Halo, Assalamualaikum. Apa kabar semua? Semoga yang membaca blog ini sedang dalam keadaan sehat wal afiat, aamiin. Izinkan saya kali ini untuk berbagi cerita magang yang sudah berjalan selama kurang lebih sebulan ini ya.
Sudah hampir sebulan, saya magang di salah satu media ternama di Jakarta, mungkin di Indonesia. Media ini hanya menerima 6 orang magang di setiap periodenya, dan Alhamdulillah, saya menjadi salah satunya untuk magang di sana selama 3 bulan.
Awalnya, mengapa saya pilih media tersebut, karena saya dari dulu menyukai media itu. Di sana, tak hanya rubrik-rubrik umum dan nasional yang disajikan, tetapi juga ada rubrik islami seperti khazanah, haji, muslim digest, dll. Dari sana saya mulai berasumsi, mungkin media ini punya lingkungan agama yang bagus dan bisa jadi cocok dengan saya yang dari dulu berlatar belakang sekolah islam. Ya, lingkungan yang agamis memang jadi pilihan prioritas saya.
Saya tahu betul bagaimana kehidupan jurnalis di masing-masing media, dan saya tidak yakin jika harus berlama-lama di antara mereka. Cerita demi cerita menjelaskan, dunia jurnalis memang tidak semudah yang dilihat kebanyakan orang. Ada banyak hal yang perlu disiapkan mulai dari mental, fisik, dan juga lingkungan.
Maka dari itu, saya memberanikan diri untuk daftar di media yang saya pilih sekarang. Alhamdulillah, sesuai dengan ekspektasi. Tapi, tetap saja keluh kesah tak bisa dipungkiri.
Selama sebulan kemarin, saya cukup hectic bekerja dengan adaptasi di lingkungan baru. Jujur, cukup berat sih di awal-awal bulan. Saya harus menyiapkan diri untuk bisa berkelana ke sana-kemari sendirian, sedangkan pribadi saya jauh daripada itu. Saya bukanlah orang yang terbiasa pergi sendiri tanpa teman atau keluarga. Bukannya gak mandiri, hanya saja saya tidak terbiasa berada di keramaian sendirian. Saya cukup introvert untuk itu. Lebih baik saya sendiri di ruangan atau rumah, daripada harus keluar dan pergi seorang diri.
Tapi, itulah pekerjaan saya. Seorang jurnalis memang harus bisa pergi sendirian. Saya pun mulai membiasakan diri dan mencoba keluar dari zona nyaman. Sulit. Sulit sekali. Bahkan, beberapa hari awal magang saya pun sering mengeluh bahkan menangis karena tak kuat dengan amanah yang diemban, mungkin sampai sekarang juga hehehe. Maklum, anaknya rada cengeng dan payah. Maafkan.
Saya pun dikagetkan dengan pembimbing perusahaan (redaktur) yang katanya cukup senior. Beberapa sikap menakutkan diiming-imingi oleh asisten redpel sebelum bekerja bareng redaktur. Katanya, redaktur yang menjadi mentor saya di perusahaan itu cukup galak, tegas, dsb. Saya takut dan kaget, saya hanya takut nanti tak bisa menjalankan amanah dengan baik dan kena omel terus. Dari situ saya mencoba untuk bekerja dengan baik tanpa mengeluh. Menjalin komunikasi yang baik dengan redaktur juga menjadi poin penting yang selalu saya perhatikan.
Hari demi hari terlewati, tugas demi tugas saya kerjakan dengan suka duka. Alhamdulillah, waktu membuat saya lebih mengenal redaktur saya dengan baik. Kami memiliki hubungan baik dan jauh dari kata 'menakutkan'. Ya, saya bersyukur bisa belajar banyak dari beliau. Jika saya kurang dalam menulis, beliau selalu menegur dan memberikan masukan dengan baik, sehingga saya bisa memperbaiki tulisan yang saya tulis.
Namun, suka duka kembali terjadi. Setelah kurang lebih sebulan nyaman bersama redaktur ini, saya harus di reshuffle. Jadi, perusahaan sedang mengadakan rolling redaktur dan yang menjadi salah satu imbasnya adalah redaktur di kanal saya, tepatnya redaktur saya. Jadi, mau tidak mau, saya harus ganti mentor untuk magang di sana. Redaktur saya yang lama harus pindah ke kanal nasional, sedangkan saya ada di kanal gaya hidup. Jadi, saya harus ikhlas diganti oleh asisten redpel.
Selama pergantian belum dimulai, saya bekerja tanpa redaktur. Saya benar-benar bingung karena tugas saya jadi tidak jelas. Saya disuruh mencari berita update luar negeri dan harus saya lansir ke dalam berita bahasa Indonesia. Tak tanggung-tanggung, saya disuruh nulis 5 lansiran setiap harinya. Dan hari ini, sudah hampir seminggu saya tugasnya begini gini aja.
Jujur, saya bosan. Saya kangen liputan. Saya kangen konferensi pers. Dan saya kangen juga konsultasi sama redaktur. Terlebih, saya kangen tulisan saya dimuat lagi. Semenjak nulis lansiran terus, belum ada lagi tulisan saya yang naik ke laman media. Sedih, saya berpikir tulisan saya sejelek itu.
Tapi, kalau ada redaktur, mungkin tulisan saya akan dikritik dan diberikan saran, dan kemungkinan akan ada sesuatu yang disunting namun artikel dan berita masih bisa naik. Sementara ini, saya bekerja tanpa redaktur dan tidak ada lagi tulisan yang naik ke laman media itu. Sedih yaAllah, rasanya ingin buru-buru punya redaktur baru.
Ya, intinya segalanya saya syukuri sekarang. Walaupun saya memang lagi dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Mungkin tak banyak yang tau. Orang lain hanya tau baik dan menyenangkannya menjadi anak magang. Padahal, magang ternyata tidak semudah dan semenyenangkan itu. Hahaha, sabarrrrrr. Harus ekstra sabaar.
Untuk itu, saya mohon doa demi kelancaran magang saya ya. Semoga pembaca semua mau mendoakan dan senantiasa pula diberikan kemudahannya dalam segala hal. Bismillah ya, semoga kita sama-sama dimudahkan.
Udah deh, segitu aja ceritanya. Saya pamit dulu. Nanti saya akan cerita lagi tentang magang selanjutnya. Hehehe. See you next time. Wassalamu'alaikum 🌻