![]() |
Foto/Pinterest |
Yang semula terlihat bersih, berkilau, dan tak berdebu
Kini pecah menjadi serpihan kaca yang saling jatuh
Meski kucoba perbaiki kaca yang pecah itu,
Nyatanya keindahanmu tak lagi padamu
Bagian yang jatuh tak lagi bisa disatu padu
Mungkin, gelas kaca terlalu bahaya bagiku
Meninggalkan serpihan yang tajam
Membuatku terluka dan kesakitan
Tak hanya dalam hati,
Tapi juga darah yang bercucuran
Melebur dengan kaca yang sudah tak beraturan
Bermesraan dengan perih yang bermunculan
Bagiku, kau adalah gelas-gelas kaca itu
Yang indah namun menyakitkan
Yang nyatanya tak bisa bertahan dalam kehidupan
Yang raganya hancur pun ikut menghancurkan
Cukuplah bermain-main dengan gelas itu
Gelas yang sangat menyeramkan,
Gelas yang sangat meninggalkan luka,
Gelas yang sangat membodohiku,
Gelas yang sudah mendustaiku.
Terima kasih,
Atas semua serpihan gelas kacamu yang tak pernah kurindu
Dan lihatlah, semua tak lagi bisa menjadi semula seperti apa katamu
Ragamu tetap hancur meski dibalut perekat andal sekalipun
Bicara tentang orang lain, pasti tidak semua tentangnya sesuai dengan ekspektasi di pikiran kita. Misalkan kita menyangka orang tersebut memiliki sifat A, ternyata sifatnya malah mengarah ke B. Kalau begini keadaannya, kira-kira siapa yang disalahkan?
Mungkin satu atau sebagian dari kita langsung menyalahkan orang tersebut, bahwasannya ia telah berdusta tentang apa yang ia tampilkan pada parasnya dengan apa yang sebenarnya ada dalam dirinya. Tapi, coba deh sebelum kita menyalahkan dan menilai orang lain, kita berkaca dulu pada diri sendiri. Apakah kita juga bersalah?
Ya, bisa jadi! Mungkin saja kita terlalu mengatur pikiran kita ke sifat-sifat negatif, jadi kita membuat orang lain terlihat jelek di pikiran kita sendiri. Padahal, bisa jadi kitalah yang belum mengenalnya lebih jauh, atau terlalu berekspektasi, atau kesalahan lainnya?
Pernah suatu ketika, aku mengunggah status di WhatsApp-ku tentang kisah perjuangan seorang public figure yang meraih sukses di usianya sekarang. Di sana aku mengutip kalimatnya sebagai bahan motivasi untuk disebarkan ke teman-teman WhatsApp-ku.
Tapi, tiba-tiba seseorang membalasnya.
"Sayang ya, orang kayak gitu ibadahnya kurang," katanya padaku.
"Maksudnya?" kataku berdalih dan memastikan.
"Iya, orang sukses, banyak uang, tapi ibadahnya berantakan," jawabnya menjelaskan.
"Jangan gitu, kita kan gatau dia ibadahnya seperti apa," jawabku.
"Iya, tapi pernah dapet cerita dari orang sekitarnya, waktu itu pas dia syuting orang-orang break ishoma, dia malah tidur," jelasnya lagi.
Dari percakapan singkat itu, aku sedikit terdiam. Adakah yang salah dariku dan dari perkataannya?
Begini ya, teman-teman. Mungkin di percakapan itu aku seakan membela. Tapi, bukan itu maksudku.
Setiap orang memang berhak menilai siapa dan bagaimana orangnya. Tapi, perkara ibadah dan keimanannya, kita gak bisa langsung menjudge seseorang baik atau buruk. Kita bahkan gak bisa menilai seseorang ibadahnya rajin, baik, ataupun enggak karena mungkin kita hanya melihat apa yang terlihat. Kalaupun perkataan orang lain ada benarnya, kita juga tidak berhak menilai kadar takwanya. Coba pertanyaannya dibalik lagi ke diri kita, emangnya ibadah kita sudah baik selama ini?
Sadar gak sih, banyak di antara kita bahkan aku sendiri mungkin masih khilaf karena sering menilai orang sembarangan. Apalagi ketika kita tahu satu kesalahannya, kita bisa melupakan beribu kebaikannya. Artinya, kita lebih sering merusak banyaknya kebaikan dan sisi positif seseorang hanya dengan satu kesalahan atau satu hal negatif yang ada pada diri seseorang.
Hal semacam itu terkadang menjadi akar mula sebuah kebencian, tidak respect, hingga akhirnya tidak bisa menerima kebaikan yang lain dari orang tersebut. Ujung-ujungnya kita hanya terus menilai seseorang itu menjadi jelek menurut pandangan kita. Padahal, mungkin saja selama ini kita hanya tahu 'bungkus' dari orangnya saja, bukan isi dirinya secara utuh.
Teman, ketika kita tidak menyukai suatu hal, bukan berarti kita harus menolak keberadaannya. Namun, kita bisa mengambil sisi positifnya.
Ketika orang bilang tentang sifat-sifat buruknya, maka tugas kita adalah mencari kebaikannya tanpa menjelekkan lagi yang buruk-buruknya. Itulah kenapa banyak yang bilang "Ambil baiknya, buang buruknya." Tapi, emang benar begitu adanya. Aku pun setuju dengan perkataan itu.
Kita gak bisa memandang seseorang hanya dari satu sisi. Apalagi hanya dengan satu kehilafan yang tidak kita maafkan. Kita bahkan punya dua mata yang bisa melihat ke berbagai arah. Jadi, manfaatkanlah mata itu untuk melihat semuanya dari berbagai sisi.
Yuk, biasakan memandang sesuatu dengan positif. Jangan mudah menjudge seseorang atas satu kekurangannya. Percayalah, kita pun pasti punya kelebihan di balik kekurangan yang ditampakkan. Iya gak?☺️
Jadi, mari kita sama-sama membiasakan diri. Ikuti dan ambil aja baik-baiknya dari orang lain dan adaptasikan kepada diri. Semoga kita selalu dilindungi ya, dibersihkan hatinya, dijernihkan pikirannya, serta selalu memandang sesuatu dengan positif, aamiin.
Semangat ya, semua.
Hari ini, aku dikagetkan dengan postingan seseorang di kampung halamannya. Ia mengunggah foto saat berada di salah satu tempat yang juga merupakan tempat impian yang ingin aku kunjungi.
Lalu, aku iseng membalas unggahannya tersebut.
"Ih..... (Dengan emot mata love)," pertanda iri kalau dia sudah ke sana lebih dulu.
Ya, dia tahu bahwa aku mengimpikan untuk berada di sana. Saat itulah dia mendoakanku agar suatu saat nanti bisa pergi ke sana. Aamiin, masyaAllah. Sholawat selalu aku haturkan kepada Allah agar suatu saat impianku bisa tercapai, hehe aamiin.
Gak cuma itu, tiba-tiba dia pun mengirimkan aku foto-foto bangunan lain di sana. Di kota yang sama, dengan keindahan yang berbeda.
Ada banyak kota dan tempat menarik yang ingin sekali aku kunjungi. Mulai dari berbagai jenis keindahan alam, gedung-gedung perpustakaan, atau sekadar mengunjungi masjid di kota-kota penuh sejarah. Itulah impianku, untuk menghampiri tempat-tempat itu.
Kalau lagi pandemi gini, mikirin jalan-jalan rasanya tidak lagi menyenangkan. Sebab, perihal perjalanan kini sedang terhambat. Padahal, rencanaku beberapa tahun lalu adalah ingin mewujudkan mimpiku setelah lulus kuliah nanti. Dan sekarang, sebentar lagi waktu yang kumaksud itu tiba. Tapi sayang, sepertinya mimpiku harus ditunda.
Indonesia terlalu banyak punya tempat bagus di pelosok-pelosoknya. Seperti di Lombok, Maluku, Papua, dan belahan Timur lain yang punya surga dunia. Belum lagi di dataran Sumatra yang kaya akan sejarah dan juga monumen-monumennya. Jawa pun masih banyak yang belum aku telusuri semuanya.
Spesifiknya, nama-nama tempat itu aku tulis dalam sebuah buku mimpi. Lebih tepatnya, di bagian-bagian tertentu dalam diary. Aku menuliskan beberapa tempat impian yang ingin aku kunjungi di sana.
"Shalawatin aja dulu, siapa tau bisa ke sana," kata seseorang memotivasi.
Aku percaya kata-kata itu. Sebab, dalam segala hal yang ingin kuraih, aku selalu selipkan shalawat sebagai bentuk harap kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga saja suatu saat bisa terlaksana, entah bagaimanapun caranya. Allah pasti punya berbagai kejutan untuk kita yang diridhoi-Nya. Aamiin.
Kalau kalian adakah tempat terindah yang ingin dikunjungi? Kalau iya, ke mana dan akan sama siapa kalian ke sana? Dan apakah kalian punya alasan untuk mengunjunginya?
Apapun jawabannya, semoga kamu juga bisa ke sana, ya. Senang rasanya membicarakan mimpi bersama-sama. Seperti punya motivasi dan semangat lagi untuk meraihnya, hihi.
Jangan bosan-bosan menyemangati, ya. Yuk, bisa! Semangat untuk kita semua❤️
Pernahkah kamu berpikir sebenarnya untuk apa sih kita hidup di dunia? Jawabannya, untuk beribadah kepada Allah SWT. Lalu, bagaimana kita bisa bahagia dalam menjalankan ibadah-ibadah-Nya?
Mungkin sebagian kita terlalu tidak acuh atas kehidupan yang kita miliki di dunia ini. Namun, sejatinya waktu di dunia tidaklah kekal. Maka dari itu, kita harus bisa bahagia di dunia untuk mencapai ibadah yang maksimal. Apa saja indikator bahagia di dunia? Berikut jawabannya.
1. QOLBUN SYAKIRUN
(hati yg selalu bersyukur). Artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.
(QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7)
2. AL-AZWAJU SHALIHAH (pasangan hidup yang sholeh).
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan, suasana rumah dan keluarga yg sholeh pula
(QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26)
3. AL-AULADUL ABRAR
(anak yg sholeh/sholehah).
Do'a anak yg sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/sholehah.
(QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74)
4. AL-BAIATU SHOLIHAH (lingkungan yg kondusif untuk iman kita).
Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang sholeh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah, seperti group ini saling m'ingatkan dlm kebaikan
(QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2)
5. AL-MALUL HALAL
(harta yang halal).
Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup. Berbahagialah orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
(QS 2:267, 43:36-37, 2:269, 2:155)
6. TAFAKUH FID-DIEN (semangat untuk memahami agama).
Dengan belajar ilmu agama, akan. semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasulnya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
(QS 45:20, 3:138, 5:16, 4:174, 2:269)
7. UMUR YANG BAROKAH
Artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang2 yang barokah umurnya. (QS 2:96, 35:37, 36:68, 225).
Nah, itu dia jawaban atas pertanyaan kita selama ini. Jadi, indikator mana yang sudah kita raih dan dapatkan selama ini? Apakah kita cukup acuh dengan hal itu? Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, ya. Semangat dan bahagia selalu untuk kita.
Aamiin yaa robbal aalamiin
Sumber : @sahabat_islami
.
Hai, kenalan yuk!
Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!
Pengunjung
Isi Blogku~
SINIAR TEMAN CAHAYA
Followers
Postingan Populer
-
Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
-
Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
-
Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
-
Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
-
Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...
Categories
Artikel
7
Ber-Seri
13
Berseri
1
Cahaya
15
ceirtaku
1
Ceritaku
249
Cerpen
5
Cinta
71
Feature
3
Hidup
18
Inspirasi
39
Inspiratif
15
Islam
65
Karya
16
Kebaikan Berbagi
6
Keluarga
44
Kisah
40
Kisahku
21
Liburan
10
Menulis
5
Motivasi
114
Resep
1
Sajak
55
Suratan Fiksi
26
Teman
55
Tips
3
Tips dan Informasi
31
Zakat
2