semangat sellau, senyumku. Terima kasih sudah membuatku tersenyum karena senyummu.

:)

Assalamualaikum, blogger. Sudah lama rasanya kita tidak berbincang. Lagi-lagi aku sibuk dan belum bisa menyempatkan waktu untuk sekadar menulis lagi. Maaf, padahal aku ingin sekali membiasakan menulis setiap minggu, tetapi belum bisa terlaksana karena beberapa hal. hehehe. Sejujurnya aku sangat rindu momen ini hehe. Kali ini, lagi lagi aku ingin membahas perasaan. Boleh ya?
Entah, sebenarnya aku bosan jika bahas hal ini terus menerus. Tapi, aku ingin sekali berbagi kepada orang lain agar perasaan ini tak hanya kupendam dan membuatku sesak.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates