Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak
ilustrasi coronavirus/Stocktrek Images/Getty Images)

Di tahun ini, seluruh dunia dikejutkan oleh pandemi global bernama covid-19. Kabarnya sih virus ini berasal dari kota Wuhan di China. Tapi sampai saat ini masih menjadi perdebatan antarnegara yang juga saling menyalahkan dengan adanya penyebaran virus yang sering disebut corona ini.

Si covid-19 ini adalah sebuah virus yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit menular ini tepatnya akan menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan beberapa gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Gejala lain juga bisa saja muncul seperti nyeri otot, diare, sakit tenggorokan, dan sakit perut.

Setelah kasus itu merebak di mana-mana (tidak hanya di China), Indonesia juga ikut "disapa" oleh si corona ini. Dikutip dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo, Senin (3/3/2020) siang, mengumumkan dua warga negara Indonesia (WNI) terjangkit virus corona. Langsung lah, di sini kaget dan berupaya untuk menyiapkan segala hal untuk melawan si virus ini.

Sejak saat itu, berbagai kebijakan pemerintah mulai dijalankan secara mendadak dan semua mulai cemas. Pahlawan kesehatan langsung siap di garda terdepan peperangan ini dengan susah payah. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang menjadi korban saat menangani pasien-pasien covid. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Aaamiin.

Dari hari ke hari, korban covid-19 ini mengalami lonjakan yang cukup drastis. Laporan pada hari ini, ada 1.414 yang positif, 75 orang sembuh, dan 122 meninggal. Sungguh mengejutkan angka ini bertambah setiap harinya. Semoga Allah selalu membantu kita dalam keadaan apapun, menyembuhkan yang sakit, meringankan yang sedang berjuang, dan melindungi orang-orang yang sehat.

Sebenarnya dari peristiwa ini aku banyak sekali belajar bahwa nyatanya Allah bisa saja "menegur" manusia di muka bumi dengan makhluk sekecil virus corona. Ya, terserah orang mau menyebutnya ini sebagai apa. Tapi, aku anggap peristiwa ini sebagai ujian dan teguran bagi kita.


Kenapa ujian?

Setelah penyebaran virus ini cukup besar dan melebar, pemerintah menetapkan untuk melakukan lockdown meski belum secara keseluruhan dan belum efektif. Pemerintah mengampanyekan masyarakat untuk #dirumahaja agar kita bisa menghentikan penyebaran virus ini dan menekan angka kematiannya.

Dengan begitu, bukankah pasti ada maksud dan hikmah yang kita ambil dari peristiwa ini? Yaitu, Allah mau kita lebih dekat dengan-Nya dengan cara terus berlindung dan berdoa. Mungkin saja sekarang ini sudah banyak manusia di muka bumi yang mulai lupa dengan Allah dan segala kenikmatan-Nya. Maka dari itu Allah menegur dan mengajak kita untuk kembali pada-Nya.

Ada Hikmahnya

Tapi, gak hanya jelek-jeleknya doang nih yang sering kita pikirin tentang corona ini. Emang sih, peristiwa ini membuat beberapa masalah baru terjadi di muka bumi, termasuk Indonesia. Seperti ekonomi menjadi berantakkan hingga bahan pangan mulai habis karena orang-orang berlomba untuk membeli dna mempersiapkan bahan makanannya untuk #dirumahaja.

Tapi, coba lihatlah dari sisi lain. Ada banyak influencer, artis, dan orang-orang baik  di luar sana yang berlomba-lomba menggalang dana untuk saling membantu menuntaskan wabah ini. Bukankah dengan begitu kita bisa berlomba-lomba juga untuk bersedekah dan bantu orang-orang kecil yang kehilangan pekerjaannya? Betapa baiknya Allah memberikan kita kesempatan dan lapangan untuk kita sedekah dan membantu sesama.

Selain itu, cobalah lihat betapa bahagianya kita berkumpul bersama keluarga setiap hari untuk menghabiskan waktu bersama. Yang mungkin saja kalau biasanya semua anggota keluarga sibuk masing-masing dengan urusannya sehingga tidak bisa saling mengasihi, menyayangi, berbagi, bahkan peduli.

Dengan #dirumahaja ini Allah mau kita lebih peduli pada keluarga. Betapa pentingnya juga kita memperhatikan kesehatan sesama anggota keluarga yang mungkin saja selama ini sudah terabaikan bahkan tidak diindahkan oleh masing-masing dari anggota keluarga. Allah memberikan kita kesempatan untuk itu.

Tak hanya itu, dengan adanya peristiwa ini pun manusia menjadi lebih kreatif terkait "bagaimana lagi" mereka menghabiskan waktu di rumah dengan kegiatan yang positif. Bahkan nih ya, aku yang dari dulu punya niat buat belajar masak tapi gak jadi karena gak ada waktu, dengan wabah ini aku jadi masak terus setiap hari bantuin mama.

Bahkan, aku bisa melakukan banyak hal yang selama ini tertunda oleh kegiatan lain. Ya, serumit apapun pandemi global ini, kita harus memaknainya dengan positif. Meski banyak sekali negatif lainnya, tapi percayalah hal ini pasti berbuah kebaikan apabila kita bersabar, berdoa, dan selalu berhusnudzon kepada Allah. Eiya, jangan lupa ikhtiarnya juga ya!

Untuk itu, demi meminimalisasi kecemasan, marilah kita berpikir dari sisi baiknya. Jangan lupa juga untuk berikhtiar dengan menjaga kesehatan, jaga jarak, lakukan hal positif, dan plis lah jangan dulu keluar rumah. Kita sama-sama berjuang. Pejuang kesehatan berjuang menyembuhkan, pemerintah berjuang dalam mengatur wabah ini, sementara kita yang sehat juga harus membantu mereka dengan #dirumahaja.

Di hari yang lebih dari dua minggu ini #dirumahaja, mungkin banyak yang sudah bosan juga di rumah karena gak tau lagi harus ngelakuin apa. Ya, aku juga sempat berpikir demikian. Tapi tetap saja kita harus berjuang, karena wabah luar biasa ini tidak sepele, kawan. Tidak semudah itu melawannya. 

Percayalah, segala hal baik dan pikiran yang positif pasti akan dibalas kebaikan pula oleh Allah. Semoga penyakit ini cepat musnah dari muka bumi dan segera dinormalkan kembali kegiatan kita seperti sedia kala. Aaamiin, biar aku cepet lulus juga nih dan wisuda gak diundur! wkwkw. aamiin.

Stay safe yang kawan-kawan, 
jangan lupa beribadah,
cuci tangan dan makan makanan bergizi.

Salam pejuang,
dariku di rumah.



“Nggak, habisnya harganya murah daripada yang lain, jadi kubeli saja,” jawabku sederhana. 

“Lagi-lagi karena medsos nih kamu jadi begini, San! Ckckck,” kata Reina.

“Hehehe, maaf ya teman-teman. Tenang, nanti aku beli lagi deh chessecake-nya yang enak,” ujarku.

“Di dekat rumahku ada chessecake yang enak, beli di sana aja,” ujar Reina.

“Wah, ayo ke rumahmu sekarang,” ajakku.

“Ayo, ada bundaku di rumah, kita bisa makan enak juga, hehe,” tutur Reina sambil bergurau.

“Nah, kalo itu aku setuju,” jawab Senja yang suka makan itu.

“Baiklah, ayo,” kataku mengajak mereka ke dalam mobilku.

Lalu kami bergegas ke rumah Reina. Sesampainya di sana kusalami tangannya Bunda Reina, begitupun dengan Senja dan Reina yang ikut menyalami tangan bundanya. Wanita berjilbab lebar itu mempersilakan kami duduk dan menyuruh kami untuk menunggu. Setiap kami datang ke rumah Reina, kami selalu saja dijamu dengan makanan enak buatan bundanya yang ahli memasak itu. Sambil menunggu makanannya selesai, kukeluarkan gawaiku dan sesekali menengok cuitan di twitter

“Bunda bikin spaghetti ya, kalian suka pedas ‘kan?” tanya Bunda Reina kepada kami.

“Suka, Bun,” jawab Senja.

“Kalau kamu suka pedas juga, San?” tanya Bunda padaku.

Aku tersenyum pada layar gawaiku. Cuitan yang kubaca sangat menghibur.

“Hey, San! Ditanya bunda, tuh,” kata Senja sambil menepuk bahuku.

“Ya ampun, seru sekali main gawainya,” kata Bunda Reina sambil tersenyum.

“Yaampun, Bunda, maaf ya aku tidak dengar,” kataku tersadar.

“Sabar, Bun. Sunny memang begitu, suka sibuk sama gawainya!” kata Reina bernada sindiran.

“Iya, tidak apa-apa, San. Jadi kamu suka pedas atau tidak?” tanya Bunda Reina kembali.

“Suka banget, Bunda!” jawabku semangat.

“Giliran yang pedas-pedas kamu semangat jawabnya,” ejek Senja padaku.

“Ya sudah, bunda buatkan dulu ya,” kata Bunda Reina, lalu ia pergi ke dapur.

“Hey, Sunny. Kebiasaan burukmu itu semakin lama tidak baik deh,” kata Reina.

“Maksudmu?” tanyaku heran.

“Lihatlah, kamu sudah diperbudak teknologi. Kamu seharusnya bisa lebih bijak lagi menggunakannya, San,” pesan Reina padaku.

“Iya, San. Kemarin tulisanmu di blog menyinggung orang, lalu komentarmu tidak baik di unggahanku, belum lagi kebiasaanmu belanja online yang sudah sering dilakukan. Sekarang coba kamu lihat, kamu jadi tidak fokus diajak berbicara di dunia nyata,” jelas Senja.

“Kamu juga kemarin pakai medsos untuk pamer kan? Tapi ya gimana, aku sudah kebiasaan seperti ini,” kataku beralasan.

“Iya, itu kesalahanku juga. Tapi kesalahanmu lebih banyak,” bantah Senja.

“Yaampun, sudahlah jangan bertengkar. Aku punya ide bagus, mau dengar ideku tidak?” kata Reina.

“Apa?” tanya aku dan Senja.

“Bagaimana kalau kita belajar sama-sama untuk bijak di medsos? Tidak boleh bicara yang tidak baik, tidak boleh berpura-pura atau pamer, kurangi belanja lewat online, yaa.. sesekali boleh lah kalau butuh. Oiya, terakhir batasi penggunaan gawai saat kita sedang bersama, bagaimana?” usul Reina.

“Kalau ada yang melanggar, bagaimana?” tanya Senja.

“Yang melanggar harus memberikan hadiah kepada yang menang, setuju?” kata Reina.

“Menarik. Ayo kita coba,” jawabku percaya diri.

“Kamu yakin? Di sini kamu lho yang sering melanggar,” kata Senja sambil mengejek.

“Harus yakin dong! Iya ‘kan, San? Media sosial itu seharusnya mendekatkan yang jauh, bukan menjauhkan yang dekat, jadi kita jangan tertukar. Ambil baiknya buang buruknya,” kata Reina meyakinkanku.

“Baiklah, aku yakin dan aku siap,” jawabku.

“Spaghettinya juga siap untuk kalian yang sudah siap…” kata Bunda Reina yang tiba-tiba datang membawa nampan yang berisi tiga piring spaghetti.

“Wah, makasih banyak, Bunda!” kata Reina.

“Sama-sama, sayang. Selamat makan, jangan lupa dihabiskan ya,” kata Bunda Reina kepada kami.

“Baik, Bunda. Terima kasih,” ucap kami serentak.

Aku bersyukur bisa dikelilingi oleh orang baik seperti mereka, selalu mengingatkan aku di saat aku salah. Dari sanalah aku belajar menjadi bijak sebagai pengguna media sosial, bahkan aku memulai hal baru yaitu menebarkan kebaikan di media sosial.

Dari sanalah muncul kembali harapanku untuk menjadi matahari yang sesungguhnya, yang bersinar dan bermanfaat untuk orang lain seperti harapan mama dan papa. Lagi-lagi Reina dan Senja mendukungku. Aku percaya, lingkungan yang baik akan melahirkan karakter yang baik, dan semua itu akan tercermin pada akun media sosialku. Jadi, ayo berbuat baik. Bukan hanya di dunia maya, tapi juga di dunia nyata.

“Nggaklah! Tapi untuk apa kamu pamer begitu, sengaja bikin aku tambah marah?” tanyaku yang masih kesal.

“Hey, San. Tenanglah, aku tau kamu sedang marah. Tapi kemarahan bukan untuk diperlihatkan di media sosial, karena itu akan menimbulkan aura negatif oleh pembaca yang lain. Jadi aku minta maaf harus menghapus komentarmu itu,” jelas Senja.

“Baiklah, tapi pamer di media sosial juga tidak baik, kamu tau itu ‘kan?” kataku tidak mau kalah.

“Iya, baiklah, aku salah. Akan kuhapus fotonya,” jawab Senja.

”Bagus kalau begitu. Lalu mengapa kamu tidak mengajak aku tadi siang?” tanyaku.

“Aku tidak yakin jika mengajak orang yang sedang marah untuk berdiskusi, maka dari itu ayolah redamkan emosimu. Besok akan kuajak kalian berdiskusi lagi sambil makan siang,” kata Senja.

“Oke, kutunggu,” jawabku yang mulai tenang.

“Baiklah,” balas Senja di penghujung percakapan kami.

Setelah sedikit berdebat dengan Senja, aku mulai memikirkan tugasku. Dosen bahasa Indonesiaku memberikan tugas mencari beberapa berita untuk dianalisis dari segi bahasa. Ya, begitulah tugas mahasiswa jurnalistik.

Di sela-sela keseriusanku menatap layar laptop, tiba-tiba pikiranku menyeleweng. “Tadi yang dikatakan Senja ada benarnya juga, kalau saja tadi komentarku dibiarkan oleh Senja, mungkin orang-orang akan berpikiran bahwa aku ini pemarah, masa ditinggal makan siang aja marah,” kataku dalam hati. Aku jadi merasa bersalah kepada Senja akibat sifat kekanak-kanakanku. Untuk itu aku akan beri hadiah kepada Senja besok pagi, teruntuk juga Reina.

Setelah tugasku selesai, aku segera mencari hadiah di aplikasi daring, kukira memesan makanan tidaklah buruk. Kulihat di explore instagram, sepertinya orang-orang sedang membicarakan cheesecake. Itu lho, kue yang katanya teksturnya lembut dan lumer di mulut. “Kayaknya enak nih makan bareng Senja dan Reina,” kataku sambil melihat beberapa foto-foto cheesecake yang bertebaran di instagram. Lalu aku memesan pada satu akun yang alamatnya tak jauh dari rumah, agar cepat sampai dan bisa dibawa untuk besok.

Malam yang mulai larut membuatku mengantuk. Ternyata melihat layar gawai membuatku kecanduan. Parahnya lagi, untuk mencari cheesecake saja aku sudah menghabiskan waktu selama 2 jam. Maklum, lihat satu foto, eh…. Jadinya buka foto yang lain, terus saja begitu sampai puas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, waktunya aku segera tidur.

Keesokan harinya, pesananku datang. Ternyata tidak perlu waktu yang lama seperti yang kubayangkan. Cheesecake yang kupesan sudah tiba, bentuknya sama persis seperti yang kulihat di foto tadi malam. Semoga rasanya tidak mengecewakan. Lalu kubawa kue itu saat bertemu Reina dan Senja.

“Wah, cheesecake!” kata Reina yang kaget ketika kubawakan kue kesukaannya.

“Tumben,” kata Senja bernada menyindir.

“Jangan memulai keributan deh, ini kuberikan pada kalian sebagai bentuk permohonan maafku. Kemarin aku sudah marah pada kalian, dan meninggalkan komentar tidak baik di akunmu, Senja. Jadi, kalian mau memaafkanku ‘kan?” tanyaku pada mereka.

“Tentu, kenapa tidak? Apalagi dikasih cheesecake,” kata Reina sambil tersenyum.

“Iya kita maafin, lain kali hati-hati lagi dalam bicara di medsos ya,” kata Senja.

“Iya, tapi lain kali juga jangan pamer, hehe,” kataku sambil tersenyum.

“Iya, baiklah. Sekarang kita coba kuenya ya,” kata Senja.

Lalu kami memakan kuenya bersama-sama. Argh, aku dibohongi! Rasanya tidak sesuai dengan ekspektasi. Di instagram fotonya sangat menarik, penataannya terlihat rapi dan kelihatannya sangat enak. Tapi kenyataanya rasa cheesecake itu terlalu asin dan teksturnya tidak lembut seperti apa kata orang.

“Waduh, kenapa rasanya begini?” kataku sambil panik.

“Kamu beli di mana sih, San? Online ya?” tanya Reina dengan dahi mengerut.

“Hehehe, iya… Habisnya aku kemarin mendadak ingin memberikan kalian kue, yaa biar praktis jadi online deh belinya,” kataku sambil tersenyum merasa bersalah kepada Senja dan Reina.

“Kamu gak lihat testimoninya dulu?” tanya Senja.

Namaku Sunny, artinya matahari. Kata mama, aku dilahirkan tepat pada saat cahaya matahari mulai terbit di pagi hari. Mama dan papa berharap, aku bisa menjadi penerang bagi siapapun yang terperangkap dalam kegelapan hidup. Ya, semoga impian mereka bisa tercapai.

Aku memiliki dua orang sahabat, ialah Reina dan Senja. Di antara kami bertiga, akulah yang paling keras kepala. Kata orang yang belum mengenalku, aku ini orang yang pendiam, tapi bagi mereka yang sudah mengenalku mungkin ucapannya berbanding terbalik. Itulah mungkin mengapa muncul ungkapan “Jangan melihat seseorang dari sampulnya,” kurasa itu benar adanya.

Walaupun sikap di antara kami sangat berbeda, kami bertiga sering sekali tak terpisahkan, Aku dengan hobiku yang aktif di sosial media dan kadang tak acuh dengan lingkungan.

Reina dengan sifat pendiam dan hobi membacanya menjadi salah satu sebab mengapa ia terlihat cerdas daripada kami berdua. Berbeda lagi dengan Senja yang selalu aktif di luar kampus, membuatnya begitu pandai berbicara di depan umum.

Suatu hari, kami bertiga berdiskusi di perpustakaan. Aku sambil memegang buku agendaku, Reina dengan buku bacaannya, dan Senja dengan laptop kesayangannya. Tiba-tiba Senja bertanya padaku.

“San, kenapa kamu suka sekali mengumbar keseharianmu di blogmu itu?” tanya Senja saat membuka blogku pagi itu.

“Memangnya ada yang salah?” jawabku ketus.

“Ya… tidak. Tapi kan tidak semua hal harus kautulis. Benar begitu?” tanya Senja.

“Terserah aku lah! Itukan blogku,” jawabku sedikit kesal.

“Mungkin maksud Senja, posting yang baik-baik saja, jangan tulis kejelekan orang juga di sana, San. Aku sudah baca tulisanmu yang kesal dengan gebetanmu itu, ya menurutku itu juga tidak penting,” kata Reina tanpa berpaling dari bukunya.

“Tapi aku ‘kan memang sakit hati dengan dia, memangnya salah jika aku mengutarakannya melalui tulisan? Kalian ini bukannya mendukung malah menyudutkanku!” kataku sambil marah.

“Bukan begitu, tapi…” kata Senja, lalu aku memotong omongannya.

“Sudahlah, aku mau ke kelas. Sebentar lagi masuk,” jawabku, lalu aku langsung merapikan alat tulisku ke dalam tas.

“Baiklah, ayo kita kembali ke kelas,” jawab Reina yang mengikuti keputusanku.

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Mata kuliah kedua akan segera dimulai. Ternyata dosen bahasa Indonesia kali ini tidak dapat hadir, lalu diberikanlah tugas yang harus dikumpulkan melalui surel.

Seperti biasa, saat dosen tidak ada, kelas langsung bubar. Aku, Reina, dan Senja juga bergegas pulang. Kali ini aku tidak pulang bersama mereka, karena aku masih kesal dengan omongan mereka tadi pagi.

Hari mulai berganti malam, matahari sudah larut dalam langit yang mulai hitam. Aku yang saat itu segera mengerjakan tugas tiba-tiba tergoda dengan notifikasi dari instagram. Lalu, aku berencana membukanya sebentar.

Lagi-lagi Reina dan Senja membuatku kesal. Senja mengunggah foto makan siang bersama Reina tanpa mengajakku, padahal katanya mereka akan langsung pulang siang tadi. Dengan keterangan foto yang panjang, Senja mendeskripsikan sosok Reina yang telah mentraktirnya makan siang di restoran bergengsi di Jakarta.

“Makan siang aja pamer, gak ngajak aku lagi!” kataku dalam komentar foto itu.

Beberapa menit kumeninggalkan komentar, tiba-tiba komentarku hilang. Sepertinya Senja telah menghapusnya. Langsunglah aku kirim pesan instagram kepadanya.

“Apa maksudmu menghapus komentarku?” tanyaku marah.

“Jangan membuat citra buruk di media sosial,” jawab Senja.

“Kamu duluan yang memancing,” jawabku.

“Kalau kita berkomentar tidak baik di media sosial, orang lain akan menganggap kita ini tidak baik. Kamu mau?” tanya Senja.

(Bersambung)

Hampir seminggu yang lalu, tepatnya Sabtu (14/3), aku bertemu salah satu teman virtual yang sebenarnya terlalu dini juga sih dibilang teman wkwkw. Jadi aku bakal ceritain perempuan ini.

Sebenarnya, perempuan ini adalah temannya adikku. Lebih tepatnya "teman dekat" (gak tau sekarang masih deket apa engga wkwkw). Nah, jadi dia sering bales-balesan snapgram sama aku atau emang sengaja ngechat aku cuma untuk sekadar ngobrol. Tapi ini gak sering sih jadi menurut aku agak dini juga dibilang teman hehehhe.

Aku sih selalu open aja buat siapapun yang mau temenan sama aku, tapi kalo misalkan dia gak sreg di hati karena keterlaluan, gak menyenangkan bahasanya, dll biasanya aku langsung gak mau jawab lagi hehe. Tapi alhamdulillah perempuan ini baik dan sopan gitu.

Nah, suatu ketika nih perempuan katanya mau ngobrol aja gitu ketemu secara langsung. Awalnya sih aku juga ragu karena aku bukan anak yang gampang membuka pembicaraan secara langsung apalagi kalo belum kenal. Di sini sisi introverku dominan. Ya gitu deh mau gamau gitu hehe.

Tapi, setelah dipikir-pikir kalo anak ini baik ya kenapa engga? Toh aku harus bisa keluar dari zona nyaman yang menurut aku gak biasa ini, yaitu pergi sendirian buat bertemu sama orang yang baru dikenal.

Alhasil, aku coba bawa motor ke tempat yang jaraknya hampir 9 km dari rumah. Demi meminimalisir transportasi umum yang harus dibatasi karena Corona lagi merebak ini. Jarang-jarang aku mau bawa motor jauh-jauh, biasanya mager dan cuma ngandelin ojol ehehe.

Saat hampir sampai di lokasi, ternyata perempuan itu lagi berjalan menuju lokasi dan kami bertemu di tengah perjalanan. Berhubung aku sudah kenal mukanya dari instagram, aku ajak dia bareng naik motorku karena lokasinya masih lumayan jauh kalo ditempuh dengan jalan kaki.

Awalnya... awkward banget! Aku bener-bener deg-degan sama diri aku yang nantinya malah salting dan gak tau harus ngomong apa wkwk. Tapi Alhamdulillah ternyata enggak sih, dia anaknya asyik dan bisa mulai percakapan duluan, jadi aku juga cukup ikutin arus dengan topik yang dia mulai.

Dari berbagai pembicaraan, ternyata aku menemukan banyak kesamaan dengan dia. Dalam berbagai aspek dan kondisi, dia cerita dan aku punya pemikiran yang sama dengan apa yang dia ceritakan. Jadi, menurutku sejak saat itu kami baru bisa dibilang berteman hehhee.

Setelah panjang lebar bercerita, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Tapi sayangnya hujan sore itu turun lebat. Sehingga kami berdua harus menunggu hujan sedikit reda untuk pulang naik motor. Lalu, dia memutuskan untuk mengajak aku foto-foto dulu, waduuuhhh udah lama gak foto!

Ngerasa gak sih kalau makin dewasa tuh makin bingung kalau diajak foto. Kalau aku sih mikirnya gitu ya, gak tau kalau kalian hehe. Gak tau kenapa aku sekarang malu aja gitu ngajak foto atau diajak foto, suka bingung mau gaya gimana, alhasil cuma bisa senyum senyum doang. Wkwk. Tapi gapapa lah ya, semoga hal ini positif sihh dan menghindari aku dari keburukan. Semoga ya. 

Makasih ya, Andaru. Sudah memberikan aku pelajaran hidup terutama pada pengembangan diri aku yang introvernya berlebihan ini. Aku jadi bisa membuka ruang baru dan berani bertemu dengan teman virtual seperti kamu. Hehhee.

Semoga kita selalu bersyukur dengan hidup yang menemui kita. Sukses selalu ya...
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates