"Assalamualaikum, Nek," sapa Nufail.
"Wa'alaikumussalam," jawab Nenek sambil tersenyum.
"Perkenalkan, Nek, aku Nufail, mahasiswa di sini," kata nufail sambil memperkenalkan diri.
"Ohh, jadi kamu Nufail?" kata Nenek.
"Iya, betul, Nek. Kok nenek seperti kaget gitu?" tanya Nufail.
"Kamu anaknya Aisyah kan? Dia teman baik anakku, tapi sayangnya Allah lebih sayang dengan anakku jadi dia sudah pergi lebih dulu," jelas Nenek.
"Jadi, nenek ini neneknya Salwa dan Misha?" tanya Nufail lagi.
"Lebih tepatnya, neneknya Salwa,"
"Maksud nenek?" tanya Nufail yang penasaran.
Kemudian. Nenek bercerita.
Jadi, sebelum Salwa lahir, ibunya yang sudah meninggal dunia ini tidak kunjung diberikan keturunan. Sudah hampir 8 tahun menikah, ibunya tidak kunjung hamil. Ayahnya yang keras kepala marah dan menyangka istrinya penyakitan, sehingga tidak bisa hamil. Lalu, ibunya memutuskan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan. Saat itulah pertama kali Misha diajak tinggal bersama. Misha ini seorang gadis kecil yang berumur 3 bulan pada saat itu. Kemudian, 15 tahun kemudian ibunya mengandung, dan anak itu kini diberi nama Salwa.
Setelah Salwa lahir, suaminya yang keras kepala dan pemarah itu lebih sayang kepada Salwa. Semenjak itulah Misha lebih dekat dengan sang nenek. Empat tahun sudah berlalu, Ayahnya selalu saja marah-marah kepada Misha, seakan tidak lagi membutuhkannya. Hingga tiba saatnya ajal menjemput sang ibu, dan sejak itulah ekonomi keluarga mereka menurun.
Misha yang juga bekerja membantu sang ayah kini akan dinikahkan oleh seorang saudagar kaya demi menutupi hutang-hutang sang ayah. Misha yang merasa bukan siapa-siapa itu harus menuruti kemauannya untuk bisa membahagiakan orangtua yang sudah merawatnya. Namun, sebenarnya neneknya sangat tidak setuju. Karena bukankah pernikahan ini adalah sekali seumur hidup? Nenek juga merasa bahwa menantunya itu sudah melakukan perbuatan yang tidak baik kepada anak yatim, yaitu Misha. Perbuatannya padahal sangat Allah benci, seperti dalam firman-Nya,
"Jadi begitu, nek?" tanya Nufail yang tercengang setelah mendengarkan cerita nenek.
"Iya, begitulah. Nenek kasihan dengan Misha, anak itu tidak bersalah," kata Nenek.
"Semoga Allah membalas semua kebaikan Misha, nek. Nenek jangan khawatir, Allah selalu ada bersama orang-orang yang baik," kata Nufail.
"Iya, kamu benar, nak. Terima kasih ya," kata Nenek yang mulai menitikkan air matanya.
Setelah tak lama bercerita, Nufail lupa bahwa ada jam mata kuliah di pagi hari. Lalu Nufail berpamitan kepada Nenek dan Salwa lalu bergegas pergi ke kelasnya.
--
Sesampainya di kelas, Nufail bertemu dengan Gio. Kemudian Nufail mengajaknya ikut ke toko bunga milik Rayyan sambil bercerita nanti sepulang kampus. Lalu Gio mengiyakan ajakan Nufail.
Setelah perkuliahan berakhir, Nufail mengajak Gio pergi. Namun, Nufail meminta waktu sebentar untuk pergi ke kantin menemui Salwa. Lalu Gio menunggu Nufail di depan gerbang kampus. Setelah selesai, Nufail masuk ke mobil Gio dan berkata sesuatu,
"Kita punya panggilan jihad," kata Nufail.
"Apa-apaan kamu ini, masuk-masuk langsung ngomongin jihad?!" kata Gio kaget.
"Nanti saja aku ceritakan! Ayo kita ke toko dulu," ajak Nufail.
"Iya iya, baiklah," kata Gio pasrah.
Setelah sampai di depan toko bunga milik Rayyan, Gio sedikit kebingungan. Sepertinya ia pernah mampir ke toko ini.
"Hey, sebentar. Sepertinya aku pernah ke toko ini," kata Gio.
"Ah, masa? Kapan? Aku baru pertama kali 'kan mengajakmu ke sini?" kata Nufail.
"Iya, tapi sepertinya aku pernah ke sini," kata Gio.
"Mungkin perasaanmu saja, jangan menghayal kamu," kata Nufail sambil mengejek.
"Tidak, aku serius. Tapi, ini pintunya tidak seperti ini, lalu tidak ada bunga ini di sudut ini, dan...." kata Gio yang berbicara sendiri sambil menunjuk ruangan sekitar.
"Hey, sudahlah! Ayo masuk, itu perasaanmu saja," kata Nufail.
"Ahhh kamu tidak percaya denganku?" tanya Gio.
"Aku hanya percaya kepada Allah, hahaha" kata Nufail yang meninggalkan Gio di depan pintu toko.
"Baiklah, tunggu aku Nufail!"kata Gio.
Lalu, mereka duduk di ruangan baca yang ada di toko itu. Nufail juga membuatkan kopi untuk disantapnya berdua bersama Gio sembari berbincang-bincang.
"Lalu apa yang kamu maksud jihad di mobil tadi?" kata Gio memulai perbincangan.
"Jadi begini, kamu tau perempuan yang katanya pernah kautemui di apotek?" tanya Nufail.
"Maksudmu kakaknya Salwa?" tanya Gio.
"Iya, dia, masih ingat?" kata Nufail.
"Ingatlah, dia gadis yang cantik," kata Gio sambil senyum-senyum.
"Hey, istighfar kamu. Nih, aku punya jihad yang sangat baik, apalagi bila aku lakukan denganmu," kata Nufail.
"Iya, apa? Dari tadi juga aku nanya ini kan," kata Gio sambil kesal.
"Sabar, ini sedikit rumit," kata Nufail.
"Iya apa?????" kata Gio sedikit emosi.
"Bagaimana perasaanmu jika dia akan menikah dengan orang lain?" tanya Nufail yang mulai serius.
"Apa maksudmu? Menikah dengan siapa?" kata Gio sambil kaget.
"Menikah dengan seorang pria dewasa, kaya, mapan, dan dengan keterpaksaan," kata Nufail.
"Kamu serius? Jangan sembarangan kamu kalau bicara," kata Gio yang mengira Nufail sedang berbohong.
"Hey, untuk apa aku berbohong soal ini," kata Nufail.
"Jadi itu kenyataan? Kasihan sekali dia, mengapa takdirnya seperti itu?" kata Gio yang mulai khawatir.
"Tenang, masih ada 14 hari lagi menuju pernikahannya," kata Nufail.
"Maksudmu?" tanya Gio.
"Mari kita susun rencana," kata Nufail.
Lalu, Nufail sedikit bercerita kepada Gio tentang latar belakang Misha. Ia juga menceritakan mengapa Misha bisa dijodohkan oleh ayahnya kepada seorang saudagar kaya. Di situ, Gio mulai kesal dan tidak rela jika perempuan yang membuatnya jatuh hati akan dinikahi atas dasar melunasi hutang. Gio merasa, manusia bukanlah barang tukar yang bisa diperjualbelikan begitu saja. Dari situ, mereka membuat strategi. Seperti apa ya kira-kira?
--
Matahari sudah mulai tenggelam dan langit berubah menjadi keoren-orenan. Nufail diantar Gio ke rumahnya. Lalu, Nufail turun dari mobil Gio. Sementara itu, tiba-tiba Abang Nasi Goreng langganannya datang ke rumah.
"Assalamualaikum," sapa si abang kepada Nufail dan Gio.
"Waalaikumussalam, bang," jawab Nufail dan Gio.
"Baru pulang? Maaf nih ganggu. Saya cuma mau ngasih ini ke Nufail, katanya dari seseorang yang gak mau disebutin namanya," kata abang.
"Cie cie, dapat kiriman rahasia nih Nufail, siapa tuh?" kata Gio sambil mengejek.
"Haduh, kamu ini. Diamlah!" kata Nufail sambil tersenyum.
"Sudah, ambil sana. Lumayan kan, hihi" kata Gio.
"Ohh iya bang, ini makasih ya. Dari siapa sih bang?" kata Nufail bertanya-tanya.
"Rahasia, nanti juga tau sendiri," kata abang yang memberikan tas kecil berisi nasi goreng tersebut.
"Baiklah, terima kasih ya, Bang," kata Nufail.
"Iya, sama-sama, saya pamit dulu ya Nufail, Assalamu'alaikum," kata Abang yang pamit kepada Nufail dan Gio.
"Wa'alaikumussalam," jawab Nufail dan Gio.
Kemudian, Gio pun pamit pulang dan Nufail masuk ke rumah.
Lalu, Nufail segera bersih-bersih badan dan duduk di ruang tamu. Ia mengambil tas kecil yang diberikan oleh abang nasi goreng.
Penasaran, lalu dibukalah tas kecil itu oleh Nufail. Ada sebuah kertas kecil di dalamnya, ternyata itu sebuah surat dari seseorang yang memberikan nasi goreng tersebut. Lalu Nufail membaca isi suratnya.
Isinya adalah....
Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!