Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Pernah gak sih kalian ada di masa benar benar semua urusan, masalah, kesibukan, menjadi satu dalam satu waktu. Terus kalian gatau harus mulai dari mana, harus bagaimana, dan harus diapain semua itu.


Yap, akhir-akhir ini aku lagi ada di keadaan itu. Belakangan ini aku juga sedang menyusun projek nulis sama dosen, terus ada tugas editing video per kelompok tapi cuma aku yang bisa ngerjain:(, di samping itu aku juga diminta jadi panitia yang mengurus soal sponsorship, gak cuma satu acara tapi juga dua acara:(. Selain itu, aku juga punya tanggung jawab untuk nulis di salah satu media, lalu aku juga harus menulis di majalah kampus. Aku juga harus shoot video untuk tugas karena teman kelompokku yang lain tidak bisa diharapkan:(.


Entah, semua itu memang tanggung jawab. Allah mengatur segalanya dengan sebaik-baiknya. Aku bersyukur, tapi di satu sisi aku juga mengeluh. YaAllah, maafkan aku.


Rasanya di otakku tidak bisa menjalankan semua itu dalam satu waktu. Tapi apalah daya, deadline mereka semua bersamaan. Belum lagi aku harus menjalankan amanahku sebagai salah satu anggota di himpunan. Adapun beberapa masalah pribadi juga yang sempat membesar akibat ulahku sendiri, ya mungkin di saat itulah emosi tidak bisa terbendung. Mohon maaf, semoga kalian mengerti.


Lelah, pusing, sakit kepala, telat makan, begadang, tidur di kereta, pulang cepet untuk curi2 waktu, itu semua aku lakukan. Maaf jika tiba tiba terbenak ada dipikiran kalian,
"Tumben aca kayak gini?"
"Aca lagi kenapa?"
"Kok jadi kupu-kupu"


Teman, sebenarnya akhir akhir ini aku pulang siang pun bukan karena lari dari tanggung jawab, justru aku mengambil waktu luangku untuk bisa mengerjakan itu semua sampai selesai. Bahkan sampai malam hari. Bahkan sampai berhari-hari, berlarut-larut dalam tugas yang sama.


Belum lagi, sekarang baru kerasa efeknya ke tubuh aku. Kepalaku berat seharian ini, lemas sekali. Jadi inget masa-masa waktu sering pingsan di sekolah karena suka kecapean, tapi aku harap hal itu gak akan terulang. Aku juga ingat pesan temanku, "Jangan pingsan lagi, kasian capeknya gak cuma di kamu tapi orang lain juga capek gotongnya," hehe. Iyaa siap, semoga ga pingsan lagi.


Jadi, tolong maklumi ya teman. Maaf kalo berlebihan.


Oiya, aku ingat waktu itu sampe ada yg nanya.
"Kenapa sih kamu apa apa ditulis di blog", pertanyaan itu terlontar dengan nada menyindir.


Oke, aku klarifikasi.


Kalau kalian mau anggap aku lebay gapapa, aku ini ya seperti ini. Aku cuma suka meluapkan emosiku lewat tulisan, karena aku sudah kebiasaan.


"Terus kenapa harus di blog? Kan orang jadi tau."


Justru ini, aku cuma ingin menciptakan image kepada teman2, jika kalian ingin tahu apapun yang sedang terjadi sama "Aca", tengoklah dia di blog. Tulisannya selalu ada ketika ia emosi, kecewa, sedih, ataupun bahagia. Tak jarang juga aku menuliskan peristiwa berkesan menurutnya. Jadi, sama halnya jika kamu bersedih dsb lalu kamu makan eskrim. Sama, mungkin dengan begitu emosi kamu lebih mereda kan? Setiap orang punya jalannya masing-masing untuk menuju keadaan yg lebih baik.


Jadi, mohon maaf kalo terkesan lebay, segala galanya ditulis atau apalah. gak gitu. Bahkan kalaupun kalian ga baca tulisan aku di blog juga aku gapapa. Sebab aku juga menulis untuk diri aku sendiri, gak peduli orang lain bilang apa. Hehe. Makasih.


Semoga kalian ngerti ya keadaan aku saat ini. Doakan yang terbaik.


Jam istirahat berbunyi, Gio dan Nufail hendak pergi ke kantin. Tetapi Nufail meminta waktu Gio untuk menunggunya sebentar. Nufail harus melihat simpanan uangnya untuk hari ini, ia baru akan mendapat uang setelah menjual hasil kebun ke pasar dan itu baru akan dilaksanakan besok sore. Gio yang sudah mengetahui keadaan Nufail tak jarang membantunya dalam hal ekonomi. Secara, Gio ini anak satu-satunya dari keluarga yang lebih dari berkecukupan.

"Fail, sudahlah pakai uangku dulu, nanti kamu bisa ganti kapan aja," kata Gio menawarkan diri.
"Tidak, sudah terlalu banyak aku memakai uangmu, Gi," tolaknya.
"Ah, tapi pada akhirnya kamu mengganti uangku 'kan?" kata Gio. "Sudahlah, perutmu ini lebih penting daripada gengsimu, ayo kita makan! Aku sudah lapar," kata Gio.

Muhammad Gio Muayyad, salah satu teman dekat Nufail yang hingga saat ini masih setia menemani Nufail. Gio terlahir sebagai anak semata wayang, kehidupannya selalu dicukupi oleh Allah bahkan selalu berlebih. Namun, dengan keadaannya itu Gio tidak menjadi anak yang angkuh. Ia tetap rendah hati dan suka membantu orang lain.

"Bentar ya, Nufail. Aku pesan makanan dulu, kamu duduk saja di sana," kata Gio sesampainya di kantin.
"Baiklah," kata Nufail.

Nufail yang menunggu Gio sambil membaca buku itu tiba-tiba dihampiri oleh seorang wanita.

"Kamu penikmat buku-bukunya Barli Arbani?" tanya perempuan itu.
"Eh.. Iya, bagaimana kamu tau?" tanya Nufail yang sedikit terkejut.
"Ini, pembatas bukumu jatuh," kata perempuan itu sambil memberikan pembatas buku.
"Terima kasih ya," kata Nufail yang mulai gugup.
"Sama-sama," kata perempuan itu sambil tersenyum malu.

Tiba-tiba, Gio datang menghampiri meja makan.

"Hei, Zaina. Kamu sudah kenal dengan Nufail?" tanya Gio.
"Hei, Gi. Belum, aku hanya memberikan pembatas bukunya yang jatuh," kata Zaina.
"Jadi, namamu Zaina?" kata Nufail.
"Iya, perkenalkan. Aku Zaina Faizah Syahlaa, kamu bisa panggil aku Zaina," kata Zaina memperkenalkan diri.
"Baiklah, Zaina. Aku Nufail," jawab Nufail yang juga memperkenalkan diri.
"Apa kamu ingin makan bersama kami,  Zain?" tanya Gio.
"Ohh, tidak, terima kasih. Aku tidak terbiasa makan bersama laki-laki, maaf ya," kata Zaina yang malu-malu.
"Baiklah, aku tahu itu sejak dulu, aku hanya basa-basi, hahaha," kata Gio sambil tertawa kecil.
"Dasar kamu, Gio. Yasudah, aku pergi dulu ya, Assalamu'alaikum," kata Zaina berpamitan kepada Gio dan Nufail.
"Wa'alaykumussalam," jawab Gio dan Nufail.

Melihat percakapan Gio dan Zaina, Nufail sesekali memperhatikan sambil membaca buku. Ditolehnya buku berjudul Daun karya Barli Arbani itu dan sesekali melihat wajah Zaina dan Gio. Seketika Nufail terbenak dalam pikirannya, "Sepertinya aku pernah melihat wanita tadi, di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Fail! Kok kamu melamun?" tanya Gio mengagetkan.
"Bentar deh, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya, Gi?" tanya Nufail sambil berpikir.
"Kamu ini bagaimana? Dia itu yang tadi pagi kamu senyumin, tapi dia tidak senyum balik padamu," kata Gio.
"Ah.... Iya! Wanita itu... jadi Zaina," kata Nufail.
"Iya, dia penikmat buku Barli Arbani juga loh, sama sepertimu," kata Gio.
"Ah, masih banyak penggemar-penggemar Barli selain kami berdua," kata Nufail.
"Iya iya, baiklah," kata Gio yang sudah lelah menggoda Nufail.

Makanan yang dipesan pun datang. Gio dan Nufail makan dengan lahap sebelum kembali belajar di kelas.

-----

Selesainya kuliah, Nufail teringat janjinya bertemu Rayyan di toko. Dia harus datang sebelum jam 4 sore. Sebab, kalau pulang terlalu malam Nufail khawatir dengan Uma yang sendirian di rumah. Bergegaslah Nufail pergi ke toko milik Rayyan.

Sesampainya di sana, terlihat Rayyan berada di depan toko sambil berbincang dengan pegawainya. Ya, toko bunga. Ternyata, toko yang dititipkan kepada Nufail adalah toko bunga. Jangan salah, toko bunga milik Rayyan ini sudah terkenal dan paling ramai dikunjungi, apalagi menjelang hari-hari besar, liburan, atau musim wisuda.

"Assalamu'alaikum, bang," sapa Nufail kepada Rayyan.
"Wa'alaikumussalam, tepat waktu sekali kamu. Hebat-hebat.." kata Rayyan.
"Ah, hanya kurang 10 menit saja menuju jam 4 bang," kata Nufail.
"Manajemen waktu yang baik, haha, mari kita masuk," ajak Rayyan.

Di dalam toko, aroma bunga-bunga begitu menyengat ke hidung setiap tamunya. Bagi pecinta bunga dan tanaman, mungkin tempat ini menjadi salah satu tempat favorit. Ternyata tidak hanya bunga-bunga terpampang di kanan dan kiri toko, tapi di pojok ruangan juga disertai rak-rak buku.

"Kalau boleh tau, kenapa di sini ada rak buku juga, Bang?" tanya Nufail penasaran.
"Aku ini pecinta buku, aku ingin menularkan kecintaanku terhadap buku kepada orang-orang yang datang ke tokoku," kata Rayyan.
"Memang, seberapa minat mereka baca buku di sini, Bang?" tanya Nufail.
"Wah, minat sekali. Coba deh kamu rasakan sensasi membaca di tengah-tengah bunga, imajinasimu akan lebih terasa," kata Rayyan.
"Masa sih, Bang?" tanya Nufail yang masih penasaran.
"Iya, adikku bilang, menghirup aroma bunga bisa membuat kita lebih berkonsentrasi, dan pereda stress juga katanya," jelas Rayyan.
"Wah, menarik sekali bang. Toko yang keren," kata Nufail.
"Aamiin, semoga saja haha," kata Rayyan.

Setelah itu, Rayyan menjelaskan mekanismenya dalam bekerja. Hal ini sebagai modal untuk Nufail ketika nanti harus menjaga toko ini selagi Rayyan pergi ke negeri Kebab. Setelah mendengar penjelasan Rayyan, Nufail merasa sangat tertarik untuk bisa bekerja di sini. Semua fasilitas memadai, dan Nufail sangat suka. Terlebih ada buku-buku yang akan menemaninya selama bekerja.

"Baiklah kalau begitu, lusa kamu sudah bisa bekerja. Selama kuliah, aku punya orang lain untuk menjaga toko ini. Aku mempercayaimu untuk mengontrol segala halnya, tapi kamu boleh kok datang sepulang kuliah sebentar lalu pulang, tak perlu setiap saat di toko," kata Rayyan.
"Baik, bang. Terima kasih atas kepercayaanmu, Bang," kata Nufail.
"Tentu, ingatlah surat An-Nisaa' ayat 58, kamu pasti paham 'kan?" kata Rayyan mengingatkannya.
"Insya Allah, ayahku selalu mengingatkan banyak hal, termasuk amanah, Bang," kata Nufail.

Allah SWT berfirman tentang Amanah di QS. An Nisaa' ayat 58 :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Setelah itu, Nufail pamit untuk pulang ke rumah. Diingatnya pesan-pesan sang ayah yang ternyata tidak sia-sia. Semua yang ayahnya katakan semasa hidupnya kini terwujud pada kehidupan Nufail dan Uma. Nufail sangat bersyukur bisa mendapatkan banyak pelajaran dari ayahnya.

Lalu, Nufail sampai di rumah. 

"Assalamu'alaikum, Uma..." salam Nufail sambil membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam, sholih..." jawab Uma.
"Uma, aku ingin cerita banyak hal tentang hari ini," kata Nufail sambil tersenyum.
"Uma siap mendengarkan, nak. Tapi sekarang kamu bersih-bersih dulu, lalu kita makan malam. Nanti setelah itu baru kita cerita," kata Uma.
"Iya, Uma," kata Nufail.

Setelah itu, Nufail membersihkan diri, sementara Uma menyiapkan makan malam.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Belakangan ini, aku sedang dirundung rasa bersalah dan kesal yang berlebihan. Sebab, baru saja aku mendengar kabar tentang salah satu temanku, teman yang cukup berpengaruh dalam keseharianku. Teman yang tidak pernah kupikirkan sama sekali punya sifat yang kurang baik.

Aku ini orangnya mudah sekali kagum pada oranglain, tidak memandang dia laki-laki atau perempuan. Mungkin yang membuatku kagum pada mereka semua adalah sifat dan sikap yang selama ini aku ketahui secara langsung atau bahkan tahu banyak hal dari orang lain.

Jadi ceritanya gini, aku ini salah seorang pengagum temanku sendiri. Dia adalah perempuan yang dulu pernah menjadi teman sepermabaanku. Aku kagum padanya karena parasnya yang cantik, menurutku wajahnya tidak membosankan untuk dipandang. Dia juga seringkali menggunakan gaya hijab yang menarik, lucu, pokoknya aku suka. Setelah aku kenal dekat dengannya, ternyata orangnya pun baik hati dan tidak sombong. Sangat mendukung penampilannya.

Namun, suatu ketika ada kabar yang menyebutkan bahwa ia dekat dengan seseorang. Pikiranku saat itu masih baik, aku masih berusaha untuk husnudzon. Ahh mungkin saja hanya sekadar teman dekat seperti aku dekat dengan teman kelasku. Banyak orang yang ikut mengiyakan kabar tersebut, terlebih laki-laki yang dikabarkan dekat dengan temanku ini adalah teman sekampungnya, anggaplah begitu.

Karena penasaran, aku mencari tau bagaimana kebenaran berita tersebut. Awalnya aku pikir untuk apa juga mencari tau, tapi aku hanyalah seorang perempuan yang selalu ingin tahu, apalagi menyangkut orang yang aku kagumi, sebab aku hanya tak ingin mengagumi seseorang yang akhlak nya tidak baik, apalagi di mata Allah. Sesimpel itu.

Seiring berjalannya waktu, Allah mempertemukan aku dan mengenalkan aku kepada lelaki itu, yaaps, lelaki yang dikabarkan dekat dengan temanku yang cantik itu. Kemudian, semakin lama kami semakin sering bertemu karena suatu tugas dan keharusan. Aku jadi lebih tau karakter, sifat, dan sikap lelaki itu, anggaplah dia kini sebagai teman baruku.

Lelaki ini sangat berwibawa, mandiri, bahkan pemikirannya sangat dewasa. Aku pun kagum sebenarnya dengan lelaki ini, sebab ternyata lelaki ini begitu baik dan bisa mengorganisasikan dirinya. Oiya, tolong bedakan ya perasaan suka dan kagum. Hehe.

Aku bahkan pernah menanyakan apa benar kedekatan itu sedang terjadi antara mereka kedua. Kemudian, lelaki itu menjawab  "Tidak". Mungkin dari situ aku terlalu mudah percaya dengan kata-katanya, sehingga aku tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Awalnya tak ada salahnya jika aku mengagumi mereka berdua. Bahkan kukira mereka cocok, banyak kesamaan yang ada pada diri mereka. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku begitu kecewa ketika mendengar kabar mereka ternyata jauh dari yang kuduga. Ada seseorang yang bilang, kemarin mereka tampak mesra berdua. Mesranya tuh begini........ah sudahlah, kasihan, itu adalah aib. Sayang sekali. Aku kembali kecewa.

Aku ini paling tidak suka ketika ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Itulah mengapa, mungkin ini salah satu alasan mengapa aku ini orangnya sangat mudah kecewa, aku terlalu sering melibatkan hati dalam segala hal, sehingga apabila tidak sesuai realita maka hati akan sakit berkepanjangan.

Ah, mengapa kalian seperti ini?
Padahal kukira aku tidak mengagumi orang yang salah. Kemana sikap baik, bijaksana, tau agama, saling menjaga, dari kalian berdua? Padahal, aku adalah salah satu orang yang sering menerima nasihat, masukan, dan pelajaran dari salah satu mereka. Tapi, ahhh sudahlah.

Biarkan hatiku sembuh terlebih dahulu. Silakan lanjutkan bersenda guraunya dengan dunia. Aku cuma mau ngingetin kalau aku gak suka dibohongin :) Oiya satu lagi, semoga kita bisa hijrah sama sama lagi, memperbaiki akhlak sama sama lagi, saling berbagi cerita lagi, yaa semoga aja, suatu saat nanti.

Semangat mengemban amanah,
Semoga tetap bisa bekerja dengan baik, atau bahkan bisa lebih baik karena setiap hari pasti ada yang ngingetin.. hehe. Aamiin.


Nikah muda, mungkin menjadi impian bagi beberapa orang. Ada yang bilang, nikah muda itu banyak keuntungannya, seperti terhindar dari fitnah, waktu untuk beribadah lebih panjang, atau sekadar ingin kelihatan muda kalau nanti punya anak. Haha. Masih banyak keuntungan lain ketika kita memilih nikah muda, balik lagi sama pendapat masing-masing orang hehe.

Ada juga yang bilang, nikah muda itu berisiko. Denger-denger, nikah muda itu bukan waktu yang tepat karena mental dan batin masih labil, belum mengerti apa apa tentang persoalan rumah tangga, atau yang pernah kudengar juga, masalah rahim yang belum kuat jika Allah titipkan janin dalam rahimnya. Wallahu'alam, semua juga balik lagi sama opini dan pendapat dari teman-teman.

Tapi, kalau ditanya, siapkah untuk nikah muda?

Dari dulu, perbincangan tentang nikah muda itu sudah tidak asing lagi di telingaku. Sejak SMP, SMA, bahkan semakin berapi-api di dunia perkuliahan. Dulu sering banget bilang, "Aku pengen nikah muda, biar blabalabla..." Padahal belum tentu juga jodoh nya dateng disaat yang kita mau haha.

Sebenarnya memikirkan masa depan itu sangat perlu, termasuk menikah salah satunya bukan? Itulah mengapa aku pun tak lepas memikirkan bagaimana persiapanku untuk ke sana. Eits, jangan lupa juga, yang lebih dekat sama kita selain pernikahan yaitu kematian. Persiapin juga tuh untuk ke sana. Hehehe.

Entah kenapa, setiap mikirin pernikahan tuh seru aja gitu. Dekorasinya bagaimana, setelah menikah aku bagaimana, suamiku bagaimana, dsb. Tapiiii........... Ketika saat itu tiba............

Ah. Semua berubah. Perasaan mendadak berbeda sejak pertanyaan itu menjadi serius. Sudah dua kali aku ditawarkan menikah, padahal masih semester 3 hahahaha. Bayangin, cuma ditanya "Udah siap nikah belum?", Itu rasanya deg-degan banget. Bener bener super duper deg-degan.

---

Seperti biasa, orangtua masih belum bisa melepaskanku untuk menikah bersamaan dengan kuliah. Di satu sisi aku pun bertanya, 

"Apa aku ini udah siap?"
"Memangnya aku punya bekal apa?"
"Perasaan aku masih anak kecil.."

Ahhh, banyak pertanyaan yang menyudutkan diriku sendiri bahwa aku belum siap. Coba bayangkan, perempuan bertubuh kecil ini yang sering dianggap 'bocil' tiba-tiba diajak nikah. Perempuan yang masih suka makan ciki, eskrim, dan kekanak-kanakan ini sudah pantas untuk menikah? Ahaha, rasanya belum, masih jauh dari kriteria sebagai istri.

Memang, mungkin penolakan itu terjadi harus karena alasan yang syar'i. Alhasil kedua orangtua belum merestui, baiklah, ridho Allah ada pada Ridho mereka. Tak pantas rasanya jika aku menentang dan mengemis ridhonya. Apalah aku yang juga masih kuliah dan belum pantas menerima lamaran dari seseorang.

Entah, cita citaku menikah muda itu akan tercapai atau tidak. Tapi yang jelas, muda itu bukan berarti harus sekarang-sekarang juga ya wkwkwk. Serem juga nihhh kalo ditanya "udah siap nikah atau belum?", Tapi ngerjain tugas aja masih suka keteteran. Gimana tugas jadi seorang istri? Hahaha.

"Sabar, kalem, jangan buru-buru," kata kakakku yang sudah menikah.

Yes, i'm agree. Jodoh akan datang di waktu yang tepat, sama siapapun itu, pastinya itu pilihan yang terbaik dari Allah. Semangaaaattt✨


Gadis kecil itu memasang muka melasnya. Ia kecewa karena rok kesukaannya dibuat sobek oleh Nufail. Melihatnya yang sedih, Nufail merasa sangat iba. Rasa bersalahnya pun semakin menjadi karena air mata yang menetes di pipi Salwa.

"Jangan menangis, maafkan kakak ya," kata Nufail yang ikut bersedih.
"Kakak tidak tau, rok itu sangat berharga untukku," jawab Salwa dengan nada kecewa.
"Kalau aku boleh tau, kenapa rok itu berharga untukmu, dek?" tanya Nufail penasaran.
"Ibuku menjahitkannya untukku, ia membuat rok itu setelah aku menangis karena ingin rok baru, tapi karena keluarga kami tidak mampu, jadi ibu membuat rok ini untukku," jelas Salwa.
"Kalau begitu, berarti ibumu pandai menjahit, bukan?" kata Nufail menawarkan diri untuk bertanggungjawab.
"Aku belum selesai," pangkas Salwa, "kini aku tidak bisa lagi meminta ibu memperbaiki rokku kak," lanjutnya.
"Karena?" jawab Nufail sambil memasang wajah serius.
"Ibuku sudah tidak ada, kak. Rok inilah yang terakhir kali ia buatkan untukku," kata Salwa.
"Innalillahi, maafkan kakak ya, Salwa," kata Nufail yang semakin merasa bersalah.
"Baiklah kak, tinggalkan aku, aku tau kakak masih banyak urusan di hari ini, benar begitu?" tanya Salwa, gadis kecil yang bicaranya sudah seperti orang dewasa itu.
"Bagaimana dengan rokmu?" tanya Nufail.
"Nanti kubilang nenek saja, sudah sana kakak pergi saja," usir Salwa kepada Nufail.
"Baiklah kalau begitu, lain kali jika aku bertemu dengan kamu lagi, kakak akan beri hadiah sebagai ucapan maaf kakak," janjinya kepada Salwa.
"Baiklah," kata Salwa.

Kemudian Nufail berpamitan dan mengucapkan salam kepada Salwa. Nufail berjalan sambil melambaikan tangannya dan menoleh ke belakang, ada perasaan tidak enak saat meninggalkan Salwa yang sedang bersedih, tetapi ia teringat janji bersama kakak tingkatnya untuk bertemu pagi ini.
Salwa yang masih saja bersedih masih duduk di tempat yang sama. Tiba-tiba ada seorang wanita menghampirinya.

"Siapa laki-laki yang menghampirimu tadi, Wa? Kakak melihatnya dari kejauhan," kata perempuan yang menyebut dirinya kakak.
"Dia lelaki yang sudah membuat rok aku sobek, kak. Dia baik tapi jahat," kata Salwa sambil mengeluh.
"Kamu ini lucu, baik tapi jahat itu bagaimana? Hihi," kata perempuan itu sambil tertawa kecil.
"Ah, sudahlah kak, aku kesal bahas ini. Lalu bagaimana dengan rokku kak, kita kan mau ke pasar?" tanya Salwa kebingungan.
"Yasudah, kita balik dulu ke rumah nanti kita ganti rokmu," jawab perempuan itu.
"Baiklah kak," kata Salwa.

----

Nufail sudah sampai di kampus. Dengan penampilannya yang rapi, ia sudah duduk di halaman dekat dengan gerbang kampus sambil menunggu kakak tingkatnya datang. Tiba-tiba, yang dinanti pun tiba. Seorang laki-laki yang juga berpenampilan rapi dan menggunakan tas selempang.

"Kamu Nufail?" tanya laki-laki itu.
"Iya, kak," jawab Nufail.
"Perkenalkan, namaku Rayyan, aku mahasiswa semester akhir di sini, hanya tinggal menunggu wisuda saja," kata Rayyan kepada Nufail.
"Oiya, jangan panggil aku kakak, panggil saja Bang Ray," lanjutnya.
"Ohh, baiklah, Bang Ray. Salam kenal, namaku Nufail. Aku baru saja menyiapkan keperluanku untuk magang," ujar Nufail.
"Wah, tepat sekali. Aku ingin mengajakmu magang di tokoku, kamu jurusan manajemen bisnis 'kan?" tanya Rayyan.
"Iya, bagaimana kakak bisa tau?" tanya Nufail, "Eh, Bang maksudnya!" tambahnya karena salah memanggil nama.
"Bagaimana bisa aku mengajakmu bertemu tanpa tau siapa dirimu, aneh aneh saja kau ini," kata Rayyan.
"Oh iya juga ya, kalau begitu apa yang ingin kakak bicarakan?" tanya Nufail.
"Berkaitan hal tadi, aku butuh kamu untuk ada di tokoku. Bulan depan, aku akan pergi ke Turki untuk mengurus beasiswa S2-ku. Aku juga akan menikah sebelum wisuda, aku pikir aku akan sibuk untuk beberapa bulan ke depan. Aku ingin kamu bantu aku mengurus bisnisku di sini. Aku tau kamu anak yang cerdas dan sholih," jelas Rayyan.
"MasyaAllah, rencana hidup yang terbaik," kata Nufail yang sedikit kaget.
"Alhamdulillah, ini rencana dari Allah juga. Jadi, bagaimana, apa kamu bersedia membantuku?" tanya Rayyan.
"Bersedia, Bang. Tapi sebelumnya kamu bimbing aku dulu ya, Bang," jawab Nufail.
"Pasti. Sebelum berangkat, akan kuberikan bekal untuk semuanya," jawab Rayyan.

Kesepakatan sudah terjadi. Nufail dan Rayyan sudah saling kenal dan bersepakat untuk saling membantu. Saat itu, mereka juga berbincang tentang banyak hal, mulai dari kegiatannya di kampus, tentang iman, bahkan tentang rencana Rayyan yang hebat itu. Nufail banyak bertanya padanya.

Setelah itu, Nufail pergi menuju kelas. Rayyan menunggunya nanti sore di tokonya. Dengan perasaan bahagia, Nufail berjalan sambil menebarkan senyumnya kepada teman-temannya. Seketika, saat ia ingin tersenyum pada seorang wanita, tiba-tiba wanita itu memalingkan wajahnya. Entah, mungkin ada yang salah dari senyum manisnya Nufail. Sambil memasang muka bingung, Nufail tiba di depan pintu kelas hingga terpentok pintunya. Duukk...

"Hey, jangan bengong Nufail!" kata Gio, teman sekelasnya.
"Iya, gi. Maaf.." kata Nufail.
"Kamu ini ada apa, tidak seperti biasanya," tanya Gio.
"Apa senyumku ini aneh, gi?" tanya Nufail.
"HAHA! Lucu kamu, Fail. Kamu sedang jatuh cinta ya?" kata Gio menggoda Nufail.
"Yang benar saja! Aku baru saja bertemunya satu kali, masa iya aku jatuh cinta?" kata Nufail.
"Aku melihatnya tadi di depan kelas, hahahaha" kata Gio sambil menertawakan Nufail.
"Apa aku terlihat jatuh cinta?" tanya Nufail kebingungan.
"Enggak sih. Tapi kamu senyum-senyum seperti itu," kata Gio.
"Aku hanya sedang bahagia, tapi ketika tadi aku senyum pada wanita itu, ia malah membuang mukanya dan tidak ingin melihatku," kata Nufail.
"Memang seperti itu dia orangnya," kata Gio.
"Kamu kenal dengannya?" tanya Nufail.
"Tentu kenal, dia itu teman SD-ku dulu. Kami baru bertemu saat kuliah lagi," kata Gio.
"Ohh begitu, memang sombong ya orangnya?" tanya Nufail.
"Bukan sombong, dia itu menjaga. Dari SD, dia memang hebat. Bisa menjaga pergaulannya dengan orang yang bukan mahramnya. Dia ini memang terkesan sombong, tetapi kalau sudah mengenalnya seru juga kok anaknya, cerdas, baik, begitulah," jelas Gio.
"..." Nufail terdiam.

"Ternyata, masih ada ya perempuan seperti itu," kata Nufail dalam hatinya. Wajar saja, di zaman sekarang ini sudah sulit menemukan seseorang yang bisa menjaga dirinya dari hal yang tidak diinginkan Allah. Kalaupun ada, dia adalah orang yang hebat. Allah begitu menjaganya, dan dia juga begitu menjaga Allah.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).

Ia ingat kata-kata dari ayahnya. Ayahnya pernah berkata bahwa ia harus menjaga pandangannya. Seketika ia tersadar bahwa wanita itu telah mengingatkannya pada pesan ayahnya itu. Ah, mungkin Nufail terlalu bahagia. Itulah mengapa ia tadi tersenyum pada semua orang.

"Hei, Nufail! Dijelasin malah bengong kamu nih," kata Gio.
"Iyaiya, maaf," kata Nufail.

Setelah itu, dosen masuk dan mulai pembelajaran. Nufail yang saat itu keheranan, kini mulai fokus belajar. Tapi yang menjadi  pertanyaan Nufail dalam hatinya adalah "Siapa wanita itu?". Wanita yang baru pertama kali dilihatnya di kampus ini.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates