Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak
Hola, Assalamualaikum! Apa kabar semua? Semoga selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT yaaa.. aamiin.

Hei, kali ini aku mau cerita tentang magang.

Kebetulan, hari ini hari terakhir UAS di saat teman2 TGP lainnya sedang UTS. Jujur, gak kerasa banget ternyata perjalanan semester 5 secepat ini. Gak nyangka ternyata bisa di titik ini dengan segala perjuangan dan pengalaman yang sudah dilewati.

Hari ini aku dirundung rasa melow, alias baper. Ya, sedih aja gitu ternyata semester 5-nya sudah berakhir. Tinggal menunggu magang, dan rencananya minggu depan udah mulai:( mohon doanya yaa!

Jadi, Alhamdulillah aku sudah mengajukan magang sejak seminggu pascapengumuman program praktek industri. Kenapa cepet-cepet? Karena biasanya prosesnya lumayan lama, katanya bisa ada yang dipanggil sampe sebulan diproses dll. Nah, itulah kenapa aku langsung coba coba gitu nyari media mana yang bakal aku tuju untuk jadi tempat magangku.

Lalu, kenapa Republika? Entah kenapa, media yang pertama kali terbesit di pikiran, yaitu Republika. Gak tau kenapa aku respect aja sama sesuatu yang berbau-bau islam. Yang kutahu, Republika itu salah satu media yang ada rubrik-rubrik Islamnya. Seperti khazanah misalnya. 

Jadi, di Republika itu ada beberapa berita, feature, artikel, opini, dll mengenai Islam. Aku suka, karena dari sana nilai pembelajarannya sangat berharga. Menurutku tak banyak media yang masih mengedepankan agama untuk menjadi rubriknya. Ya... Aku penasaran aja sih sama kerjanya Republika di balik layar itu seperti apa. Terlebih aku memilih Republika karena aku sudah terbiasa hidup di lingkungan keislaman, supaya bisa terus istiqomah dan saling mengingatkan, gitu. Hehe.

Walaupun sebenernya gak tau apakah republika ini memiliki lingkungan yang aku harapkan atau tidak. Yang jelas aku selalu berdoa begitu. Akhirnya aku mencoba mencari kenalan kontak melalui dosen yang punya teman di Republika.

Alhamdulillah, tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya aku mendapatkan kontak dari sana. Di situlah mulai mempersiapkan diri mulai dari CV, portofolio, mental, dll. Tahapan dan tata cara pun dikasih oleh pihak Republika, aku mengikutinya sesuai prosedur sambil berharap-harap dan berdoa. Ada sih yang bilang, "Kamu yakin diterima gak di Republika?" Ups, satu pertanyaan menarik.

Secara tidak langsung, pertanyaan itu seakan-akan menggambarkan ketidakyakinan seseorang terhadap kita. Awalnya aku pun takut, yaa... Takut gak diterima. Jelas, karena republika adalah salah satu media besar di Indonesia yang masih konsisten dan eksis sampai saat ini. Aku yang masih junior ini ngerasa kalau "Masa sih gue bisa ke sana.. Bisa gak ya bisa gak ya?" Pikiran negatif dan hopeless pun bermunculan dari orang-orang sekitar dan juga kakak tingkat yang lebih berpengalaman. Banyak sekali yang menjatuhkan secara tidak langsung.

Tapi aku berusaha semangat, sebab aku yakin gak ada yang gak mungkin. Allah itu punya semuanya, harta, tahta, benda, uang, dan satu bangku magang di Republika. Aku hanya yakin, Allah itu bisa ngasih kita hal yang diinginkan selama kita bersungguh-sungguh. 

Awalnya juga sempet gak percaya diri dan mencoba cari tempat magang cadangan, biar kalo gak keterima nanti bisa langsung coba ke yang lain. Tapi apa daya, gak ada pilihan. Hati gak sreg ke mana mana dan tetep pengennya cuma ke Republika. Alhasil aku memutuskan untuk "Yaudah lah, coba dulu aja satu di Republika, nanti kalo gak keterima baru cari yang baru," kataku dalam hati, saking pasrahnya.

Alhamdulillah wa syukuurillah. Sekitar dua minggu mengajukan berkas magang via email, aku ditelpon dan diminta untuk datang ke kantor. Alhamdulillah, aku katanya diterima! MasyaAllah, Allahuakbar.

Gak perlu nunggu waktu lama, tenyata Allah kasih begitu cepat. Seharusnya bisa mulai Desember, ini aku udah mulai sejak November minggu pertama, tepatnya minggu depan.

Alhamdulillah.. seneng sih bisa ada di tahap tenang karena udah dapet tempat magang. Tapi sekaligus sedih karena lagi ada banyak masalah, perasaan, kewajiban, keresahan, yang belum tuntas. Sementara aku harus segera menyusun semangat menuju kegiatan baruku : magang.

Sedih, hari ini penuh dengan kesedihan yang melepas teman2 untuk lebih jarang bertemu selama 3-4 bulan ke depan.. Terlebih lagi, ada kata-kata semangat yang diharapkan tapi malah ada yang merenggut semangat itu sebelum disampaikan. Huft, sedih banget tadi aku sampe nangis di kampus:( semoga sedihmu berakhir dan cahayaku kembali terang. Aamiin..

Doakan aku ya, kawan.

Sampai bertemu nanti. 

Jangan rindu, berat, mending gausah.

Hehehe. 

Bye,

Assalamualaikum.
Penampakan Pulo Geulis.


Assalamualaikum, kali ini aku mau berbagi pengalaman aku dan teman-teman selama melakukan pengabdian masyarakat di Kampung Pulo Geulis, Babakan Pasar, Bogor.

Jadi, program pengabdian masyarakat ini memang wajib dilakukan oleh setiap jurusan di PNJ. Pasalnya memang mereka (pihak PNJ) sudah melakukan kerja sama dengan Kampung Pulo Geulis.  Nah, kebetulan di TGP (nama jurusanku) juga melakukan hal yang sama, diketuai oleh dosen pembimbing akademikku, yaitu Pak Fauzy.

Akhirnya terpilihlah 6 orang dari prodi jurnalistik: Aku, Anita, Hadi, Ayu, Bagas, sama Adhita. Mereka yang perempuan adalah teman sekelasku sementara Hadi dan Bagas teman berbeda kelas. Awalnya tawaran pengabdian ini udah dikasih ke teman-teman lain, tapi kebanyakan dari mereka lagi-lagi selalu nanya "Nanti gue dapet apa?"

Di luar dari topik, sebenernya aku masih suka bingung aja sama orang yang ditawarin sesuatu lalu nanya soal materi. Ya emang sih realistis, tapi kan gak semua hal itu bisa diukur dengan materi. Nah, dari situlah ada 6 orang ini yang tidak memandang itu semua. Kita berusaha ikut ini memang untuk mendapatkan pengalaman luar biasa. Pengalaman memang sesuatu yang gak bisa dibeli pakai uang 'kan?

Lanjut.
Nah, setelah terpilih akhirnya kita bergerak untuk survey tempat. Berkali-kali melakukan riset dan mencari data di sana mengenai potensi wisata di kampung Pulo Geulis. Fyi, pengabdian TGP ini berbeda sama jurusan lain. Kalau yang lain itu kan membuat pelatihan, mencerdaskan warganya, dll dengan ilmu sesuai jurusannya masing-masing. Nah, kalau TGP gak begitu.

TGP itu jurusan yang berkecimpung di dunia kreatif dan digital. Dan tidak memungkinkan untuk TGP memfasilitasi pelatihan di sana. Jadi, kami memanfaatkan jasa dan ilmu yang dimiliki untuk mempersembahkan buku infografik yang bisa disebarkan di penjuru Bogor dalam rangka mempromosikan wisata di Pulo Geulis.

Nah, alhamdulillah setelah kurang lebih 3 bulan ini kami bekerja keras, tanggal 25 Oktober 2019 kemarin kami sudah launching bukunya di Kelurahan Babakan Pasar dan dihadiri langsung oleh lurah dan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim. MasyaAllah gak nyangka.

Jadi, apa yang menurut kalian lebih penting selain uang?

Menurut aku sih, pengalaman dan kesempatan itu penting banget. Meski aku gak mikir "aku bakal dapet apa ya, dibayar berapa ya, yah nanti jadi sibuk dan pusing mikirin pengabdian" dll. Itu pemikiran-pemikiran yang menurut aku terlalu sempit.

Manfaat yang aku dapet dari pengabdian ini banyak banget! Selain pengalaman dan kesempatan, aku bisa mengenal warga2 sana, menjalin keakraban dengan keenam orang temanku, menikmati Pulo Geulis yang cukup indah di sore hari, bertemu dengan pejabat desa yang hebat, ditambah lagi dikasih kesempatan bertemu langsung dengan pak Wakil Wali kota.

Oiya, belum lagi Pak Fauzy selalu perhatian sama kami berenam dan selalu ngajak makan di tempat enak, dikasih ongkos setiap berangkat, difasilitasi dengan sangat baik, dll. Dengan pengabdian ini juga kan aku dan teman-teman jadi punya portofolio untuk masa depan. hehehe alhamdulillah. Menurutku itu sudah lebih dari cukup dan lebih berharga daripada uang.

Intinya, teman-teman, jangan pernah memandang sesuatu itu hanya dari sisi materi. Karena terkadang yang berharga itu bukan cuma uang, tapi juga kesempatan. Gak gampang loh bisa dapetin kesempatan-kesempatan seperti ini. Oiya, lakukanlah segala sesuatu juga dengan ikhlas.. Gak boleh tuh hitung-hitungan dan berharap a,b,c,d,e, dll.

Inget aja, segala sesuatu yang baik pasti akan dibalas dengan yang baik oleh yang Mahabaik. Segala sesuatu yang hilang akan kembali dan diganti sama yang Mahakaya. Jadi gak perlu khawatir, Allah itu punya semua. DIA bisa ngasih kapan saja selama kita berusaha, ikhlas, dan berdoa.

Semangat memburu kebermanfaatan yang lain. Jadilah diri yang haus akan pahala dan prestasi. Biar bisa menjadi terkenal di akhirat dan juga di bumi. Yeay, alhamdulillah satu kesibukan selesai. Selanjutnya akan ada apa?

Yes, Magang. Hahaha.
Mohon doa semua, minggu depan aku sudah mulai magang.

Hari itu aku mulai membuka pembicaraan. Aku meminta waktumu sedikit saja untuk menanyakan sesuatu dan berniat membantumu dalam suatu hal. Katamu, suatu saat nanti akan diberi kabar perihal waktu, tapi sampai kini tak kunjung tersampaikan.

Untuk itu, biarkan aku utarakan di sini meski kemungkinan terbesar kamu tidak akan membacanya. Biarlah kutulis ini untuk diriku sendiri, biar aku tidak lupa.

Sebenarnya hal yang kuingin bicarakan adalah menyangkut dirimu sendiri. Tapi sayang, 15 menit waktumu pun tak mudah kudapatkan. Ingin sekadar kuberbincang melalui telepon, atau hanya berbalas chat yang intens. Sebentar pun belum terwujudkan.

Baiklah, mungkin aku yang terlalu memaksakan kehendak. Sebenarnya bukan begitu, hanya saja waktuku tak banyak. Sebelum kumagang, kurasa masih ada waku untuk bersantai dan membantu teman-teman sekitar, termasuk kamu.

Sebab, fyi, mulai beberapa hari lagi aku akan mulai menghilang. Waktuku sudah direbut dengan aktivitas lain dan kemungkinan akan sedikit memiliki waktu luang. Tak ada lagi waktu yang kusisihkan untuk bertemu, bukan hanya dengan keluarga mungkin dengan teman-teman juga, termasuk dirimu. Aku minta maaf.

Maka dari itu, sebenarnya aku ingin meminta waktumu sedikit saja untuk bicara. Kali ini saja, izinkan aku, sebelum aku izin untuk menghilang. Apa kamu sama sekali tidak punya waktu sedikit pun?

Jika begitu, baiklah. Maafkan aku yang terlalu mengurusimu. Aku hanya peduli dan khawatir. Tapi bila kaurasa ini tak perlu, baiklah, kita akhiri saja.

Mungkin memang saatnya jarak dan waktu yang tak bisa bertemu. Kita urusi saja urusan masing-masing tanpa saling tahu. Biarkan Tuhan yang menyatukan kembali jika memang ditakdirkan lagi. 

Baiklah, kupamit undur diri.
Yang perlu kauingat, aku tak pernah berhenti mendoakanmu untuk selalu dalam kebaikan. Semoga untukku juga.

Ketika seseorang memutuskan untuk tidak membalas pesan, aku belajar bahwa ia tidak hanya sibuk, tetapi juga sudah melewatkan kita sebagai prioritasnya. Seiring berjalannya waktu, aku percaya bahwa kepentingan seseorang akan berubah dengan sendirinya. Dahulu masih sempat mengabarimu, tapi sekarang kabar dari orang pun tidak kutahu.

Jika baginya kita adalah penting, semestinya bagaimanpun caranya ia akan selalu membangun senyum dengan kita. Entah secara langsung atau bahkan ketika sedang tak bertatap muka. Senyumnya selalu paling utama yang seharusnya bisa terjaga sampai dia kembali kepada kita. Itu harapan semua bukan?

Menyadari hal itu, semestinya kita mulai tersadar bahwa tidak semua yang dulu prioritas kini menduduki daftar obrolan paling atas. Tidak, tidak semua begitu. Tapi akan ada waktu di mana kita akan seperti itu, meninggalkan yang dahulu dianggap penting demi kepentingan mendesak yang lain.

Bagimu ini sebentar, tapi melaluinya aku harus berpegang teguh dengan rasa sabar. Kaubilang tak ada yang mampu melewati ini semua, tapi aku akan mencoba membuktikan bahwa aku mampu bertahan dengan segala kekuranganmu.

Di saat orang lain bahagia dengan teman bucinnya, aku hanya bisa menikmati cerita-cerita mereka. Yang entahlah, aku tak bisa merasakannya secara langsung. Aku hanya bisa menikmati secuil rindu yang kauanggap tak perlu ini.

Setelah ini, aku tak mau lagi mengharap belas kasihmu. Berusaha melupakan tanpa menengok lagi obrolan yang tak kaubalas. Biarkan kamu berkelana dengan tanggung jawab yang melanda, tanpa pedulikanku, tanpa membebani pikiranmu olehku.

Namun, aku tak tau apakah kamu akan kembali mengirimkan pesan? Jika iya, percayalah bahwa aku selalu terbuka denganmu, kapan saja dan di mana saja. Bantuanku takkan habis untukmu, meski tak semua bisa aku jalani tapi aku akan berusaha untukmu.

Baiklah, pergilah,
Sampai urusanmu selesai.
Banyak teman-teman yang membutuhkanmu untuk berada di sana. Aku tidak boleh egois, kamu punya kepentingan yang harus kamu capai, pun juga dengan aku. Banyak hati yang harus kaujaga, bukan hanya hatiku yang hanya satu.

Baiklah, semoga kita akan baik-baik saja.
Bertemu di lain waktu dengan kesempatan yang lebih baik. Aamiin, semoga.
Foto/Dessy Astuti.


Hari itu pertama kalinya aku ikut Aksi. Awalnya memang ragu untuk ikut karena takut. Selain itu, aku juga ada agenda sosialisasi di gedung rektorat di hari yang sama pada jam yang sama. Tapi pada akhirnya, aku dan beberapa teman sekelas izin kepada dosen terkait untuk ikut aksi ke depan gedung DPR.

Untuk alasan turun aksi, aku hanya ingin mencoba bermanfaat untuk negara dengan sekecil apapun. Ada hati-hati rakyat yang tak bisa bersuara, dan hanya kamilah mahasiswa yang bisa bantu untuk menyampaikannya pada petinggi-petinggi di sana.  Aku hanya ingin mencoba berguna untuk negara, walau aku tidak bisa bertindak banyak.

Saat itu, aku bersama temanku, Ayu dan Hanna, berencana untuk ikut aksi. Tanpa persiapan dan terkesan dadakan, kami hadir dengan bekal apa adanya. Hanya menggunakan masket, tidak bawa odol, tidak bawa handuk basah, bahkan tidak bawa air lebih. Kami pun hanya berbekal sarapan makanan tingan yang kudapat dari  sosialisasi di pagi hari.

Pukul 11.00 kami sudah kumpul di bus yang akan memberangkatkan kami menuju Gedung DPR. Laki-laki dan perempuan sudah siap dengan baju-baju hitam dan almamater kampus kami. Aku yang juga berdiri di dalam bus bersiap mengumpulkan tenaga untuk aksi. Namun apa daya, aku memang kadang mual kalau naik bus, jadi tidur deh sambil berdiri hehe.

Sesampainya di sana, kami diarahkan oleh koordinator dari kampus, Vier namanya. Dia mengarahkan kami untuk membuat border, mengingat teman di sampingnya, dan bersiap-siap untuk jalan menuju TVRI untuk sholat terlebih dahulu. Di barisan kami bertiga, tiba-tiba datang Desstut, teman beda kelas kami yang cukup akrab, lalu kami berangkat sholat bersama-sama.

Selesai sholat, kami bergegas kumpul di depan TVRI dan mempersiapkan diri untuk maju ke depan DPR. Dari 700-an mahasiswa PNJ yang ikut aksi saat itu, mungkin hanya kami yang tidak ada persiapan. Sementara Desstut datang mewakili pers kampus, yaitu GEMA, untuk meliput aksi yang terjadi di sana.

Setelah sampai di depan DPR, kami berteriak menyuarakan tuntutan rakyat. Berbagai permasalahan diungkap dari masing-masing kampus. Tak jarang kulihat poster-poster sindiran terpampang dari tangan-tangan mereka yang diangkat ke atas. Berbagai almet kampus pun kulihat sampa-sampai ada juga yang reuni ketemu temen lama hehe.

Detik demi detik terlewati, sudah pukul 4 sore DPR juga belum beri sinyal-sinyal keterbukaan. Barisan kami dari PNJ mulai mundur dan kembali ke arah TVRI karena kabarnya suasana mulai tidak kondusif. Barisan polisi sudah mulai membentengkan diri di depan gedung DPR. Khawatir terjadi chaos yang membahayakan, border laki-laki PNJ mengantarkan massa aksi perempuan untuk pergi ke tempat aman.

Rupanya suasana memang mulai chaos. Mahasiswi PNJ disuruh melepas atribut kampus dan segera kembali ke rumah masing-masing agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Mulai panik, beberapa orang berlarian dan menghindar dari gas air mata yang nyatanya sudah dilemparkan polisi. Saat itulah aku berpencar dari teman-teman. Aku bersama desstut, sementara Hanna bersama Ayu.

Bruk! Di tengah perjalananku berlari mengamankan diri, Desstut terjatuh tak sadarkan diri. Aku mulai panik, karena tak ada satu orang pun yang aku kenal di sana. Aku benar-benar hanya bersama Desstut. Lalu aku meminta tolong kepada orang sekitar untuk membawa Desstut ke ambulan.

Di ambulan, aku bertemu dengan anak PNJ lainnya yang ternyata sedang berlindung. Di sana kuminta bantuan untuk mengobati Desstur. Namun, aku tak menyangka Desstut semakin drop. Dia sesak nafas sampai akhirnya kejang-kejang gak karuan. Aku benar-benar menahan tangis dan cuma bisa bilang, "Istighfar Desstut, Istighfar..." kataku sambil memijit-mijit kakinya.

Melihat kondisi Desstut yang semakin parah, belum lagi ada gas air mata yang sampai terhidup ke ambulan, kami berencana untuk membawa Desstut ke RS terdekat. Anak PNJ lain pun tak bisa ikut karena banyak korban yang juga harus di bawa ke RS, ambulan menjadi penuh. Karena tak tega meninggalkan Desstut sendirian, aku berencana ikut bersama mobil ambulan.

Setelah aku berada di dalam mobil, aku duduk di samping Desttut yang masih saja kejang-kejang. Sedih masyaAllah aku berada di keadaan seperti itu. Belum lagi di tangan kiriku juga ada seorang perempuan bersandar tak sadarkan diri akibat gas air mata. Ada pula di kakiku yang juga sedang sesak napas. Belum lagi di tengah perjalanan ada yang memaksakan diri memasukkan korban baru dengan keadaan berdarah dan lengan yang patah. MasyaAllah.

Di ambulan itu, terlihat ada 6 orang korban yang juga aku bantu tangani luka-lukanya. Jujur, ini pertama kalinya aku menangani korban sebanyak itu dengan luka yang beraneka ragam. Padahal aku bukan anak PMR, bahkan belajar pun belum pernah. Dan qadarullah, itu pengalaman paling berkesan bisa menolong orang-orang yang kesulitan.

Tapi jujur, itu benar-benar menakutkan. Dalam waktu yang bersamaan, aku menyaksikan tangisan orang-orang yang tumpah di pipi-pipi mereka. Aku juga melihat kucuran darah dari kepala seorang korban, melihat orang sesak napas yang benar-benar mengerikan, sampai melihat orang patah tulang dan jerit sekeras-kerasnya.

Setelah sampai di RS terdekat, satu per satu korban dibawa ke IGD, termasuk Desstut. Aku menemani Desstut sampai ke ruangan. Lalu ia diinfus dan juga diberikan oksigen. Kata Desstut, saat itu aku benar-benar terlihat panik dan terlihat sedang menahan tangis. Hehehe, iya aku orangnya emang gengsian. Jadi, nangis itu cuma kadang-kadang, sisanya sering ditahan hehe.

Setelah berjam-jam di RS, akhirnya Desstut boleh pulang. Ayu dan Hanna yang berpisah dari kami pun datang menemui kami setelah aku beri kabar. Mereka juga kehilangan teman saat itu sehingga bingung harus ke mana. Akhirnya kami bertemu kembali di RS dan pulang bersama.

Saat itu, 24 September 2019, benar-benar hari yang sangat mengesankan, mengerikan, sekaligus menegangkan. Itu pertama kalinya aku ikut aksi dan mungkin terakhir kalinya pula. Hehehe. Setelah itu papa juga tidak mengizinkan aku kembali untuk turun ke jalan karena khawatir hal serupa terjadi pada putrinya.

Yang jelas, terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan aku pengalaman luar biasa. Semoga aksi mahasiswa ini tidak sia-sia, dan Indonesia kembali dengan keadaan baik-baik saja. Aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates