Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Gadis kecil itu memasang muka melasnya. Ia kecewa karena rok kesukaannya dibuat sobek oleh Nufail. Melihatnya yang sedih, Nufail merasa sangat iba. Rasa bersalahnya pun semakin menjadi karena air mata yang menetes di pipi Salwa.

"Jangan menangis, maafkan kakak ya," kata Nufail yang ikut bersedih.
"Kakak tidak tau, rok itu sangat berharga untukku," jawab Salwa dengan nada kecewa.
"Kalau aku boleh tau, kenapa rok itu berharga untukmu, dek?" tanya Nufail penasaran.
"Ibuku menjahitkannya untukku, ia membuat rok itu setelah aku menangis karena ingin rok baru, tapi karena keluarga kami tidak mampu, jadi ibu membuat rok ini untukku," jelas Salwa.
"Kalau begitu, berarti ibumu pandai menjahit, bukan?" kata Nufail menawarkan diri untuk bertanggungjawab.
"Aku belum selesai," pangkas Salwa, "kini aku tidak bisa lagi meminta ibu memperbaiki rokku kak," lanjutnya.
"Karena?" jawab Nufail sambil memasang wajah serius.
"Ibuku sudah tidak ada, kak. Rok inilah yang terakhir kali ia buatkan untukku," kata Salwa.
"Innalillahi, maafkan kakak ya, Salwa," kata Nufail yang semakin merasa bersalah.
"Baiklah kak, tinggalkan aku, aku tau kakak masih banyak urusan di hari ini, benar begitu?" tanya Salwa, gadis kecil yang bicaranya sudah seperti orang dewasa itu.
"Bagaimana dengan rokmu?" tanya Nufail.
"Nanti kubilang nenek saja, sudah sana kakak pergi saja," usir Salwa kepada Nufail.
"Baiklah kalau begitu, lain kali jika aku bertemu dengan kamu lagi, kakak akan beri hadiah sebagai ucapan maaf kakak," janjinya kepada Salwa.
"Baiklah," kata Salwa.

Kemudian Nufail berpamitan dan mengucapkan salam kepada Salwa. Nufail berjalan sambil melambaikan tangannya dan menoleh ke belakang, ada perasaan tidak enak saat meninggalkan Salwa yang sedang bersedih, tetapi ia teringat janji bersama kakak tingkatnya untuk bertemu pagi ini.
Salwa yang masih saja bersedih masih duduk di tempat yang sama. Tiba-tiba ada seorang wanita menghampirinya.

"Siapa laki-laki yang menghampirimu tadi, Wa? Kakak melihatnya dari kejauhan," kata perempuan yang menyebut dirinya kakak.
"Dia lelaki yang sudah membuat rok aku sobek, kak. Dia baik tapi jahat," kata Salwa sambil mengeluh.
"Kamu ini lucu, baik tapi jahat itu bagaimana? Hihi," kata perempuan itu sambil tertawa kecil.
"Ah, sudahlah kak, aku kesal bahas ini. Lalu bagaimana dengan rokku kak, kita kan mau ke pasar?" tanya Salwa kebingungan.
"Yasudah, kita balik dulu ke rumah nanti kita ganti rokmu," jawab perempuan itu.
"Baiklah kak," kata Salwa.

----

Nufail sudah sampai di kampus. Dengan penampilannya yang rapi, ia sudah duduk di halaman dekat dengan gerbang kampus sambil menunggu kakak tingkatnya datang. Tiba-tiba, yang dinanti pun tiba. Seorang laki-laki yang juga berpenampilan rapi dan menggunakan tas selempang.

"Kamu Nufail?" tanya laki-laki itu.
"Iya, kak," jawab Nufail.
"Perkenalkan, namaku Rayyan, aku mahasiswa semester akhir di sini, hanya tinggal menunggu wisuda saja," kata Rayyan kepada Nufail.
"Oiya, jangan panggil aku kakak, panggil saja Bang Ray," lanjutnya.
"Ohh, baiklah, Bang Ray. Salam kenal, namaku Nufail. Aku baru saja menyiapkan keperluanku untuk magang," ujar Nufail.
"Wah, tepat sekali. Aku ingin mengajakmu magang di tokoku, kamu jurusan manajemen bisnis 'kan?" tanya Rayyan.
"Iya, bagaimana kakak bisa tau?" tanya Nufail, "Eh, Bang maksudnya!" tambahnya karena salah memanggil nama.
"Bagaimana bisa aku mengajakmu bertemu tanpa tau siapa dirimu, aneh aneh saja kau ini," kata Rayyan.
"Oh iya juga ya, kalau begitu apa yang ingin kakak bicarakan?" tanya Nufail.
"Berkaitan hal tadi, aku butuh kamu untuk ada di tokoku. Bulan depan, aku akan pergi ke Turki untuk mengurus beasiswa S2-ku. Aku juga akan menikah sebelum wisuda, aku pikir aku akan sibuk untuk beberapa bulan ke depan. Aku ingin kamu bantu aku mengurus bisnisku di sini. Aku tau kamu anak yang cerdas dan sholih," jelas Rayyan.
"MasyaAllah, rencana hidup yang terbaik," kata Nufail yang sedikit kaget.
"Alhamdulillah, ini rencana dari Allah juga. Jadi, bagaimana, apa kamu bersedia membantuku?" tanya Rayyan.
"Bersedia, Bang. Tapi sebelumnya kamu bimbing aku dulu ya, Bang," jawab Nufail.
"Pasti. Sebelum berangkat, akan kuberikan bekal untuk semuanya," jawab Rayyan.

Kesepakatan sudah terjadi. Nufail dan Rayyan sudah saling kenal dan bersepakat untuk saling membantu. Saat itu, mereka juga berbincang tentang banyak hal, mulai dari kegiatannya di kampus, tentang iman, bahkan tentang rencana Rayyan yang hebat itu. Nufail banyak bertanya padanya.

Setelah itu, Nufail pergi menuju kelas. Rayyan menunggunya nanti sore di tokonya. Dengan perasaan bahagia, Nufail berjalan sambil menebarkan senyumnya kepada teman-temannya. Seketika, saat ia ingin tersenyum pada seorang wanita, tiba-tiba wanita itu memalingkan wajahnya. Entah, mungkin ada yang salah dari senyum manisnya Nufail. Sambil memasang muka bingung, Nufail tiba di depan pintu kelas hingga terpentok pintunya. Duukk...

"Hey, jangan bengong Nufail!" kata Gio, teman sekelasnya.
"Iya, gi. Maaf.." kata Nufail.
"Kamu ini ada apa, tidak seperti biasanya," tanya Gio.
"Apa senyumku ini aneh, gi?" tanya Nufail.
"HAHA! Lucu kamu, Fail. Kamu sedang jatuh cinta ya?" kata Gio menggoda Nufail.
"Yang benar saja! Aku baru saja bertemunya satu kali, masa iya aku jatuh cinta?" kata Nufail.
"Aku melihatnya tadi di depan kelas, hahahaha" kata Gio sambil menertawakan Nufail.
"Apa aku terlihat jatuh cinta?" tanya Nufail kebingungan.
"Enggak sih. Tapi kamu senyum-senyum seperti itu," kata Gio.
"Aku hanya sedang bahagia, tapi ketika tadi aku senyum pada wanita itu, ia malah membuang mukanya dan tidak ingin melihatku," kata Nufail.
"Memang seperti itu dia orangnya," kata Gio.
"Kamu kenal dengannya?" tanya Nufail.
"Tentu kenal, dia itu teman SD-ku dulu. Kami baru bertemu saat kuliah lagi," kata Gio.
"Ohh begitu, memang sombong ya orangnya?" tanya Nufail.
"Bukan sombong, dia itu menjaga. Dari SD, dia memang hebat. Bisa menjaga pergaulannya dengan orang yang bukan mahramnya. Dia ini memang terkesan sombong, tetapi kalau sudah mengenalnya seru juga kok anaknya, cerdas, baik, begitulah," jelas Gio.
"..." Nufail terdiam.

"Ternyata, masih ada ya perempuan seperti itu," kata Nufail dalam hatinya. Wajar saja, di zaman sekarang ini sudah sulit menemukan seseorang yang bisa menjaga dirinya dari hal yang tidak diinginkan Allah. Kalaupun ada, dia adalah orang yang hebat. Allah begitu menjaganya, dan dia juga begitu menjaga Allah.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).

Ia ingat kata-kata dari ayahnya. Ayahnya pernah berkata bahwa ia harus menjaga pandangannya. Seketika ia tersadar bahwa wanita itu telah mengingatkannya pada pesan ayahnya itu. Ah, mungkin Nufail terlalu bahagia. Itulah mengapa ia tadi tersenyum pada semua orang.

"Hei, Nufail! Dijelasin malah bengong kamu nih," kata Gio.
"Iyaiya, maaf," kata Nufail.

Setelah itu, dosen masuk dan mulai pembelajaran. Nufail yang saat itu keheranan, kini mulai fokus belajar. Tapi yang menjadi  pertanyaan Nufail dalam hatinya adalah "Siapa wanita itu?". Wanita yang baru pertama kali dilihatnya di kampus ini.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Ada seorang pria tinggi besar menghampiri Nufail. Berdirinya dibantu oleh tongkat dan kepalanya mengenakan peci berwarna putih. Dilihatnya dari kejauhan, lalu Nufail menghampiri pria tersebut. Sepertinya pria yang tidak asing itu sengaja menarik perhatian Nufail agar mengikutinya.

Tanpa suara, pria itu terus berjalan perlahan namun pasti. Nufail mengikutinya dari belakang hingga tibalah mereka di suatu sungai yang indah. Lalu mereka berdua terdiam bertatapan.

"Ayah?" tanya Nufail pada pria itu.
"Iya, nak. Ini ayah. Bagaimana kabarmu dan Uma?" tanya pria yang diyakini ayahnya tersebut.
"Alhamdulillah kami baik-baik saja, yah. Kami sangat merindukanmu," kata Nufail sambil menitikkan air matanya.
"Jangan menangis, nak. Ayah sudah bahagia di sini karena doamu dan umamu," kata Ayahnya yang bernama Husein.
"Alhamdulillah kalau begitu, lantas untuk apa ayah membawaku ke sini?" tanya Nufail heran.
"Jadilah anak yang sholih, banggakan orang tuamu yang tersisa, jauhi hal-hal yang dibenci Allah, jangan pernah putus asa mencari ilmu, kemudian..." tiba-tiba Husein sengaja menghentikan pembicaraan.
"Apa, Ayah?" tanya Nufail penasaran.
"Jika kamu sudah menemukannya, maka menikahlah," kata Husein di kalimat terakhirnya.

Tiba-tiba, sesuatu jatuh ke dasar sungai. Percikan airnya membasahi tubuh Nufail. Kemudian, terdengar suara-suara wanita di telinga Nufail.

"Nufail...Nufail..." kata seorang wanita yang tak asing suaranya.

Seketika ia mencari suara itu.

"Nufail, bangun nak, ini Uma. Bangun...." ternyata itu Uma Aisyah yang khawatir karena Nufail tak kunjung sadar, kemudian memercikan air ke wajah Nufail.
"Uma......" kata Nufail sambil membuka matanya dengan perlahan.
"Apa yang terjadi denganmu, Nak?" tanya Uma khawatir.
"Aku mimpi bertemu ayah," kata Nufail yang saat itu nyawanya belum terkumpul.
"Sudah-sudah, ceritanya nanti saja. Sebaiknya kita segera mengambil air wudhu karena sebentar lagi azan isya akan berkumandang, lalu kita sholat berjamaah setelah itu Nufail harus segera pulang untuk istirahat," kata Pak Ustadz.
"Baik, ustadz," kata Nufail.

Kemudian mereka--Uma, Nufail, dan jamaah lain--melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah selesai, Nufail dan Uma segera berpamitan dan pulang ke rumah. Di perjalanan, Uma merangkul Nufail yang lemas sambil berbincang-bincang.

"Apa yang ayah katakan dalam mimpi?"tanya Uma.
"Ayah bilang, aku harus selalu menjadi anak yang sholih dan serta merta mendoakannya," jawab Nufail.
"Lalu?" Uma menanyakan kelanjutan cerita.
"Ia menyuruhku tetap menuntut ilmu," lanjut Nufail.
"Itu saja?" tanya Uma lagi.
"Tidak, terakhir beliau mengatakan jika aku sudah menemukannya maka menikahlah," kata Nufail sambil memasang wajah heran atas pesan sang ayah.
"Hmm, kalau begitu lakukanlah apa yang ia mau," kata Uma.
"Tapi, apa maksud pesan terakhir itu, Uma? Apa aku harus menikah?" tanya Nufail.
"Ya, tentu. Tapi jika sudah menemukannya bukan? Menemukan waktu yang tepat, menemukan jalan yang terbaik, dan menemukan orang terbaik," kata Uma.
"Iya, seperti uma saat bertemu ayah, hehehe" jawabnya sambil menggoda Uma.
"Ah, sudahlah, ayo masuk. Kamu harus segera istirahat," kata Uma.

Obrolan panjang tersebut ternyata menghantarkan mereka lebih cepat sampai di rumah. Walaupun hanya tinggal berdua bersama satu kucingnya, Hiro, mereka tetap menjadi keluarga yang bahagia. Setelah itu, Uma membuatkan teh hangat untuk Nufail agar besok tubuhnya bisa membaik.

"Nufail, bolehkah uma bertanya satu hal lagi?" tanya Uma tiba-tiba, sambil menaruh teh di meja samping tempat tidur Nufail.
"Boleh, Uma. Apa?" jawabnya.
"Bagaimana wajah ayahmu saat di mimpi? Uma sangat merindukannya," jawab Uma yang seketika haru.
"Bahagia, wajahnya berseri sekali. Ayah bilang dia bahagia karena kita selalu mendoakannya," kata Nufail yang kemudian memeluk sang Uma.

Teringat hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia maka (pahala) amalnya terputus kecuali 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Setelah itu Nufail tidur. Uma yang melihat anaknya sudah tertidur pulas kemudian pergi ke kamarnya untuk istirahat.

Keesokan harinya, Nufail sudah bergegas siap-siap berangkat ke kampus. Tampaknya keadaan Nufail sudah membaik daripada kemarin. Pakaiannya yang rapi dengan kemeja biru muda serta celana hitam itu membuatnya terlihat lebih tampan dan bersemangat. Kepalanya yang juga mengenakan topi ikut menambah ketampanan dari seorang Nufail.

"MasyaAllah, tampan sekali anak Uma.." puji Uma sembari menyiapkan sarapan di meja makan.
"Ah, biasa saja Uma. Lalu hanya hari ini saja aku terlihat tampan?" rayu Nufail kepada Uma.
"Tidaklah, kamu sudah selalu tampan setiap hari," kata Uma.
"Uma bisa saja, doakan ya Uma, hari ini aku lebih rapi karena harus bertemu dengan kakak tingkatku di kampus," jelas Nufail.
"Perihal apa kamu bertemu dengannya?" tanya Uma.
"Aku ditawari pekerjaan sampingan uma, mohon doa ya.." kata Nufail dengan percaya diri.
"Doa Uma selalu menyertaimu, Nak," jawab Uma yang tiba-tiba suaranya melemah.

Kemudian, Nufail makan setangkap roti dan susu hangat yang dibuatkan oleh Uma. Sambil memperhatikannya makan, Uma tiba-tiba bersedih hati. Dipikirannya terlintas rasa iba terhadap anak satu-satunya itu, yang rela menghabiskan waktu untuk membantunya mencari uang, hingga diam-diam mencari pekerjaan sampingan di sela-sela kuliahnya.

Pemuda yang bertanggungjawab itu telah selesai makan, lalu ia mengecup kening Uma dan mencium tangannya untuk berpamitan pergi ke kampus. Seperti biasa, ia berjalan dulu ke pangkalan angkutan umum. Tiba-tiba di tengah perjalanannya, Nufail melihat seorang anak kecil sedang kesulitan menarik roknya yang tersangkut pagar rumah tetangganya. Tidak tega, akhirnya Nufail menghampiri adik kecil berjilbab itu.

"Sini kakak bantu," kata Nufail sambil tersenyum.
"Jangan pegang tanganku kak! Kita bukan mahram," kata anak kecil bersuara nyaring itu.
"Gemas kamu, namanya siapa?" tanya Nufail.
"Salwa," jawab gadis kecil yang masih repot karena roknya yang tersangkut pagar tetangga.
"Pantas saja, wajahmu manis seperti madu," kata Nufail menggoda gadis tersebut.
"Hish, kalau kakak gombal terus kapan kakak akan menolong aku?" tanya Salwa yang mulai geram.
"Haha, iya iya. Maaf. Sini kaka bantu," jawab Nufail yang sambil senyum.

Kemudian Nufail membantu menarik rok Salwa yang tersangkut itu. Sssrrrkkkk......
Ah, sobek! Bagaimana ini?

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Ada yang perlu kita sadari,
Bahwa terlalu dekat dengan seseorang kadang menimbulkan penyakit hati
Terkadang hati menjadi terlalu peka,
Sehingga merasakan apa yang tidak seharusnya kita rasakan.
Rasa bahagia berlebihan,
Rasa peduli berlebihan,
Atau bahkan rasa sakit hati yang berlebihan.
Bermain-main dengan api memang membuat celaka,
Walaupun pada dasarnya kita tidak niat untuk celaka.
Jauh sebelum perkenalan itu ada,
Mungkin tak pernah tergambar jika akan sejauh ini.

Pergilah,
Rasa sakit ini terlalu aneh
Rasanya terlalu berlebihan
Bukan untukku, seharusnya untuk orang lain di luar sana.
Pergilah,
Rupanya kamu lebih nyaman dengannya,
Tidak. Bukan padaku, dan bukan aku orangnya.
Selama ini aku hanya salah paham,
Salah memahami diriku sendiri yang nekad mencari jalan pintas.

Pergilah,
Sudah terlalu sakit melihat kamu dengan dia,
Dia
Dia
Atau dia
Ah, sudahlah.
Terlalu banyak dia.
Aku tak sanggup lagi berpura-pura bahagia lalu seakan mengejekmu untuk bercanda.
Ah, memang payah!
Kadang hati tak bisa diajak kompromi.
Kalau sudah patah, ya patah.
Tak bisa balik semula lagi.

Pergilah,
Lepaskan balon harapanku yang aku erat sekian lama.
Biarkan harapan itu terbang tanpa pengawal.
Biarkan, biarkan dia menghilang.
Jangan sampai kembali lagi,
Aku sudah terlalu lelah menggenggamnya.

---

(Terinspirasi oleh kisah nyata seseorang)
Katanya untuk kamu nih.


Hujan itu mereda. Sejak tadi siang jalanan basah karenanya. Suasana dingin kini tercipta pada sore itu di Desa Pandaan. Para warga kini bergegas keluar rumah lalu melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Begitupun dengan Nufail, pria bertubuh besar yang setiap sore harus berkebun.

"Uma, Nufail izin keluar untuk berkebun. Uma tidak apa-apa sendirian di rumah?" kata Nufail saat berpamitan pada sang uma, Aisyah.
"Baiklah, nak. Uma tidak keberatan," jawab Uma sedikit berteriak dari dapur.
"Assalamualaikum," pamit Nufail.
"Wa'alaykumussalam.." jawab Uma.


Kemudian Nufail mengambil peralatan berkebunnya di samping rumah, lalu bergegas melangkahkan kaki ke kebun yang berjarak kurang lebih 100 meter dari rumahnya. Kebun tersebut adalah warisan dari sang ayah yang sudah lama pergi menghadap sang pencipta. Itulah mengapa, Nufail diamanahkan sang ayah untuk menjaga kebunnya, jangan sampai dijual. Nufail juga pernah berjanji dalam dirinya akan selalu merawat dan menjaga kebun milik ayahnya itu.

Sesampainya Nufail di kebun, ada seorang lelaki tak dikenal sedang melihat-lihat kebun milik ayahnya. Nufail berjalan perlahan sambil memperhatikan siapakah yang ada di kebun milik ayahnya tersebut. Wajah lelaki itu tidak terlalu terlihat, karena matanya tertutup kacamata hitam dan rambutnya tertutup topi yang dikenakannya. Tubuhnya tidak terlalu kekar, tetapi pandangannya seperti serius memperhatikan kebun itu.

Seketika ia khawatir, Nufail berteriak dari kejauhan, "Hey, siapa kamu?!"

Setelah lelaki itu mendengar teriakan Nufail, seketika ia lari dan menghilang. Nufail mengejarnya dengan cekatan. Tetapi lelaki itu sudah jauh pergi tak terkejar olehnya.

"Siapa lelaki itu? Mau apa dia di sini?" tanya Nufail dalam benaknya.
"Sudahlah, bismillah, aku lanjutkan saja pekerjaanku," kata Nufail.

Kemudian, Nufail membersihkan rerumputan liar yang ada di kebunnya. Setelah itu, ia mengisi air untuk menyirami tanaman yang sebentar lagi panen. Di kebun milik ayahnya itu, Nufail menanam sayur mayur seperti tomat, wortel, sawi, dan bawang-bawangan. Setiap panen, ia juga suka menjualnya ke pasar sebagai penghasilan tambahan.

Nufail adalah seorang pemuda yang bertanggungjawab. Selain membantu uma mengurus kebun, ia juga giat belajar dan tidak meninggalkan kuliahnya. Perjalanannya dari desa ke kota merupakan bentuk perjuangannya menimba ilmu. Ia selalu percaya hadist ini,

Rasulullah dalam sabdanya mengatakan bahwa perjalanan mencari ilmu merupakan salah satu jalan yang memudahkan kita menuju surga. “Barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Ibnu Majah & Abu Dawud).

Ayahnya pun selalu mengingatkannya sejak dulu. Itulah yang membuat Nufail tidak pernah mengeluh karena jarak kampusnya menuju rumah tidak sedekat oranglain. Padahal pernah suatu ketika, sang uma menjual kambingnya untuk membelikan Nufail sebuah sepeda motor, agar mudah dan cepat sampai kampus katanya. Tetapi motor itu kembali dijual oleh Nufail, karena menurutnya itu bukan jalan keluar yang baik. Sepeda motor hanya akan menambah pengeluaran saja, seperti bensin atau mungkin biaya tak terduga jika terjadi sesuatu pada motornya.

"Sudah uma, nanti jika kita punya rezeki lebih pasti Nufail belikan motor atau bahkan mobil untuk kita," kata Nufail kala itu.
"Jangan terlalu banyak berkhayal, hasil penjualan kambing ini cukup untuk membeli motor saja Uma sudah bersyukur, lalu kenapa kamu menolaknya?" tanya Uma.
"Masih banyak keperluan lain yang lebih kita butuhkan, Uma. Lebih baik kita jual kembali saja motornya, insyaAllah Nufail jual dengan harga yang lebih tinggi, bagaimana?" kata Nufail kepada Uma.
"Baiklah, terserah kau saja, nak. Uma ikut denganmu," jawab Uma pasrah.

Akhirnya, saat itu mereka sepakat untuk menjual kembali sepeda motornya. Seperti biasa, Nufail mengendarai angkutan umum untuk pergi ke kota menuntut ilmu. Ya, walaupun harus jalan dulu beberapa meter dari rumah hingga ke pangkalan. Tapi jika itu dilakukan dengan ikhlas karena Allah, insyaAllah semuanya bisa jadi berkah.

-----------

Azan maghrib telah berkumandang, saatnya Nufail kembali ke rumah setelah berkeringat di kebun. Sesampainya di rumah, ia harus bergegas membersihkan diri dan segera pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. 

"Uma, Nufail pergi dulu ya ke masjid, Uma jangan lupa shalat, Assalamualaikum," pamit Nufail menuju masjid.
"Iya, nak. Uma juga sudah wudhu, ini mau sholat. Wa'alaikumussalam," jawab Uma.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang anak kecil bernama Nabil. Ia berlari dari masjid dan mengetuk-ngetuk pintu rumah Nufail.

"Assalamualaikum, umaaa...! umaaa...!" teriak Nabil.

Uma yang baru saja selesai berdoa lalu segera membuka pintu dengan mukena yang masih melekat pada tubuhnya.

"Waalaikumussalam, Nabil. Ada apa maghrib-maghrib begini teriak teriak ke rumah Uma?" tanya Uma pada Nabil.
"Uma, bang Nufail umaaa!" kata Nabil sambil gelisah.
"Bang Nufail kenapa?! Apa yang terjadi, Nabil?" kata Uma yang kini ikut gelisah.
"Selepas sholat berjamaah di masjid, Bang Nufail duduk sambil membaca Alquran, kemudian ia terlihat seperti tertidur, lalu ketika diajak berbicara ia tidak bangun, Uma," jelas Nabil.
"Benarkah? Lalu apa yang terjadi dengan Nufail?" tanya Uma khawatir.
"Sekarang Bang Nufail ada di masjid bersama pak Ustadz, ia belum sadarkan diri, Uma. Badannya panas sekali," kata Nabil.
"Innalillahi.. Yaudah, sekarang, kamu kembali ke masjid. Nanti Uma menyusul," kata Uma.
"Baik, Uma. Assalamualaikum," pamit Nabil sambil terburu-buru.
"Wa'alaikumusalam," jawab Uma.

Kemudian Uma bergegas merapikan mukena dan pergi ke masjid melihat keadaan Nufail.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!
Hari itu, hari pertama kali kita bertemu.
Rasanya sungguh aneh,
Seseorang yang tidak mengenalku tetapi memalingkan wajahnya padaku,
Tak hanya itu, dia juga melekukkan bibirnya untukku,
Lalu matanya pun berbinar seakan menyambut bahagia pagi itu.

Hey pemilik senyuman itu.
Terima kasih karena saat itu kamu telah memberikan senyum sederhanamu kepadaku,
Walaupun terkesan biasa saja tapi aku bahagia,
Kamu adalah sosok yang selalu menyebarkan energi positif melalui senyumanmu.

Hey seseorang yang tak kukenal,
Ternyata waktu dan kesibukan membuat kita bertemu,
membuat kita saling mengetahui satu sama lain,
Ya walaupun tidak saling mengenal, tapi saat kutahu bahwa kau mengenalku saja aku sudah merasa cukup. Heheh.
Sesederhana ini perasaan bahagia yang kaubuat untuk orang disekitarmu.

Hey kamu yang sedang belajar memimpin,
Aku harap kamu bisa menjadi sebaik-baik pemimpin,
Sebab, suatu saat nanti kamu akan menjadi pemimpin yang sesungguhnya,
Pemimpin yang akan menjadi penuntun langkah,
Pemimpin yang akan menjadi penentu arah.

Hey, kamu yang tak pernah kusapa 
Entah mengapa setiap kita bertemu hatiku merasa tidak beres, 
seperti ada yang berdegup kencang di dalamnya.
Apalagi setiap kamu menyapa aku duluan....

Hey, kamu yang wajahnya selalu bersinar
Terima kasih sudah membuat aku semangat setiap hari,
walaupun tidak setiap hari kita bertemu, 
tapi wajahmu selalu terpancar semangat positif untuk orang lain,
termasuk untuk aku.

Semangat selalu, jangan pulang malam terus.
Di balik kegiatan yang banyak, ada tubuh yang butuh dijaga dan diperhatikan :)
Semangat sellau, senyumku. Terima kasih sudah membuatku tersenyum karena senyummu.

:)
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates