Hari itu saya dan beberapa teman seorganisasi berkumpul di suatu tempat. Rencananya kami memang akan mengadakan pertemuan untuk membahas suatu kepentingan. Jumlah kehadiran pagi itu masih belum memenuhi ½n+1, akhirnya kami yang sudah datang lebih dulu harus menunggu beberapa teman yang belum datang.
Di Perpustakaan Universitas Indonesia kami menunggu. Sebagian orang asik berbincang dengan kawan sepermainannya, sementara yang lain sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Begitupun dengan saya yang asik mendengarkan teman-teman saya berbincang satu sama lain.
Tiba-tiba seorang laki-laki berumur datang menghampiri kami. Lalu beliau ikut bergabung dalam pembicaraan kami. Awalnya kami heran, siapa sih nih bapak-bapak, tiba-tiba ikut ngobrol padahal kenal aja enggak. Tapi terlihat dari gelagatnya saat memulai pembicaraan, saya rasa dia orang yang baik.
Tampaknya ia habis olahraga di sekitar perpustakaan dan danau. Terlihat dari celana training dan kaos berlogo UI yang dikenakannya saat itu. Tiba-tiba bapak itu bertanya, "Apa kalian tau sukses itu apa?"
Kemudian teman saya menjawab, "Meraih sesuatu yang kita harapkan mungkin, Pak?"
Ternyata jawaban itu salah, ia menertawakan jawaban-jawaban kami yang terlihat ngasal tanpa landasan.
Lalu bapak itu kembali bertanya, "Apakah orang tuamu pernah menanyakan arti sukses yang sesungguhnya?
"
Lalu seseorang menjawab, "Pernah, Pak."
Bapak itu kembali bertanya, "Jadi, apakah kamu sudah merasa sukses?"
Lalu kami semua diam. Sepertinya kita merasa bahwa kita belum sukses. Kenapa? Karena kita masih mendefinisikan bahwa sukses adalah meraih sesuatu yang kita harapkan. Sementara itu, harapan yang kita buat terlalu merujuk pada masa depan. Bukan begitu?
Contoh, saya berharap suatu saat saya bisa jadi orang kaya. Saya berharap saya bisa jadi penulis hebat. Berharap saya punya mobil, rumah, harta berlimpah, dan lain sebagainya. Sementara coba kita lihat, kita akan berpikir mungkin, apabila semua itu tercapai nanti di masa depan (saat kita dewasa) maka itulah sebuah arti kesuksesan. Mungkin sebagian berpikir demikian, 'kan?
Kemudian pemikiran kami itu disalahkan oleh bapak tersebut. Lalu kami bertanya, "Lantas, apa itu sukses pak?"
Bapak itu menjawab, "Sukses adalah saat kita bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita nikmati, dan dikelilingin orang orang yang kita sayangi."
Lalu kami mencoba menelaah perkataannya.
"Contoh, kamu kuliah di bidang jurnalistik, lalu kamu mendapat IP yang bagus, kamu bahagia, kamu menikmatinya, dan orang-orang disekitarmu juga merasakan hasilnya. Apa itu bisa disebut sukses?" lanjutnya.
"Iya juga ya, Pak," jawab kami sambil tersenyum.
Di dunia nyata,
Aku terlalu sibuk dengan duniaku,
Berpacu pada layar handphoneku,
Atau bahkan tak peduli dengan orang yang sedang berbicara padaku.
Tapi tahukah kamu,
Itu hanya sebagian kecilku mengalihkan arah mataku
Yang seharusnya tidak melihat semua tentangmu
Yang seharusnya tidak menatap matamu
Yang seharusnya tidak menyalahkanmu
Yang seharusnya tidak sakit karenamu
Aku terlalu sibuk dengan duniaku,
Berpacu pada layar handphoneku,
Atau bahkan tak peduli dengan orang yang sedang berbicara padaku.
Tapi tahukah kamu,
Itu hanya sebagian kecilku mengalihkan arah mataku
Yang seharusnya tidak melihat semua tentangmu
Yang seharusnya tidak menatap matamu
Yang seharusnya tidak menyalahkanmu
Yang seharusnya tidak sakit karenamu
Dunia nyata terlalu pedih,
Aku terlalu sering merasa perih,
Berpura-pura tidak peduli,
Padahal diam diam aku memendam semua di dalam hati
Dunia nyata terlalu keras untuk kuterima,
Wajahku hanya bisa tersenyum paksa,
Hati rapuhku tak mampu lagi berkata.
Entah,
Aku terlalu tidak sanggup melihatmu berlama-lama.
Aku terlalu sering merasa perih,
Berpura-pura tidak peduli,
Padahal diam diam aku memendam semua di dalam hati
Dunia nyata terlalu keras untuk kuterima,
Wajahku hanya bisa tersenyum paksa,
Hati rapuhku tak mampu lagi berkata.
Entah,
Aku terlalu tidak sanggup melihatmu berlama-lama.
Aku selalu bilang,
kamu yang tidak akan kuat,
Melihat semua tentangku yang kurasa sangat payah,
Tapi entah mengapa,
Kupikir aku yang tak akan kuat,
Bersabar,
Bertahan,
Bercanda,
Berpura-pura,
Tersenyum,
Terbahak-bahak,
Tertawa dengan semua yang menyakitkan.
Bukan karena aku sok kuat,
Tapi aku lebih peduli dengan orang lain.
kamu yang tidak akan kuat,
Melihat semua tentangku yang kurasa sangat payah,
Tapi entah mengapa,
Kupikir aku yang tak akan kuat,
Bersabar,
Bertahan,
Bercanda,
Berpura-pura,
Tersenyum,
Terbahak-bahak,
Tertawa dengan semua yang menyakitkan.
Bukan karena aku sok kuat,
Tapi aku lebih peduli dengan orang lain.
Entah, aku terlalu tidak egois untuk diriku sendiri
Semuanya selalu tentang orang lain
Aku hanya berusaha untuk kuat,
Walau kenyataannya tidak demikian.
Semuanya selalu tentang orang lain
Aku hanya berusaha untuk kuat,
Walau kenyataannya tidak demikian.
![]() |
Foto/detiknews.com |
Sejak awal saya ditetapkan sebagai penanggung jawab ini, saya sedikit kecewa. Sebab, panitia yang lain dengan seenaknya menunjuk saya tanpa pertimbangan yang lain. Saya bingung aja gitu, masa anak Bogor yang gak tau apa-apa tentang CFD Jakarta kayak gini malah dijadiin PJ. Ya tau dong, dari Bogor aja ke CFD harus berangkat jam berapa? :) Awalnya saya kecewa gitu, padahal panitia yang lain rumahnya lebih dekat daripada saya yang dari Bogor.
Setelah saya menanyakan alasan saya menjadi PJ, kepada teman-teman saya, mereka menjawab "Kita semua udah pada megang PJ masing-masing, justru kamu ditaruh di 'yang kamu gak tau' supaya ke depannya kamu paham." Oke. Terserah. Saya gak peduli, saya tetap kecewa dan lagi-lagi saya harus menerima dan ikhlas apapun yang terjadi.
Hingga pada akhirnya, minggu kemarin saya mencoba menggerakkan CFD ini. Saya ajak teman-teman, saya bicara sama panitia perlap untuk keperluan, alhasil semua nol alias gak jadi. Karena apa? Sedikit banget yang ngelist kehadiran, banyak panitia beralasan A,B,C,D, sampai Z. Di lain sisi, persiapan juga tidak matang lantaran saya sendiri juga sedang sakit dan sedang kambuh-kambuhnya.
Akhirnya CFD batal. Dan ada seseorang bilang sama saya, "Kalau bisa minggu depan jadiin ya," Oke. Saya berkata 'iya' sambil tersenyum tidak percaya diri. Sebenarnya saya tidak yakin, tapi dalam hati saya saat itu berkata, "Yaudahlah, mau dikit atau banyak yang ikut, jadiin aja. Daripada gak jalan sama sekali."
Malam sebelum CFD (malam minggu), saya mengajak pengurus organisasi (non-panitia) untuk ikut membantu. Karena yang list kehadiran saat itu cuma 8 orang, itupun termasuk saya hehe. Persiapan perlap kali ini lebih matang, yaaa mungkin cuma kekurangan orang saat ini. Tapi yaudahlah, saya coba aja.
Nah, hari ini, dengan drama yang super duper banyak, akhirnya CFD jadi dijalankan. Saya yang bilang sama panitia untuk hadir jam 6 pagi, tapi saya sendiri baru bisa berangkat jam 6 pagi lantaran dimarahi papa sebelum berangkat :) Saya bilang aja kereta saya telat datang, padahal mereka gak tau aja saya dimarahi haha. Lalu saya baru sampai stasiun tujuan sekitar jam set 8 pagi. Saya bertemu panitia yang lain di stasiun, tapi cuma ada satu laki-laki dan kita harus bawa air mineral botol sekardus. Wow, bayangin.
Jarak dari stasiun ke tempat jualan lumayan jauh. Terlebih harus bawa air mineral botol sekardus itu untuk dijual. Kami berganti-gantian bawa kardus itu sampai tangan kesakitan. Gini nih, kerja gak ada laki-lakinya. Semoga laki-laki lain kali lebih peka ya untuk bantu teman-temannya :)
Setelah kami bertemu di titik kumpul, kami mulai berjualan. Saya yang pagi itu belum sarapan (hanya minum air segelas) tidak semangat untuk berjualan. Kepala saya sakit dan perut saya mulai kambuh, maklum istirahat kemarin belum benar. Terlebih saya tidak pandai berteriak menawarkan barang dagangan. Akhirnya saya hanya berdiri diam memegang uang kembalian sambil menahan kesakitan. Ugh. Maaf ya teman-teman.
Menit demi menit belalu, saya dan teman-teman berhasil menjual dua kardus minuman dingin. Alhamdulillah. Minumannya abis saja kami merasa lega. Saya dan teman-teman kemudian langsung pulang ke rumah masing-masing karena lelah berjualan selama kurang lebih 3 jam itu. Tapi setelah saya hitung uang hasil jualan kami, ternyata hasilnya gak seberapa :) Saya merasa dengan ini CFD tidak efektif, karena modalnya aja besar, belum lagi tenaga yang terkuras banyak tapi hasil gak seberapa.
Namun, saya cuma jadikan ini pengalaman. Ada seseorang yang bilang "Gapapa, jadikan aja ini pengalaman. Untuk hasilnya, biarkan nanti ditambah sama Allah." Saya sedikit lega, terima kasih. Di sela-sela kesakitan saya saat pulang menuju Bogor dan mendapat pesan itu, saya mencoba untuk lebih ikhlas. Saya berusaha tenang. Ada Allah, Allah Maha Baik, 'kan? Bismillah.
----
Dari perjalanan ini saya berpikir, kenapa ya masih ada saja panitia suatu cara yang tidak peduli dengan acaranya sendiri. Masih egois ddengan diri mereka. Padahal, mereka punya tanggung jawab penuh di dalam acara yang mereka pegang. Apa mungkin mereka capek, males, gak suka, gak mau, atau apa ya? Kalau alasannya seperti itu sih, saya juga ngerasain hal yang sama. Tapi di satu sisi yang gak bisa saya sepelein adalah, saya punya tanggung jawab di sana.
Kenapa kayak gitu? Sebab tanggung jawab itu akan diminta pertanggungjawabannya sama Allah. Kalau saja saya tidak memikirkan tanggung jawab ini, mungkin saja saya tidak lagi aktif di grup untuk bawel ngajak CFD, tidak lagi ikut rangkaian acara dan rencana sebelum acara berlangsung, mungkin hanya nampang nama aja di proposal kepanitiaan.
Tapi ini beda, temen-temen. Lain kali kita tidak boleh menyepelekan tanggung jawab. Seberat apapun dan gak penting menurut kalian, itu tetap tanggung jawab kalian. Ini bukannya tentang kita lagi, tepi ini tentang pribadi masing-masing. Kita yang sudah memilih untuk jadi panitia, maka kita yang harus jalanin. Jangan mengandalkan orang lain. Tolonglah sadar sedikit, bukan karena orang lain tapi karena diri kamu punya tanggung jawab.
Kalau saya lelah, saya mau kalian juga lelah.
Kalau saya senang, saya mau kalian juga senang.
Begitupun yang lainnya.
Itulah kepanitiaan.
Harus kompak.
Jangan seenaknya.
Hargai orang lain kalau mau dihargai juga hehe.
Semoga, setiap kejadian selalu ada hikmahnya ya. Aamiin.
Semangat.
Hai, kenalan yuk!
Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!
Pengunjung
Isi Blogku~
SINIAR TEMAN CAHAYA
Followers
Postingan Populer
-
Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
-
Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
-
Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
-
Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
-
Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...
Categories
Artikel
7
Ber-Seri
13
Berseri
1
Cahaya
15
ceirtaku
1
Ceritaku
249
Cerpen
5
Cinta
71
Feature
3
Hidup
18
Inspirasi
39
Inspiratif
15
Islam
65
Karya
16
Kebaikan Berbagi
6
Keluarga
44
Kisah
40
Kisahku
21
Liburan
10
Menulis
5
Motivasi
114
Resep
1
Sajak
55
Suratan Fiksi
26
Teman
55
Tips
3
Tips dan Informasi
31
Zakat
2