Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak
Foto/Pinterest


Kali ini, izinkan aku bercerita tentang seorang teman yang menyukai temannya. Jika dirasa ada kesamaan tokoh, kejadian, keadaan atau lain halnya, mohon dimaklumi. Tulisan ini hanya aku tulis dengan tujuan untuk mengingatkan kita semua bahwa kisah ini harus berjalan sebagaimana mestinya.

Jadi, orang ini adalah temanku. Lebih tepatnya dia pernah sekelas denganku. Dia adalah salah satu teman lawan jenis yang agak pasif saat di kelas. Dia jarang menunjukkan eksistensinya di depan siapapun. Sedikit irit bicara dan memang tak banyak yang tahu tentangnya.

Suatu ketika, ada banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di telingaku. Ya, tentang si orang ini. Ada kabar A sampai Z yang satu per satu tidak bisa aku percaya begitu saja. Termasuk salah satunya kabar bahwa orang ini menaruh rasa untukku.

Aku biasa aja. Selama kabar itu belum aku dapatkan dari dirinya sendiri, aku hanya bersikap tak acuh seakan tidak tahu apa-apa. Tapi, tidak bisa dipungkiri, bahwa hadirnya kabar itu membuat aku sedikit berhati-hati agar tidak memberikan harapan lebih saat berteman dengannya.

Memang, dia tidak menunjukkan apapun kepadaku secara langsung. Artinya, dia menyimpan rasanya dengan sangat baik. Atau, bisa saja kabar itu hanya segelintiran angin yang berhembus saja, alias hanya gosip. Wallahu'alam, aku tidak terlalu fokus untuk hal itu.

Kemudian, kami sudah tak lagi satu kelas. Setelah lulus, kami menempuh pendidikan dan tempat yang berbeda. Hal ini cukup menenangkanku karena tidak perlu lagi berhati-hati. Bahkan bertemu pun sudah jarang.

Namun, beberapa waktu setelah itu, dia justru muncul dengan beberapa eksistensinya. Entah dia hanya sekadar berekspresi atau memang ingin menarik perhatian. Yang jelas, beberapa hal tersebut seringkali menyangkut namaku meski dia tidak menandaiku dalam postingannya.

Misalkan, dia seringkali menghubungkan sesuatu yang dia buat dengan cahaya. Ya, cahaya sendiri adalah suatu hal yang sering aku gunakan dalam setiap karyaku. Cahaya menjadi branding diriku. Lalu, lelaki itu juga sering menghubungkan hal itu dalam tulisan, gambar, atau statusnya di media sosial.

Pernah lagi, ia benar-benar mengopi kutipanku dan memasangnya di status media sosial miliknya. Dan ia tidak mencantumkan namaku di sana. Pun pernah juga kubuat status tentang muhasabah diri, lalu beberapa menit kemudian, ia membuat status yang sama dengan topik muhasabah diri yang sama, dengan background yang serupa pun dengan isi kutipannya.

Parahnya, suatu ketika aku pun pernah update fotoku sendiri di media sosial. Kemudian, tak berselang lama, lelaki itu memasang ilustrasi yang gambarnya mirip sekali dengan foto yang aku posting. Sungguh luar biasa pengintaian ini.

Dalam hal ini, sejujurnya aku sangat amat terganggu. Bahkan, pernah aku berbicara jujur padanya tentang apa yang dia lakukan, lalu, dia malah menjawab dengan alasan. Aneh, bahkan tak masuk diakal. Padahal, aku tahu betul semua yang dipostingnya saat itu adalah tentangku.

Dari kejadian ini, aku hanya ingin mengingatkan kita semua--termasuk aku juga--untuk berhati-hati dalam mengagumi seseorang. Tidak semua orang menyukai hal-hal tentangnya ditiru begitu saja, apalagi dengan teman sendiri yang kita kenal. 

Kalau memang menyukainya, maka sewajarnya saja. Bicaralah langsung padanya agar semuanya bisa lebih terbuka. Perkara ditolak atau diterima, itu memang risiko dari jatuh cinta. Tapi, kalau begini keadannya, kita hanya menjadi pengintai dalam persembunyian. Gak etis, dan justru menganggu dirinya.

Jadi, aku termasuk orang yang males banget diikutin dalam hal itu. Bener-bener ngerasa diintai. Aku akan lebih menghargai perasaan seseorang dan apapun yang dilakukannya selagi ia meminta izin, berteman baik, atau sudah membicarakannya baik-baik. That's okay kalo menurut aku. Tapi, kalau keadaannya berbanding terbalik, aku mohon jangan pernah lakukan sesuatu yang orang itu gak suka.

Ketika berharap dia menyukai kita, dia malah benci sama kita karena kesalahan kita. Gak enak kan? Kalau sudah terlanjur? Ya.... minta maaf aja sama dia. Jalin komunikasi yang lebih baik lagi. Jangan sampai membuat kebencian yang semakin berlarut. Apalagi sama temen sendiri. 

Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, ya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung dan menyakiti. Aku hanya mengutarakan kegelisahan serta mengingatkan kita semua untuk mencintai seseorang dengan wajarnya. Tolong, mengagumi sewajarnya saja, ya. 

Terima kasih.




Menyusun tugas akhir di tengah pandemi ini cukup menguras batin dan pikiranku. Pasalnya, dari awal aku sudah tidak mendapatkan semangat karena kondisi tiba-tiba berubah seperti ini. Qadarullah sih, kita sebagai manusia tidak bisa menolak ketetapan-Nya. Jadi, aku hanya bisa menjalaninya semmapu dan sekuat tenagaku.

Awal menyusun tugas akhir ini sebenarnya ada sesuatu hal yang sempat mengganjal saat itu, yaitu tentang dosen pembimbing. Di awal aku berpikir untuk mencari teman seperbimbingan yang nantinya bisa berproses bersama. Tapi, di sisi lain aku memikirkan kembali tentang topik yang aku bahas nanti. Apa mungkin lebih mementingkan teman daripada dosennya?

Jadi, banyak kabar-kabar tak mengenakkan mengenai tugas akhir ini. Ada yang bilang, dosen A ini killer banget kalau sidang, jadi sebisa mungkin cepet-cepetan dapetin dosen A ini jadi pembimbing biar nanti gak ketemu di sidang. Ya, begitulah, ada beberapa dosen yang diantisipasi orang-orang biar gak ketemu di sidang tugas akhir nantinya.

Lalu, bagaimana dengan aku? Hahaha, dari sekian banyak teman-teman, aku adalah salah satu mahasiswa yang takut mendengar kabar itu. Tapi, bagaimana jika semuanya menyerbu dosen itu? Bagaimana dengan kuotanya, apakah akan terpenuhi? Apakah aku akan mendapatkan dosen pembimbing dia?

Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil jalan lain. Jadi, aku justru mencari dosen pembimbing yang bisa membantuku untuk menyelesaikan tugas akhir dengan cepat. Ya, mungkin banyak orang yang tidak sependapat. Tapi, aku justru memprioritaskan proses penyusunan tugas akhir daripada sidangnya.

Dari keputusan itu, sebenarnya masih ada hal mengganjal lainnya. Misalnya, aku jadi gak punya teman seperbimbingan. Ya, teman kelasku gak ada satu bimbingan yang sama denganku. Ada sih di kelas, tapi sayangnya mereka mengambil tentang fotografi, berbeda dengan aku yang mengambil tentang reporter. Ah, pokoknya sedih banget saat itu.

Berproses di tengah pandemi ini cukup menyesakkan hati. Aku harus mandiri dan berproses sendiran, gak ada temen deket, gak ada yang bisa diajak diskusi, dll. Sedih banget perasaan aku saat itu. Sementara teman-teman lain berdiskusi bersama antardosen pembimbing yang sama. Sedangkan aku? Diam, sendirian, tanpa diskusi sama siapa-siapa.

Yaudah deh, aku akhirnya berproses aja sendirian. Gak peduli orang udah sejauh mana, sampai mana, yang jelas aku terus berjalan tanpa peduli sekitar. Sambil mencari teman-teman baru yang mau diajak berproses bareng.

Alhamdulillah, tidak disangka Allah memberikan kejutan luar biasa. Dari kesedihan yang aku jalanin di awal, aku diberikan kemudahan dalam menulis tugas akhir dan akhirnya aku bisa selesai lebih dulu. Bahkan, aku juga diberikan teman seperjuangan yang mau diajak sama-sama, hahaha alhamdulillah.

Aku juga bersyukur akhirnya semua ada hikmahnya. Ake daftar sidang duluan, lalu dapat jadwal duluan, dan sidang duluan. 

Begitulah, keluar dari zona nyaman emang akan terasa pahit pada awalnya. Aku yang gak biasa sendirian harus memaksa diri untuk bekerja sendirian. Berusaha bersifat cuek sama orang lain dan gak membanding-bandingkan proses orang dengan diri kita. Tapi, keberkahan Allah itu nyata. Dari kesedihan aku belajar banyak hal hingga akhirnya bisa bahagia.

Akhirnya, kini drama tugas akhir sudah selesai aku jalani. Tidak ada lagi berburu tanda tangan, tidak ada lagi drama stress nunggu bimbingan dan revisian, tidak ada lagi rasa deg-degan sidang. Semuanya bisa aku jalani. Begitulah kadang kita merasa tidak mampu, padahal Allah akan selalu memberikan kita  ujian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Aku percaya, proses orang akan selalu beda. Hasil pun tak akan pernah mengkhianatinya. Semangat terus, ya, kawan-kawan. Selamat yang sudah berhasil melewati ujian dalam hidup kalian. Bagi yang sedang menjalani, nikmati saja. Semua akan indah pada waktunya. 


Aku tahu mungkin kita hanya berteman
Tapi, entah mengapa aku merasa nyaman
Setiap kali kamu memulai percakapan,
Sampai diskusi pun masih dipertahankan

Tapi, ngerti kan maksudnya peduli?
Iya, aku benar-benar merasa peduli.
Tanpa ada perasaan melebihi kepedulian itu.
Meski aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti
Yang jelas aku nyaman, nyaman kepada sang teman

Setiap hari aku berdoa kepada Ilahi
Untuk meluruskan hati,
Agar tak terbelit dalam emosi atau ambisi
Kuserahlan hatiku dengan ikhlas
Menerimamu apa adanya tanpa meminta apapun lagi

Namun, ketakutan terus saja menghantuiku
Bagaimana jika kenyamanan ini membludak pada akhirnya?
Akankah kita bisa menerima perbedaan rasa?
Atau kita akan saling menjawab semuanya?
Atau jika tidak, apakah kita bisa tetap seperti ini?

Entahlah, yang jelas aku akan bersedih saat kamu pergi
Aku tidak mengerti apakah nyaman ini masih pada batasnya,
Atau aku sudah berharap lebih...





Ada beberapa hal di dunia ini yang harus selalu disyukuri setiap hari, salah satunya ketika kita bangun di pagi hari dan masih banyak orang yang sayang sama kita; keluarga, kerabat, saudara, bahkan sehabat.

Kali ini, aku ingin menceritakan beberapa sahabatku semasa SMA, lebih tepatnya saat MAN sih. Mereka adalah teman-teman baik yang membersamai aku saat kelas 10.

Jika dihitung dari 3 tahun lamanya belajar di MAN, mungkin kelas 10 lah yang sangat berkesan bagi aku. Karena, ada banyak kejadian yang tentunya gak bisa aku lupakan. Mulai dari banyaknya barang hilang, kelas kutukan yang dihantui makhluk lain, beberapa orang sering pingsan, sampai semingguan gak belajar karena mencari si pelaku pencuri yang selalu berulang.

Tak hanya itu, sebenarnya masih banyak kejadian yang pastinya seru kalau diceritakan. Tapi, rasanya gak bakal muat kalau diceritakan di sini, haha. Kali ini, aku mau bahas tentang mereka aja. Sebagai bentuk dokumentasi dan bangga sama mereka, teman-temanku ini.

Fitria Al Munawar

Orang yang baik banget. Sejak MAN dia terlihat sangat rajin dan rapi. Sifatnya hampir mirip seperti aku; ambisius dan telaten. Dia juga bisa melakukan banyak hal alias multitalenta. Fitria juga sholihah dan sering ngingetin aku tentang kebaikan. Makasih, ya, Fitria udah mau jadi teman aku selama ini. Jangan bosen-bosen, hehe.

Esya Juniar

Temanku yang satu ini pendiam banget. Tapi, kemampuannya di bidang kimia gak bisa diraguin lagi. Humble dan gak sombong. Dia selalu mau ngajarin orang lain buat belajar. Walaupun gak suka selfie, tapi dia juga mudah bergaul dengan siapapun. Jangan bosan ya, Esya, jadi temen aku hehehe.

Saskiya Adelia Irawan

Yang satu ini salah satu teman berjasa selama di MAN. Selain sering pulang bareng dan kasih tumpangan, Adel juga baik dan perhatian di balik sifat cueknya. Adel juga seringkali punya pemikiran yang sama dengan aku. Jadi, kita sering banget bertukar pikiran dan saling cerita. Hehehe. Makasih Adel udah mau jadi telingaku 24 jam.

Aulia Syfa Unnisa

Uul, begitu panggilannya. Si jago matematika ini sangat humble dan juga asik. Meskipun cukup pendiam, kalau sudah akrab sih seru banget diajak main ke mana aja dan ngapain aja. Uul ini rajin dan kreatif juga, jadi semasa di MAN dia sering banget berkecimpung di tata menata kelas hehe. Makasih uul baik, udah mau jadi temen aku.

Alwan Jihad

Si anak keturunan Arab dan Sunda ini kocak dan menyenangkan. Dia selalu saja mencairkan suasana kalau lagi kumpul. Alwan ini baik banget orangnya, salah satu teman laki-laki yang asik kalau diajak cerita. Walaupun seringkali malah ngeledek, tapi Alwan juga gak jarang kasih solusi dari setiap curhatan aku hehe. Makasih Alwan udah mau jadi temen aku.

Zulhan Normansyah

Njul ini anaknya saik banget. Kadang-kadang kalau lagi serius omongannya suka banyak benernya, alias dewasa. Tapi di satu sisi, dia sama aja kayak Alwan, suka bercanda dan jadi moodbooster di setiap pertemuan. Zulhan ini baik banget dah pokoknya. Thanks njul udah mau jadi temen aku.

Muhammad Ramadhan

Si Adon yang pengennya dipanggil Rama inimah gausah diraguin lagi. Temennya banyak soalnya dia humble banget sama siapapun. Baik yaa... walaupun kadang-kadang aneh juga wkwk. Tapi aku bersyukur juga punya temen seasyik Adon, thanks don.

Rani Khairunnisa

Sayangnya, dia gak ada di foto ini. Tapi, Rani adalah salah satu teman yang berkesan karena sudah jadi saksi waktu kita pernah saling pingsan dan duduk barengan di kelas. Rani ini anak baik yang rajin, seru, dan ada aja gitu bahan ketawanya. Pokoknya aku seneng bisa temenan sama Rani. Hehehe.

Fahmi Baharuddin Ali

Gak jarang juga main sama orang ini. Sayangnya, waktu kemarin sidang dia gak dateng. Katanya sih gak enak ngajaknya wkkw. Maklum, Fahmi ini rada sibuk. Ditambah lagi, dia doang yang saat ini gak jomblo, jadi kira rada canggung gitu ngajaknya kwkwk. Maaf ya, Fahmi. Tapi mau gimana pun Fahmi tetep temen baik juga kok. Thanks fahmi.


Baru kemarin pas sidang mereka tiba-tiba dateng ke rumah. Seneng banget sih rasanya, cuma sayang masih belum lengkap. Mereka inilah temen-temen deket selama di MAN waktu kelas 10. Gak kerasa aku udah lulus dan beberapa dari mereka juga tahun depan akan menyusul.

Teruntuk kalian, terima kasih sudah menerima aku apa adanya sebagai teman kalian. Beruntung sekali bisa dipertemukan dengan kalian yang waktunya luang, suka berbagi, gak pelit, pokoknya apa adanya banget tapi tetep asik dan kompak. Thanks.

Semoga ke depannya kita semakin sukses. Persahabatan ini juga akan terus berlanjut sampai masing-masing pada nikah dan punya anak wkwkw. Biar nanti seru kumpulnya rame2 gituuu hahaha. Jangan lupain aku ya kawan-kawan. See you on top!


Hari ini akan menjadi salah satu sejarah dalam hidup, yaitu melaksanakan sidang tugas akhir melalui daring/online. Saya memulai hari ini dengan bangun pagi dan bershalawat di Jumat Berkah kali ini dan berdoa agar sidang hari ini dilancarkan.

Tidak pernah terpikir sekalipun bahwa sidang tahun ini akan dilaksanakan seperti ini; di tengah pandemi dan akhirnya harus sidang dari rumah tanpa bertatap muka langsung dengan penguji. Di bayangan saya saat itu, sidang akan berjalan seperti biasa; datang ke ruang sidang dengan pakaian rapi hitam putih, bertemu dan bersalaman langsung oleh dewan penguji, serta selesai sidang akan ditemui teman-teman dan kerabat yang turut memberi dukungan.


Sayangnya, hari ini tidak bisa terjadi seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Saya (dan teman-teman) harus sendirian menghadapi rasa deg-degan dan cemas ini. Tapi, semoga hal ini tidak menyurutkan semangat saya karena banyak juga yang mendukung dan mendoakan dari jauh melalui pesan langsung kepada saya.

Saya sedikit bersedih karena tidak bisa mengucapkan terima kasih secara langsung pada mereka, apalagi memeluk mereka yang senantiasa membersamai perjuangan saya. Tapi tak apa, sidang kali ini lucu, paket dan hadiah berdatangan dengan beragam orang dan tempat tinggalnya. Terima kasih, teman-teman.

Kali ini saya berkesempatan untuk sidang di hari kedua. Awalnya, saya memang sangat merencanakan diri untuk bisa sidang di awal-awal. Kenapa? Karena saya ingin semua urusan bisa terkendali, mandiri, selesai lebih cepat, dan saya ingin mengejar mimpi-mimpi saya yang lain setelah urusan sidang selesai.

Makanya tak heran mungkin teman-teman melihat saya sibuk sendirian di awal-awal. Bukan hanya karena tidak ada teman dengan pembimbing yang sama, tapi memang saya selalu menargetkan diri dan berusaha untuk mencapai target saya tersebut. Bisa dibilang sih ambis, tapi saya berusaha menempatkan ambis itu pada tempatnya. hehehe. 

Alhamdulillah, dengan begitu Allah memudahkan jalan saya. Pembimbing saya mudah dijumpai dan dihubungi, sehingga tidak menghambat proses saya dalam mengejar target itu. Hingga pada akhirnya impian saya tercapai, bisa sidang di hari kedua, yaitu hari ini.

Puji syukur kehadirat Allah, sidang berjalan dengan lancar. Kali ini saya dijumpai oleh Pak Fauzy dan Bu Maida sebagai dosen penguji saya. Pak Fauzy adalah dosen pembimbing akademik saya selama 3 tahun dan Bu Maida adalah pembimbing saya saat magang. MasyaAllah lega akhirnya sudah bisa melewati satu tahapan ini.

Dengan begitu, masih banyak tugas dunia yang perlu diurusi. Salah satunya revisi. Ya, semoga saja ke depannya bisa dimudahkan selalu, dalam mencari kerja, jodoh, dan menempuh kehidupan selanjutnya. Bismillah.

Saya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah mendukung. Terutama keluarga, saudara, guru, dosen, serta sahabat dan teman-teman semua yang sudah turut serta mendoakan. Apalagi, di hari Jumat kayak gini saya sangat bersyukur tiada henti atas semua keberkahan dan nikmat-Nya.

Semoga setelah ini kebahagiaan selalu menyertai kita semua, ya. Tugas satu selesai, bersiaplah menuju tugas-tugas dari Allah selanjutnya. Waktunya berkarya dan mengejar cita-cita yang sudah diimpikan hehe. Semoga langkah besar selanjutnya selalu dimudahkan.. aamiin

MasyaAllah alhamdulillah.. terima kasih semua.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates