Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Aku yang saat ini adalah bukan sepenuhnya kemauanku. Ada campur tangan oranglain yang sebenarnya pilihan yang tadinya tidak aku pilih. Contohnya, menjadi bagian dari salah satu anggota di suatu organisasi. Hmm, cerita aja gapapa ya?

Jadi, awalnya aku ini masuk ke sebuah organisasi, yang di mana ekspektasiku saat itu organisasi ini lebih baik dan keren daripada organisasi yang pernah aku jalani sebelumnya di SMP dan di MAN. Ya, tapi seiring berjalannya proses kedewasaan, kita juga harus mengerti semakin dewasa kita akan semakin bisa menemukan perbedaan antar sesama. Dari situlah mungkin aku yang terbiasa hidup di lingkungan homogen ini belum bisa beradaptasi dengan baik.

Hingga suatu ketika, aku hampir saja menyerah untuk berada di dalamnya. Aku sampai tidak punya semangat apapun untuk menjalankan amanah. Ya, seperti salah arah. Baru kali itu aku merasakan berorganisasi yang sedikit berbeda. Tapi, karena kupikir masih punya amanah, sesekali aku masih menampakkan muka untuk bisa bertahan di antara mereka.

Setelah masa jabatan berakhir, aku segera memutuskan untuk diriku ke depannya. Akankah aku tetap membohongi diriku sendiri dengan ketidaknyamanan ini, atau aku pergi dan mencari tempat yang lebih baik dari pada ini. Sejak saat itu aku mulai berpikir.

Hingga tiba saatnya, waktu menuntutku untuk memilih. Akankah aku melanjutkan perahu yang sedang berlayar ini, atau aku berhenti di tengah-tengah sebelum sampai pada pulau yang dituju. Kemudian, aku berada dalam ambang kebimbangan.

Lalu, munculah satu sosok yang sebenarnya aku tidak tahu siapa. Bahkan aku tidak pernah mengenalnya sekalipun. Berbicara dengannya pun mungkin tidak, untuk apa. Hehehe. Lalu suatu ketika perkenalan berjalan begitu saja, tanpa berkata "Hei, kenalin nama gue Aca," enggak. Semua tiba-tiba saja terjadi dengan percakapan lain. Ya, mungkin karena kami saling tau, hanya saja tidak pernah bicara.

Kemudian, beberapa orang mengajakku untuk ada di jalan ini. Yap, jalan yang sama sekali tidak ingin aku pilih sebenarnya. Aku yang juga sebenarnya lelah tiba-tiba harus berkorban menjadi 'sangat lelah', demi berdirinya dakwah. Huft, memang jalan dakwah itu perlu pejuang yang ikhlas, lagi-lagi aku bukan berangkat dari hal itu.

Aku kira, aku bukan sosok yang religius untuk bisa mengambil kesempatan ini. Sebab, aku ini hanyalah seorang pendosa yang kebetulan lulusan sekolah islam dari TK sampai SMA-nya. Tidak menjamin bukan bagi aku paham tentang agama? Tapi, sosok inilah yang meyakinkanku untuk bisa berani mengambil jalan dakwah ini.

Perlahan hatiku mulai terbuka, mungkin tak ada salahnya jika aku mau mencoba sesuatu hal yang baru. Ya, berusaha ikhlas dan belajar dakwah dari cara yang lain. Aku kembali mengenal tujuan hidup untuk bisa bermanfaat bagi orang lain, itulah yang juga meyakinkanku untuk berani ambil risiko ini. "Mungkin, inilah takdir dari Allah agar aku bisa bermanfaat bagi orang lain," kataku dalam hati.

Ah, benar saja. Jalan dakwah tak selalu mulus! Selalu ada hambatan dan rintangan, bahkan sampai detik ini. Beberapa hari lalu aku harus segera melaksanakan kewajibanku sebagai menanggung jawab suatu agenda, kemudian di tengah perjalananku aku merasa "Ah, kenapa semuanya gue, gue yang beli ini, gue yang beli itu, gue yang ngelakuinnya juga," kataku berteriak dalam hati.

Tapi kemudian, sosok ini yang mengingatkanku kembali. Inilah jalan dakwah, memang begini, selalu ada hambatannya. Tapi ingatlah bahwa aku melakukan ini bukan untuk manusia (saja), tapi untuk Allah. Kalau manusia tidak mengindahkan perilaku baik kita, maka ingatlah Allah yang selalu tahu mana kebaikan kita.

"Anggap aja ini sedekah, sebanyak apapun yang dikeluarkan pasti dibalas sama Allah," begitu kata dia.

Yap, benar saja. Sering kali kalau merasa diri ini paling bersedih karena ini, aku selalu mengingat perkataannya. Terima kasih ya, semoga kamu juga semangat menjalankan amanahnya. Allah tau kamu capek, tapi kamu tau kan Allah membebani kita amanah ini karena Allah yakin kita mampu. Aku juga yakin kamu bisa karena kamu masih bisa menyemangati orang lain yang capeknya gak seberapa, seperti aku ini. Hehe. Makasih banyak. Semoga Allah meluruskan langkah kita dan memudahkan segalanya, aamiin.

Semangat untuk kitaaaa :)

Kemudian, Nufail ke luar dari ruangan itu, lalu meminta karyawan perempuannya untuk mengambil sebatang bunga mawar merah dan menitipkan sesuatu padanya.


"Apa kausudah bangun? Maaf aku tidak bisa membangunkanmu, setelah kamu bangun dari tidur maka bergegaslah pergi ke kampus. Hati-hati di jalan, karena jalanan licin sehabis hujan, ttd Nufail."

Zaina melihat catatan kecil bertuliskan pesan tersebut dengan setangkai mawar merah di atas meja. Zaina yang baru bangun dari tidurnya tiba-tiba tersenyum melihat tingkah lucu Nufail. Zaina yang saat itu langsung merapikan diri kemudian bergegas pergi.

Sesampainya Nufail di kampus, ia mengajak Gio untuk makan siang sambil membawa buku bacaannya. Ya, lagi-lagi ia sedang membaca buku berjudul "Daun" milik Barli Arbani. Di perjalanan menuju kantin, Nufail sesekali melirik kanan dan kiri seperti mencari kehadiran seseorang.

"Hei, Nufail. Kamu sedang mencari siapa?" tanya Gio sambil menepuk bahu Nufail yang kekar.
"Tidak, aku tidak mencari siapa-siapa," jawaban  Nufail membohongi Gio.
"Ah, aku tidak percaya! Jangan-jangan kamu sekarang sudah main perempuan ya?!" celetuk Gio.
"Hush! Apa apaan kamu, mulutnya dijaga kalau bicara," kata Nufail.
"Tapi benarkan?" kata Gio.
"Jangan ngaco kamu, Gi," kata Nufail.

Gio yang saat itu kebingunan seketika terdiam seperti tak ingin berdebat.

Seperti biasa, Gio yang memesan makanan sementara Nufail membaca buku sambil menunggu pesanan datang. Tiba-tiba, seorang anak kecil datang menghampiri Nufail.
"Ini kak, pesanan air minumnya," kata anak itu.
"Terima kasih... Hey, Salwa?" kata Nufail yang tiba-tiba kaget.
"Ih, kenapa sih harus bertemu kakak di sini, aku kan jadi malu," kata Salwa.
"Malu untuk apa?" tanya Nufail.
"Malu, karena ketemu kakak saat lagi berjualan seperti ini," kata Salwa sambil menundukkan kepalanya.
"Hey, dengarkan kakak. Berjualan itu halal loh, kita tidak perlu malu untuk itu," kata Nufail.
"Benarkah kak, kata siapa?" kata Salwa penasaran.
"Dalam hadist dan Alquran, perdagangan itu Allah halalkan Salwa, jadi kamu tidak perlu malu lagi ya," kata Nufail.


عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»

Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)

Tiba-tiba Gio datang membawa makanan, sedangkan Salwa kemudian pergi. Lalu dia keheranan karena Nufail begitu akrab dengan Salwa, anak penjual minuman di kantin kampusnya.

"Nufail, kamu kenal adik ini?" tanya Gio.
"Aku pernah bertemunya di dekat rumah," kata Nufail.
"Ah, yang benar saja. Rumahmu kan jauh dari sini," kata Gio.
"Memangnya kenapa?" tanya Nufail.
"Kau tau? Anak itu sering kulihat berjalan kaki ketika pulang dari sini, kukira rumahnya dekat," kata Gio.
"MasyaAllah. Masa?" tanya Nufail tak percaya.
"Iya, kalau tidak percaya.. nanti sore kita lihat dia pulang. Kau pulang denganku ya," kata Gio.
"Baiklah," kata Nufail.

Setelah itu mereka makan. 

---

Sore ini Gio dan Nufail pulang bersama. Kemudian mereka sengaja menunggu Salwa di depan kampus, berharap Salwa lewat dan bisa diikuti oleh mereka.

Namun tiba-tiba, Salwa pulang bersama seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah Misha, iyaa, yang kemarin datang ke rumah Nufail malam-malam. 

"Sebentar, sepertinya aku kenal wanita itu," kata Gio.
"Dia Misha, anaknya sahabat uma," kata Nufail.
"Aku pernah bertemunya di apotek," kata Gio.
"Bentar, lalu mengapa mereka pulang bersama?" Tanya Nufail keheranan.
"Ayo kita ikutin," kata Gio.

Kemudian mereka mengikuti Salwa dan Misha. 

Berhentilah kedua perempuan itu di depan rumah yang tak jauh dari rumah Nufail. Lalu Misha dan Salwa masuk ke rumah. Ditunggunya beberapa menit, ternyata Misha tak kunjung keluar. 

"Jadi mereka satu keluarga?" Kata Nufail.
"Entahlah, tapi Salwa ini beruntung sekali punya kakak secantik dia," kata Gio sambil senyum senyum.
"Hey, kamu ini. Jaga pandanganmu!" Kata Nufail.
"Aku hanya bercanda... Hehe" kata Gio.
"Baiklah, aku pulang dulu, terima kasih sudah mengantarku pulang," kata Nufail.
"Baiklah, sama-sama," kata Gio.

Lalu Nufail pergi dan Gio membawa mobilnya dengan cepat.

Sesampainya Nufail di rumah, Nufail berniat untuk melanjutkan ceritanya bersama Uma. Tapi, sesampainya di rumah, Uma tidak ada. Ke mana, Uma?

--------------

Tunggu kelanjutan cerita ber-Serinya ya!

Assalamualaikum, blogger! Hari ini aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Hari di mana aku merasakan bersyukur yang sedalam-dalamnya. Aku merasa hari ini adalah momen langka yang mungkin saja tidak akan terjadi lagi suatu saat nanti. 

Kalian tau, seseorang kadang berbangga diri dengan kelebihannya, bahkan sampai lupa untuk bersyukur. Tapi tidak untuk mereka, mereka justru tidak berbangga dengan kekurangannya, tetapi mereka sealu bersyukur di atas kekurangannya. Salut, melihat setiap senyuman yang ada di wajah kurang lebih 40 teman penyandang disabilitas.

Hari ini, aku dan beberapa panitia Bigboss 2018 berkesempatan untuk bisa belajar dan bermain bersama teman-teman berkebutuhan khusus. Tahukah kalian, berada di antara mereka-mereka ini  membuat diri yang 'katanya' punya kelebihan menjadi tidak ada apa-apanya. Yap, rasanya masih belum pantas berbangga diri setelah melihat mereka yang selalu tersenyum dengan apapun yang terjadi. 

Mereka ini teman-teman dari segala usia, meski semuanya terlihat seperti kekanak-kanakan. Mereka memanggil kami semua dengan sebutan 'kakak', padahal mungkin saja ada yang usianya jauh lebih tua daripada kami. Ada yang suka bernyanyi, mengaji, main musik, bahkan ada yang suka berdakwah melalui marawis yang dibawakannya.

Dengan segala kekurangan bicara, pendengaran, mental, akal dan pikiran, semua bersatu padu menjadi kebahagiaan. Kita saling tebar senyum dan berpegangan tangan. Melukis bersama, mewarnai bersama, bahkan kita makan bersama. Ada haru dibalik senyuman-senyuman manis dari setiap orang yang tadi ada di sana. Masya Allah.

Dari Bigboss ini, aku merasakan baru pertama kali bermain sama teman-teman seperti mereka. Awalnya aku takut, bahkan aku takut dengan pikiran-pikiran yang buruk, "Nanti kalo dia ngerepotin gimana?", "Gimana kalau dia memberontak?", "Gimana kalo dia nanti gak suka sama aku?" Segala pikiran bercampur aduk saat acara hendak dimulai. Aku yang dengan ragu menatap pada satu arah, sambil berdoa supaya Allah menguatkan dan membuat aku bisa menemani mereka.

Alhamdulillah, kemudian Allah menggerakkan hatiku untuk tetap mencoba. Hatiku bilang jangan takut untuk berbagi, semuanya tidak ada yang rugi. Aku punya kelebihan yang mungkin mereka tidak punya, tapi ternyata mereka lebih punya kelebihan untuk mengajak aku bersyukur. Alhamdulillah mereka begitu menerima kehadiran kami, aku begitu terharu melihat mereka dengan ucapan-ucapannya.

Kalian tau tidak, aku juga sangat bersyukur sekali hari ini. Di acara ini, aku melihat sisi sisi lain dari teman-temanku sendiri. Yang setiap kali terlihat angkuh, ambisius, dan berjiwa gagah nyatanya bisa menitikkan air mata saat memeluk teman spesial seperti mereka. Ada pula seseorang yang tidak selalu menampakkan keseriusannya, baru saja kulihat kelembutan hatinya menerima segala candaan dan rasa sayang dari teman-teman disabilitas. 

Tak hanya bibir yang tersenyum, tapi hati pun demikian. Sayangnya, bahagia itu kalah dengan gengsi, sehingga senyuman itu sedikit malu-malu terpancar. Padahal aku sangat bahagia melihat peristiwa-peristiwa manis siang tadi, sampai kita bisa makan bersama. Ah, lucunya! Maha Adil Allah, segala kekurangannya menjadi kelebihan yang tak terduga.

Apalah daya dari kita yang selalu berbangga?
Padahal tidak ada yang perlu dibanggakan dari seseorang yang jarang atau bahkan tak pernah bersyukur.

"Nak, ini makanannya sudah siap. Ayo kita makan malam dulu," kata Uma memanggil Nufail.
"Iya, Uma.." jawab Nufail.

Tak lupa Nufail membuat makanan pula untuk Hiro, kucing kesayangannya. Lalu Nufail dan Uma makan malam. Setelah selesai, Uma segera merapikan meja makan dan Nufail membantunya dengan mencuci piring.

"Uma, ayo kita cerita!" Kata Nufail selepas cuci piring.
"Iyaa, semangat sekali kamu Nufail," kata Uma.
Sambil duduk di sofa, Uma dan Nufail mulai cerita.
"Gimana, Nak? Bagaimana hari ini, lancar?" tanya Uma.
"Alhamdulillah, hari ini lancar Uma. Aku dipercaya untuk jaga toko bunga. Aku diajak magang di sana dan dibayar juga uma. Seru banget kan?" kata Nufail.
"Wah, masya Allah. Seru sekali kerja di antara bunga-bunga. Uma ikut senang dengarnya," kata Uma.
"Iya, nanti sesekali akan Nufail bawakan bunga untuk Uma. Uma kan suka sekali dengan bunga.." kata Nufail.
"Ah, kamu ini. Sudah dewasa masih saja merayu Uma," kata Uma.
"Maksud uma? Aku harus merayu siapa?" tanya Nufail.
"Memangnya belum ada seseorang yang sudah menarik hatimu?" kata Uma mulai serius.
"Nah, ini Uma. Aku bingung..." kata Nufail.
"Ada apa?" tanya Uma.
"Jadi, tadi itu......." kata Nufail.

Tok-tok, suara pintu diketuk.

"Assalamualaikum.." terdengar suara seseorang di depan pintu.
"Waalaykumussalam," jawab Uma dan Nufail.
"Siapa malam-malam begini bertamu?" tanya Uma.
"Entahlah, Uma. Sebentar, akan kubuka."

Kemudian, Nufail membuka pintu dan ternyata seorang perempuan cantik datang ke rumah Uma.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu malam-malam," kata perempuan itu.
"Waalaykumussalam, iya tidak apa-apa. Maaf, ada apa ya?" tanya Nufail.
"Bisakah saya bertemu dengan Uma Aisyah?" tanya perempuan itu.
"Tentu, silakan masuk," kata Nufail mempersilakan.

Perempuan itu duduk di ruang tamu. Lalu Nufail memanggil Uma yang tadi duduk di sofa ruang tengah. Kemudian, datanglah Uma ke ruang tamu menemui perempuan itu. Sementara Nufail duduk di samping Uma.

"Uma Aisyah, masyaAllah semakin cantik saja," kata perempuan itu.
"MasyaAllah, Misha. Tumben kamu datang malam-malam begini," kata Uma sambil memeluk Misha.
"Iya, Uma. Maaf ya ganggu malam-malam. Hari ini aku sebar undangan pernikahanku. Kebetulan lewat rumah uma aku jadi teringat. Nanti datang ya ke pernikahanku?" kata Misha yang memberi undangan sambil memasang wajah sedihnya.
"Jadi kamu menerima pinangannya?" tanya Uma dengan nada kaget.
"Iya, Uma. Jika tidak, maka keluargaku akan dihantui renternir setiap saat," kata Misha sambil meneteskan air matanya.
"Jadi, kamu menjual dirimu hanya untuk duniawi saja?" kata Nufail yang ikut berbicara.
"Seperti itulah hidupku, memang hanya dibeli untuk membeli," kata Misha.
"Maksudmu?" tanya Nufail.
"Jadi begini, ibunya Misha adalah sahabat Uma. Semenjak menikah, ibunya selalu cerita kepada Uma karena suaminya yang jahat. Hingga bertahun-tahun, ibunya tidak memiliki anak maka dari itu ibunya mengadopsi Misha saat masih 10 tahun," kata Uma.
"Hidupku tidak pernah nyaman, sebab aku selalu diperbudak ayah untuk bekerja. Tapi kuanggap itu hanyalah sebuah balas budiku kepada mereka yang mau mengadopsiku," lanjut Misha.
"Dan sekarang, ayahnya terlilit banyak hutang karena bisnisnya. Lalu seorang bos besar--yang tidak lain adalah partner bisnisnya-- ingin melunasi hutang ayahnya, namun dengan syarat ia harus menikahkan anak bos itu dengan Misha," lanjut Uma bercerita.
"Jadi, kamu menerimanya?" kata Nufail.
"Mau tidak mau, mungkin nasibku memang seperti ini," kata Misha.

Melihatnya lelah bercerita, Nufail mengambilkan teh untuk ibu dan Misha.

"Bersabarlah, Allah akan balas segala perjuanganmu," kata Nufail sambil menaruh teh di atas meja.
"Iya, aku yakin itu," kata Misha.
"Sudah kalau begitu, sudah malam, tidak baik seorang perempuan keluar malam..." kata Uma.
"Iya uma, maaf ya sudah ganggu malam-malam begini," kata Misha.


انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيل اللَّهِ

Artinya: “Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat, dan berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS. At-Taubah [9]: 41)

Kemudian, Misha pamit kepada Uma dan Nufail. Setelah itu, Uma dan Nufail sepakat untuk melanjutkan ceritanya esok hari. Waktunya jiwa dan raga beristirahat. Uma dan Nufail bergegas wudhu dan pergi tidur.

---

Keesokan harinya, Nufail berangkat lebih pagi. Sebab, ia harus mampir ke toko bunga untuk memastikan karyawan yang datang. Nufail pamit kepada ibu kemudian ia pergi.

Sesampainya di toko, ia melihat sebuah sepeda antik parkir di depan toko. Padahal, toko itu belum dibuka, tak mungkin ada pembeli datang sepagi itu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.00. Lalu Nufail membuka pintu dan masuk ke toko.

Setelah ia masuk ke toko, ia mencari siapa pemilik sepeda itu. Dilihatnya di setiap sudut ruangan, hanya ada beberapa karyawan yang sedang merapikan bunga-bunga di sana. Tetapi, saat tiba di sudut ruang baca, ada seorang perempuan berjilbab merah muda sedang membaca buku. Kemudian Nufail menegurnya.

"Maaf, sedang apa Anda di sini? Bukankah toko ini belum buka?" kata Nufail yang berdiri di belakangnya.

Kemudian, perempuan itu menoleh ke belakang.

"Aku hanya ingin......... Nufail?" kata perempuan itu terhenti karena kaget.
"Zaina? Bagaimana kauada di sini?" kata Nufail yang juga kaget.
"Hm.. Aku memang suka ke sini sebelum berangkat kampus," kata Zaina sambil menundukkan wajahnya.
"Kamu sering ke sini?" tanya Nufail.
"Iya, hampir setiap pagi," kata Zaina.
"Wah, benarkah? Kalau begitu kita akan sering bertemu," kata Nufail.

Lalu Zaina tersenyum, begitupun dengan Nufail. Kemudian, Nufail pergi untuk kembali melihat toko dan Zaina melanjutkan bacaannya.

Beberapa menit berlalu, seketika hujan turun dengan perlahan. Tetesan demi tetesan berbunyi di atas atap toko bunga. Bercak embun mulai menghiasi kaca-kaca toko itu. Lalu, terlihat Zaina berjalan ke arah luar, kemudian ia berdiri di depan pintu. Tiba-tiba saja Nufail datang..

"Hujan ya?" kata Nufail sambil menegur.
"Kamu bisa lihat sendiri," kata Zaina.
"Kalau begitu, jangan pergi," kata Nufail sambil melihat ke arah jalanan yang basah.
"Tapi sebentar lagi jam kuliah," kata Zaina.
"Jangan paksakan dirimu untuk sakit, karena tindakan karena paksaan saja sudah bikin sakit," kata Nufail yang tiba-tiba bijak.
"Kamu bisa saja, Nufail," kata Zaina sambil tersenyum.
"Masuk ke dalam, udara saat hujan sangatlah dingin," kata Nufail yang mengajaknya masuk ke dalam.

Kemudian Nufail membuatkan secangkir teh hangat kepada Zaina. Zaina yang saat itu ingin kuliah menjadi terhambat karena hujan tak kunjung reda. Begitupun dengan Nufail. Kemudian, Zaina duduk di sudut ruang baca sambil menikmati teh buatan Nufail. Sedangkan Nufail membuka laptopnya dan duduk di ruangan berbeda.

Sudah satu jam berlalu, hujan mereda. Nufail hendak memberi tahu Zaina untuk bergegas berangkat kuliah. Namun, saat ia masuk ke ruangan baca, Zaina tampak tertidur dengan menopang kepalanya diatas meja. Kemudian...

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Pernah gak sih kalian ada di masa benar benar semua urusan, masalah, kesibukan, menjadi satu dalam satu waktu. Terus kalian gatau harus mulai dari mana, harus bagaimana, dan harus diapain semua itu.


Yap, akhir-akhir ini aku lagi ada di keadaan itu. Belakangan ini aku juga sedang menyusun projek nulis sama dosen, terus ada tugas editing video per kelompok tapi cuma aku yang bisa ngerjain:(, di samping itu aku juga diminta jadi panitia yang mengurus soal sponsorship, gak cuma satu acara tapi juga dua acara:(. Selain itu, aku juga punya tanggung jawab untuk nulis di salah satu media, lalu aku juga harus menulis di majalah kampus. Aku juga harus shoot video untuk tugas karena teman kelompokku yang lain tidak bisa diharapkan:(.


Entah, semua itu memang tanggung jawab. Allah mengatur segalanya dengan sebaik-baiknya. Aku bersyukur, tapi di satu sisi aku juga mengeluh. YaAllah, maafkan aku.


Rasanya di otakku tidak bisa menjalankan semua itu dalam satu waktu. Tapi apalah daya, deadline mereka semua bersamaan. Belum lagi aku harus menjalankan amanahku sebagai salah satu anggota di himpunan. Adapun beberapa masalah pribadi juga yang sempat membesar akibat ulahku sendiri, ya mungkin di saat itulah emosi tidak bisa terbendung. Mohon maaf, semoga kalian mengerti.


Lelah, pusing, sakit kepala, telat makan, begadang, tidur di kereta, pulang cepet untuk curi2 waktu, itu semua aku lakukan. Maaf jika tiba tiba terbenak ada dipikiran kalian,
"Tumben aca kayak gini?"
"Aca lagi kenapa?"
"Kok jadi kupu-kupu"


Teman, sebenarnya akhir akhir ini aku pulang siang pun bukan karena lari dari tanggung jawab, justru aku mengambil waktu luangku untuk bisa mengerjakan itu semua sampai selesai. Bahkan sampai malam hari. Bahkan sampai berhari-hari, berlarut-larut dalam tugas yang sama.


Belum lagi, sekarang baru kerasa efeknya ke tubuh aku. Kepalaku berat seharian ini, lemas sekali. Jadi inget masa-masa waktu sering pingsan di sekolah karena suka kecapean, tapi aku harap hal itu gak akan terulang. Aku juga ingat pesan temanku, "Jangan pingsan lagi, kasian capeknya gak cuma di kamu tapi orang lain juga capek gotongnya," hehe. Iyaa siap, semoga ga pingsan lagi.


Jadi, tolong maklumi ya teman. Maaf kalo berlebihan.


Oiya, aku ingat waktu itu sampe ada yg nanya.
"Kenapa sih kamu apa apa ditulis di blog", pertanyaan itu terlontar dengan nada menyindir.


Oke, aku klarifikasi.


Kalau kalian mau anggap aku lebay gapapa, aku ini ya seperti ini. Aku cuma suka meluapkan emosiku lewat tulisan, karena aku sudah kebiasaan.


"Terus kenapa harus di blog? Kan orang jadi tau."


Justru ini, aku cuma ingin menciptakan image kepada teman2, jika kalian ingin tahu apapun yang sedang terjadi sama "Aca", tengoklah dia di blog. Tulisannya selalu ada ketika ia emosi, kecewa, sedih, ataupun bahagia. Tak jarang juga aku menuliskan peristiwa berkesan menurutnya. Jadi, sama halnya jika kamu bersedih dsb lalu kamu makan eskrim. Sama, mungkin dengan begitu emosi kamu lebih mereda kan? Setiap orang punya jalannya masing-masing untuk menuju keadaan yg lebih baik.


Jadi, mohon maaf kalo terkesan lebay, segala galanya ditulis atau apalah. gak gitu. Bahkan kalaupun kalian ga baca tulisan aku di blog juga aku gapapa. Sebab aku juga menulis untuk diri aku sendiri, gak peduli orang lain bilang apa. Hehe. Makasih.


Semoga kalian ngerti ya keadaan aku saat ini. Doakan yang terbaik.

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates