Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Nufail mencari Uma dari sudut ke sudut rumah, ternyata uma tidak ada. Tidak lama, terdengar suara pintu diketuk. Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamu'alaikum," kata seseorang di balik pintu.
"Wa'alaykumussalam," jawab Nufail sambil berjalan ke arah pintu, kemudian ia membuka pintu.
"Misha?" kata Nufail.
"Iya, ini aku. Maaf ganggu sore-sore, ini ada surat dari Uma, dia ada keperluan di kampung, izin untuk meninggalkan rumah untuk 2 hari ke depan," jelas Misha.
"Ke kampung? Kok tumben uma gak bilang aku dulu?" kata Nufail.
"Iya, mungkin Uma pikir kamu pulang malam lagi karena harus ke toko, jadi beliau nitip surat ini sama aku," kata Misha.
"Yaampun, Uma. Yaudah makasih ya, Sha," kata Nufail.
"Sama-sama , Fail. Oiya, kalau kamu butuh apa-apa kamu datang aja ke rumahku, kita cuma beda 2 gang dari sini," kata Misha.
"Bentar... Jadi, kamu ini kakaknya Salwa?" tanya Nufail.
"Tahu dari mana kamu?" kata Misha.
"Tadi...." kata Nufail terhenti.
"Sebentar! Tidak baik kita bicara di depan pintu seperti ini, apalagi kamu lagi sendirian di rumah, udah mau maghrib juga," kata Misha.
"Oiya, astaghfirullah. Yaudah, besok pagi saja kita bicarakan," kata Nufail.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit, wassalamu'alaikum," pamit Misha.
"Wa'alaykumussalam," kata Nufail sambil perlahan menutup pintu.

Setelah itu, Misha pergi meninggalkan rumah Nufail. Sementara Nufail bergegas bersih-bersih karena baru saja pulang kuliah. Setelah itu, Nufail pergi ke luar untuk mencari makan.

Di perjalanan, Nufail melihat tukang nasi goreng berdiam diri di pinggir taman. Akhirnya Nufail memutuskan untuk membeli nasi goreng tersebut. Dipesanlah satu piring nasi goreng pedas tanpa bawang goreng, selera kesukaannya. Kemudian Nufail duduk di kursi yang telah disediakan.

"Sendirian aja, bang?" kata abang penjual nasi goreng.
"Iya nih, lagi sendirian, Uma lagi pulang kampung," kata Nufail.
"Jadi gak ada yang masakin ya, bang?" ujar abang penjual nasi goreng sambil mengejek.
"Iyanih, bang. Hehehe," kata Nufail sambil tersenyum.
"Makanya nikah, bang.  Biar ada yang masakin," kata abang nasi goreng sambil kembali mengejek.
"Ah, kalau saya ada yang masakin nanti saya gak beli nasi goreng lagi," kata Nufail menggoda balik abang penjual nasi goreng.
"Bisa aja nih si abangnya, oiya, telurnya didadar seperti biasa, bang?" tanya Abang.
"Iya, seperti biasa dong," kata Nufail.

Tiba-tiba, ada seseorang datang untuk membeli nasi goreng juga.

"Saya juga ya bang, nasi goreng pedasnya satu, telurnya didadar dan bawang gorengnya yang banyak ya," kata Zaina.
"Zaina?" kata Nufail yang kaget melihatnya ada di sana.
"Hey, kamu di sini juga?" tanya Zaina.
"Rumahku dekat sini, kenapa kamu ada di tempat seperti ini, bukankah ini perkampungan yang jauh dari kota?" kata Zaina.
"Aku habis mengunjungi kebun bunga milik ibuku di sini," kata Zaina.
"Wah, kamu suka sekali ya dengan bunga? Tadi pagi kita bertemu di toko bunga, sekarang kamu habis pulang dari kebun bunga," kata Nufail.
"Iya begitulah, ibuku yang memberikan amanah untuk mengurus kebunnya di sini," kata Zaina.
"Wah, sama. Uma juga suka sekali dengan bunga," kata Nufail.

Percakapan Nufail dan Zaina tak terasa semakin asyik. Hingga nasi goreng yang mereka pesan pun sudah jadi.

"Akrab ya ngobrolnya? Nihhh nasi goreng pesanan kalian sudah datang, yang satu tanpa bawang goreng yang satu bawang gorengnya banyak, awas jangan sampai tertukar," kata abang nasi goreng.
"Wah, iya nih bang.  Makasih ya bang," kata Nufail.
"Maaf bang, hehe. Makasih banyak ya," susul Zaina.
"Iya, silakan di makan. Kalau ada yang kurang bilang aja ya," kata abang.
"Siap," kata Nufail.

Lalu mereka makan bersama. Ditemani oleh abang penjual nasi goreng yang sesekali mengajak bercanda kecil. Lalu seketika ponsel Zaina berbunyi, "..."

"Maaf, abangku menelpon. Sebentar ya," kata  Zaina.
"Baiklah," kata Nufail sambil melahap nasi gorengnya.

Di saat Zaina pergi menepi mengangkat telpon, Nufail mencuri kesempatan berbicara berdua dengan abang nasi goreng.

"Bang, perempuan itu sering datang ke sini?" kata Nufail.
"Hmm, bisa dibilang tidak. Tapi sesekali ia datang dan pasti selalu makan di tempat ini," kata Abang.
"Kapan tuh bang?" tanya Nufail sambil merapikan bekas makannya.
"Kira-kira seminggu cuma dua kali ke sini, tapi tidak tentu," jelas Abang.
"Dia asli mana memang, bang?" tanya Nufail yang penasaran.
"Ada apa nih nanya-nanya mulu?  Kamu suka ya......" celetuk Abang.
"Hush! Abang ini, nanti kedengeran," kata Nufail.
"Suka apa?" jawab Zaina yang sudah menutup telponnya.
"Eh, udah telponnya?" kata Nufail.
"Iya, udah. Tadi kamu lagi ngomongin apa?" kata Zaina.
"Itu neng, tadi dia bilang..." kata Abang terhenti.
"Itu, bukunya Barli! Aku suka bukunya Barli," kata Nufail mengeles.
"Wah, seru sekali pembahasannya, tapi aku harus pulang nih, besok harus mengantar abangku ke Bandara," kata Zaina.
"Wah, iya. Sudah malam juga, kamu naik apa?" tanya Nufail.
"Itu, naik sepeda," kata Zaina sambil menunjuk sepeda antiknya.
"Malam-malam begini?" kata Nufail.
"Tadi kan belum malam, hehe," kata Zaina.
"Yaudah neng, buruan pulang, hati-hati. Jangan lupa berdoa di jalan," kata Abang.
"Iya bang, makasih ya, saya pamit dulu, Assalamu'alaikum," pamit Zaina.
"Waalaykumussalam," jawab Zaina dan Abang.

Kemudian tak lama Nufail juga pamitan pergi karena hari sudah mulai larut.

---

Keesokan harinya, Nufail bergegas pergi ke toko bunga. Ia lebih memilih untuk datang pagi sebelum kuliah karena setiap sore ia lupa untuk menjual hasil kebun ke pasar. Semenjak ia bekerja bersama Rayyan, Uma lah yang menjual langsung hasil kebunnya. Kini, saat Uma tidak ada, Uma berpesan kepada Nufail untuk menggantikan peran Uma untuk pergi ke pasar setiap sore.

Sesampainya di toko bunga, toko tampak sepi. Nufail tidak dapat kabar apapun dari Rayyan mengenai toko yang tutup hari ini. Mungkin Rayyan sedang ada acara keluarga, pikir Nufail dalam hatinya. Lalu, ia melanjutkan perjalanannya ke kampus.

Nufail tampak datang terlalu pagi, lalu ia teringat Salwa yang kemarin bertemunya di kantin. Nufail segera mencari Salwa karena ingin menebus janjinya beberapa waktu lalu.

Benar saja, saat Nufail datang, Salwa sedang merapikan meja-meja kantin bersama sang nenek. Gadis berjilbab dan bertubuh mungil itu terlihat gesit memainkan lap di tangannya, sambil bernyanyi dan berputar-putar. Dari kejauhan, Nufail tersenyum karena melihat tingkah lucu Salwa. Kemudian, ia menghampiri anak itu.

"Salwa," kata Nufail memanggilnya.
"Kakak!" kata Salwa sambil melambaikan tangannya lalu berlari ke arah Nufail.
"Hey, tumben kamu baik sama kakak," kata Nufail yang mulai menggoda anak kecil itu.
"Tuhkan, serba salah deh aku!" kata Salwa yang ketus.
"Bercanda, kamu rajin sekali pagi-pagi sudah di sini," kata Nufail.
"Kakak juga rajin!" kata Salwa dengan senyum.
"Bisa aja kamu! Nih, kakak membawa sesuatu untukmu, lihatlah," kata Nufail sambil mengulurkan bingkisannya.
"Apa itu?" tanya Salwa penasaran.
"Ini, janji kakak waktu merobek rokmu, ambillah," kata Nufail.
"Wah, benar-benar tepati janji! Terima kasih kakak," kata Salwa sambil memeluk Nufail.
"Sama-sama Salwa, semoga bermanfaat ya," kata Nufail yang juga memeluk Salwa.

Nenek Salwa dari kejauhan melihat tingkah laku Nufail yang begitu penyayang. Ia begitu terharu ternyata masih ada anak muda yang peduli kepada sesama. Bahkan dalam hatinya ia berkata, "Andai saja cucuku bisa menikah dengan orang seperti ini, maka beruntunglah aku."

Namun, seketika nenek tersadar lalu beristighfar. Sejatinya, sebagai seorang muslim, ia tersadar bahwa ada beberapa 'berandai' yang dilarang. Ini nih, informasi untuk kaliaan semua, semoga bermanfaat!

Pertama, Pengandaian karena memprotes syariat. Dalam hal ini ulama sepakat hukumnya haram.

Misalkan, seseorang mengatakan; andai rokok itu halal, tentu aku bisa dapat untung besar. Dia ucapkan semacam ini karena kesedihannya ketika harus kehilangan pekerjaan di pabrik rokok atau tembakaunya dibuang.

Pengandaian dalam bentuk protes terhadap syariat semacam ini merupakan karakter orang munafik yang keberatan dengan aturan Allah. Allah ceritakan tentang mereka:

الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“(orang munafik) merekalah yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: “ANDAIKAN mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali Imran: 168).

Mereka berandai-andai untuk memprotes keputusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang melakukan Perang Uhud, karena ketika itu mereka mengalami kekalahan.

Kedua, pengandaian untuk memprotes takdir. Ulama sepakat hukumnya haram.

Misalnya, seseorang sangat sedih karena kehilangan kesempatan menguntungkan. Kemudian dia berandai-andai: “Andai tadi saya di rumah, pasti saya dapat jatah juga.”

Pengandaian semacam ini juga dilakukan orang-orang munafik, karena tidak tahan dengan ujian berat yang menimpa mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan keadaan mereka:

يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Mereka (orang-orang munafik) berkata: ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali Imran: 154).

Ketiga, pengandaian karena penyesalan akibat musibah yang menimpanya. Hukumnya haram.

Misal, seseorang mengalami kecelakaan, kemudian dia berandai: “Andai saya tadi gak berangkat, kan gak kecelakaan”

احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجز، وإن أصابك شيء، فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان

“Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim 2664)
Keempat, pengandaian karena keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Bukan karena penyesalan atau protes terhadap takdir.

Hukum dari pengandaian ini tergantung dari apa yang diangan-angankan. Jika yang diangankan kebaikan, maka nilainya pahala dan sebaliknya, jika yang diangankan kemaksiatan maka nilainya dosa.

Kelima, pengandaian untuk hanya sebatas informasi, bukan karena penyesalan atau protes terhadap takdir. hukumnya dibolehkan.

Misal, seseorang mengatakan: “Andai kemarin Anda hadir, Anda akan mendapatkan ceramah yang bermanfaat.”

---

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

 

Mungkin kita selalu bilang, kita bertemu karena ketidaksengajaan. Padahal bisa jadi itulah cara Allah yang sengaja mempertemukan kita. Aku sama kamu juga dong?
Iya, tentu.
Tapi, entahlah kita bertemu ini untuk apa. Cuma sekadar teman kah, atau saling bersahabat kah, atau menjadi pengagum rahasia kah, atau bisa jadi hanya seseorang yang lewat dan menyakiti hati untuk diambil pelajarannya.
Wallahu'alam.
Tentu, aku berharap pertemuan kita ini baik.
Tapi, mengapa semua ini justru membuatku sakit? Ya, terkadang menjadi pura-pura tidak tau itu sangat diperlukan, hal itu dilakukan untuk meminimalisir rasa sakit 'kan? Ah, jika saja aku bisa melakukannya, mungkin sudah kulakukan sejak dulu.
Tapi nyatanya, berusaha untuk tidak peduli aja susah. Sebab kamu selalu hadir di depan mataku, sekalipun aku sudah menghindar.
Tapi kenapa?
Tambah lagi kamu membuat suatu pernyataan, lalu entah mengapa aku sedih saat membacanya.
Di satu sisi, kamu mendeskripsikan hal yang tidak tertuju padaku, artinya, bisa jadi apa yang kamu harapkan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam diriku.
Ah, bodohnya aku!
Ngapain sih mencari tahu sedalam itu?
Penyelam yang andal aja perlu persiapan matang untuk mendalami dasar lautan, sedangkan aku? Bermodal hati yang dititpkan saja sudah berusaha mendalami hati yang lain? Halah. Wajar saja sakit hati.
Kadang sakit hati ini selalu mencari kambing hitam atas penyebabnya. Kalau begitu, maka aku akan salahkan kamu yang sukanya bikin aku bersedih:( sayangnya, aku masih baik. Aku juga tidak suka kambing, jadi aku tahu diri saja.

--

Dear kamu,
Aku gatau kamu ini bagaimana.
Maunya apa, pemikirannya gimana,
Arahnya kemana, maunya ke mana, dengan siapa, kapan, ahhhh banyak pertanyaan.
Tapi ketahuialah,
Inilah aku dibalik persembunyianku.
Kuharap suatu saat kamu mengetahuinya,
Mengetahui ketidaksengajaan ku menyimpan rasa.
Semoga, jika hatimu bukan untukku, kamu bisa tetap bahagia. Meski mungkin tidak sebahagia denganku. Hehe.

Aku yang saat ini adalah bukan sepenuhnya kemauanku. Ada campur tangan oranglain yang sebenarnya pilihan yang tadinya tidak aku pilih. Contohnya, menjadi bagian dari salah satu anggota di suatu organisasi. Hmm, cerita aja gapapa ya?

Jadi, awalnya aku ini masuk ke sebuah organisasi, yang di mana ekspektasiku saat itu organisasi ini lebih baik dan keren daripada organisasi yang pernah aku jalani sebelumnya di SMP dan di MAN. Ya, tapi seiring berjalannya proses kedewasaan, kita juga harus mengerti semakin dewasa kita akan semakin bisa menemukan perbedaan antar sesama. Dari situlah mungkin aku yang terbiasa hidup di lingkungan homogen ini belum bisa beradaptasi dengan baik.

Hingga suatu ketika, aku hampir saja menyerah untuk berada di dalamnya. Aku sampai tidak punya semangat apapun untuk menjalankan amanah. Ya, seperti salah arah. Baru kali itu aku merasakan berorganisasi yang sedikit berbeda. Tapi, karena kupikir masih punya amanah, sesekali aku masih menampakkan muka untuk bisa bertahan di antara mereka.

Setelah masa jabatan berakhir, aku segera memutuskan untuk diriku ke depannya. Akankah aku tetap membohongi diriku sendiri dengan ketidaknyamanan ini, atau aku pergi dan mencari tempat yang lebih baik dari pada ini. Sejak saat itu aku mulai berpikir.

Hingga tiba saatnya, waktu menuntutku untuk memilih. Akankah aku melanjutkan perahu yang sedang berlayar ini, atau aku berhenti di tengah-tengah sebelum sampai pada pulau yang dituju. Kemudian, aku berada dalam ambang kebimbangan.

Lalu, munculah satu sosok yang sebenarnya aku tidak tahu siapa. Bahkan aku tidak pernah mengenalnya sekalipun. Berbicara dengannya pun mungkin tidak, untuk apa. Hehehe. Lalu suatu ketika perkenalan berjalan begitu saja, tanpa berkata "Hei, kenalin nama gue Aca," enggak. Semua tiba-tiba saja terjadi dengan percakapan lain. Ya, mungkin karena kami saling tau, hanya saja tidak pernah bicara.

Kemudian, beberapa orang mengajakku untuk ada di jalan ini. Yap, jalan yang sama sekali tidak ingin aku pilih sebenarnya. Aku yang juga sebenarnya lelah tiba-tiba harus berkorban menjadi 'sangat lelah', demi berdirinya dakwah. Huft, memang jalan dakwah itu perlu pejuang yang ikhlas, lagi-lagi aku bukan berangkat dari hal itu.

Aku kira, aku bukan sosok yang religius untuk bisa mengambil kesempatan ini. Sebab, aku ini hanyalah seorang pendosa yang kebetulan lulusan sekolah islam dari TK sampai SMA-nya. Tidak menjamin bukan bagi aku paham tentang agama? Tapi, sosok inilah yang meyakinkanku untuk bisa berani mengambil jalan dakwah ini.

Perlahan hatiku mulai terbuka, mungkin tak ada salahnya jika aku mau mencoba sesuatu hal yang baru. Ya, berusaha ikhlas dan belajar dakwah dari cara yang lain. Aku kembali mengenal tujuan hidup untuk bisa bermanfaat bagi orang lain, itulah yang juga meyakinkanku untuk berani ambil risiko ini. "Mungkin, inilah takdir dari Allah agar aku bisa bermanfaat bagi orang lain," kataku dalam hati.

Ah, benar saja. Jalan dakwah tak selalu mulus! Selalu ada hambatan dan rintangan, bahkan sampai detik ini. Beberapa hari lalu aku harus segera melaksanakan kewajibanku sebagai menanggung jawab suatu agenda, kemudian di tengah perjalananku aku merasa "Ah, kenapa semuanya gue, gue yang beli ini, gue yang beli itu, gue yang ngelakuinnya juga," kataku berteriak dalam hati.

Tapi kemudian, sosok ini yang mengingatkanku kembali. Inilah jalan dakwah, memang begini, selalu ada hambatannya. Tapi ingatlah bahwa aku melakukan ini bukan untuk manusia (saja), tapi untuk Allah. Kalau manusia tidak mengindahkan perilaku baik kita, maka ingatlah Allah yang selalu tahu mana kebaikan kita.

"Anggap aja ini sedekah, sebanyak apapun yang dikeluarkan pasti dibalas sama Allah," begitu kata dia.

Yap, benar saja. Sering kali kalau merasa diri ini paling bersedih karena ini, aku selalu mengingat perkataannya. Terima kasih ya, semoga kamu juga semangat menjalankan amanahnya. Allah tau kamu capek, tapi kamu tau kan Allah membebani kita amanah ini karena Allah yakin kita mampu. Aku juga yakin kamu bisa karena kamu masih bisa menyemangati orang lain yang capeknya gak seberapa, seperti aku ini. Hehe. Makasih banyak. Semoga Allah meluruskan langkah kita dan memudahkan segalanya, aamiin.

Semangat untuk kitaaaa :)

Kemudian, Nufail ke luar dari ruangan itu, lalu meminta karyawan perempuannya untuk mengambil sebatang bunga mawar merah dan menitipkan sesuatu padanya.


"Apa kausudah bangun? Maaf aku tidak bisa membangunkanmu, setelah kamu bangun dari tidur maka bergegaslah pergi ke kampus. Hati-hati di jalan, karena jalanan licin sehabis hujan, ttd Nufail."

Zaina melihat catatan kecil bertuliskan pesan tersebut dengan setangkai mawar merah di atas meja. Zaina yang baru bangun dari tidurnya tiba-tiba tersenyum melihat tingkah lucu Nufail. Zaina yang saat itu langsung merapikan diri kemudian bergegas pergi.

Sesampainya Nufail di kampus, ia mengajak Gio untuk makan siang sambil membawa buku bacaannya. Ya, lagi-lagi ia sedang membaca buku berjudul "Daun" milik Barli Arbani. Di perjalanan menuju kantin, Nufail sesekali melirik kanan dan kiri seperti mencari kehadiran seseorang.

"Hei, Nufail. Kamu sedang mencari siapa?" tanya Gio sambil menepuk bahu Nufail yang kekar.
"Tidak, aku tidak mencari siapa-siapa," jawaban  Nufail membohongi Gio.
"Ah, aku tidak percaya! Jangan-jangan kamu sekarang sudah main perempuan ya?!" celetuk Gio.
"Hush! Apa apaan kamu, mulutnya dijaga kalau bicara," kata Nufail.
"Tapi benarkan?" kata Gio.
"Jangan ngaco kamu, Gi," kata Nufail.

Gio yang saat itu kebingunan seketika terdiam seperti tak ingin berdebat.

Seperti biasa, Gio yang memesan makanan sementara Nufail membaca buku sambil menunggu pesanan datang. Tiba-tiba, seorang anak kecil datang menghampiri Nufail.
"Ini kak, pesanan air minumnya," kata anak itu.
"Terima kasih... Hey, Salwa?" kata Nufail yang tiba-tiba kaget.
"Ih, kenapa sih harus bertemu kakak di sini, aku kan jadi malu," kata Salwa.
"Malu untuk apa?" tanya Nufail.
"Malu, karena ketemu kakak saat lagi berjualan seperti ini," kata Salwa sambil menundukkan kepalanya.
"Hey, dengarkan kakak. Berjualan itu halal loh, kita tidak perlu malu untuk itu," kata Nufail.
"Benarkah kak, kata siapa?" kata Salwa penasaran.
"Dalam hadist dan Alquran, perdagangan itu Allah halalkan Salwa, jadi kamu tidak perlu malu lagi ya," kata Nufail.


عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»

Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)

Tiba-tiba Gio datang membawa makanan, sedangkan Salwa kemudian pergi. Lalu dia keheranan karena Nufail begitu akrab dengan Salwa, anak penjual minuman di kantin kampusnya.

"Nufail, kamu kenal adik ini?" tanya Gio.
"Aku pernah bertemunya di dekat rumah," kata Nufail.
"Ah, yang benar saja. Rumahmu kan jauh dari sini," kata Gio.
"Memangnya kenapa?" tanya Nufail.
"Kau tau? Anak itu sering kulihat berjalan kaki ketika pulang dari sini, kukira rumahnya dekat," kata Gio.
"MasyaAllah. Masa?" tanya Nufail tak percaya.
"Iya, kalau tidak percaya.. nanti sore kita lihat dia pulang. Kau pulang denganku ya," kata Gio.
"Baiklah," kata Nufail.

Setelah itu mereka makan. 

---

Sore ini Gio dan Nufail pulang bersama. Kemudian mereka sengaja menunggu Salwa di depan kampus, berharap Salwa lewat dan bisa diikuti oleh mereka.

Namun tiba-tiba, Salwa pulang bersama seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah Misha, iyaa, yang kemarin datang ke rumah Nufail malam-malam. 

"Sebentar, sepertinya aku kenal wanita itu," kata Gio.
"Dia Misha, anaknya sahabat uma," kata Nufail.
"Aku pernah bertemunya di apotek," kata Gio.
"Bentar, lalu mengapa mereka pulang bersama?" Tanya Nufail keheranan.
"Ayo kita ikutin," kata Gio.

Kemudian mereka mengikuti Salwa dan Misha. 

Berhentilah kedua perempuan itu di depan rumah yang tak jauh dari rumah Nufail. Lalu Misha dan Salwa masuk ke rumah. Ditunggunya beberapa menit, ternyata Misha tak kunjung keluar. 

"Jadi mereka satu keluarga?" Kata Nufail.
"Entahlah, tapi Salwa ini beruntung sekali punya kakak secantik dia," kata Gio sambil senyum senyum.
"Hey, kamu ini. Jaga pandanganmu!" Kata Nufail.
"Aku hanya bercanda... Hehe" kata Gio.
"Baiklah, aku pulang dulu, terima kasih sudah mengantarku pulang," kata Nufail.
"Baiklah, sama-sama," kata Gio.

Lalu Nufail pergi dan Gio membawa mobilnya dengan cepat.

Sesampainya Nufail di rumah, Nufail berniat untuk melanjutkan ceritanya bersama Uma. Tapi, sesampainya di rumah, Uma tidak ada. Ke mana, Uma?

--------------

Tunggu kelanjutan cerita ber-Serinya ya!

Assalamualaikum, blogger! Hari ini aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Hari di mana aku merasakan bersyukur yang sedalam-dalamnya. Aku merasa hari ini adalah momen langka yang mungkin saja tidak akan terjadi lagi suatu saat nanti. 

Kalian tau, seseorang kadang berbangga diri dengan kelebihannya, bahkan sampai lupa untuk bersyukur. Tapi tidak untuk mereka, mereka justru tidak berbangga dengan kekurangannya, tetapi mereka sealu bersyukur di atas kekurangannya. Salut, melihat setiap senyuman yang ada di wajah kurang lebih 40 teman penyandang disabilitas.

Hari ini, aku dan beberapa panitia Bigboss 2018 berkesempatan untuk bisa belajar dan bermain bersama teman-teman berkebutuhan khusus. Tahukah kalian, berada di antara mereka-mereka ini  membuat diri yang 'katanya' punya kelebihan menjadi tidak ada apa-apanya. Yap, rasanya masih belum pantas berbangga diri setelah melihat mereka yang selalu tersenyum dengan apapun yang terjadi. 

Mereka ini teman-teman dari segala usia, meski semuanya terlihat seperti kekanak-kanakan. Mereka memanggil kami semua dengan sebutan 'kakak', padahal mungkin saja ada yang usianya jauh lebih tua daripada kami. Ada yang suka bernyanyi, mengaji, main musik, bahkan ada yang suka berdakwah melalui marawis yang dibawakannya.

Dengan segala kekurangan bicara, pendengaran, mental, akal dan pikiran, semua bersatu padu menjadi kebahagiaan. Kita saling tebar senyum dan berpegangan tangan. Melukis bersama, mewarnai bersama, bahkan kita makan bersama. Ada haru dibalik senyuman-senyuman manis dari setiap orang yang tadi ada di sana. Masya Allah.

Dari Bigboss ini, aku merasakan baru pertama kali bermain sama teman-teman seperti mereka. Awalnya aku takut, bahkan aku takut dengan pikiran-pikiran yang buruk, "Nanti kalo dia ngerepotin gimana?", "Gimana kalau dia memberontak?", "Gimana kalo dia nanti gak suka sama aku?" Segala pikiran bercampur aduk saat acara hendak dimulai. Aku yang dengan ragu menatap pada satu arah, sambil berdoa supaya Allah menguatkan dan membuat aku bisa menemani mereka.

Alhamdulillah, kemudian Allah menggerakkan hatiku untuk tetap mencoba. Hatiku bilang jangan takut untuk berbagi, semuanya tidak ada yang rugi. Aku punya kelebihan yang mungkin mereka tidak punya, tapi ternyata mereka lebih punya kelebihan untuk mengajak aku bersyukur. Alhamdulillah mereka begitu menerima kehadiran kami, aku begitu terharu melihat mereka dengan ucapan-ucapannya.

Kalian tau tidak, aku juga sangat bersyukur sekali hari ini. Di acara ini, aku melihat sisi sisi lain dari teman-temanku sendiri. Yang setiap kali terlihat angkuh, ambisius, dan berjiwa gagah nyatanya bisa menitikkan air mata saat memeluk teman spesial seperti mereka. Ada pula seseorang yang tidak selalu menampakkan keseriusannya, baru saja kulihat kelembutan hatinya menerima segala candaan dan rasa sayang dari teman-teman disabilitas. 

Tak hanya bibir yang tersenyum, tapi hati pun demikian. Sayangnya, bahagia itu kalah dengan gengsi, sehingga senyuman itu sedikit malu-malu terpancar. Padahal aku sangat bahagia melihat peristiwa-peristiwa manis siang tadi, sampai kita bisa makan bersama. Ah, lucunya! Maha Adil Allah, segala kekurangannya menjadi kelebihan yang tak terduga.

Apalah daya dari kita yang selalu berbangga?
Padahal tidak ada yang perlu dibanggakan dari seseorang yang jarang atau bahkan tak pernah bersyukur.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates