Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Apakah ada sebuah rindu hadir pada dua insan yang raganya tak pernah bertemu?

Jika jawabannya ada, mungkin itu yang sedang aku rasakan malam ini. Ditemani oleh dinginnya malam, jeritan jangkrik bersautan, dan dengungan nyamuk yang tak kunjung hilang. 

Sesekali aku bertanya pada sang bulan, sedang apa kamu di sana? Apakah baik-baik saja? Atau justru sedang bertarung dengan dingin yang sama? 

Jika rindu sedang menyelimutiku seperti malam ini, sesekali kulirik tulisanmu di catatan yang kutemui. Entah mantra apa yang kau selipkan di sana, tetapi tiap kali kubaca, seperti ada rasa yang terbawa ke lubuk hati.

Aku tahu, aku tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah menjadi subjek dalam tulisanmu. Orang lain lah yang seringkali menjadi ide tulisanmu, yang kau abadikan namanya, ceritanya, perkataannya, dan segala kisah tentang kamu dan dirinya. Namun, sesekali aku berharap tulisan itu disuguhkan untukku dan bisa kucicipi setiap hari.

Tapi, semua itu hanya ilusi. Ia terbang di langit-langit menghitam bersama ribuan mimpi. Ya, takkan mungkin terjadi. Kita hanyalah teman yang baru mengenal beberapa hari.

Percakapan kita mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Pun dengan intensitas sapaan kita tidak berlangsung setiap hari. Kamu sibuk dengan kegiatanmu, dan aku sibuk berkegiatan juga di sini. 

Sesekali aku berdoa, 
Semoga Allah mempertemukan kita suatu hari nanti. 


"Bolehkah aku meminjam gitarmu?" tanya seseorang.
"Boleh aja," jawabku singkat, "tapi, ambil sendiri ya ke rumah," sambungku. 

Kemudian, dirinya mengiakan. Kebetulan, hari itu ada suatu tugas yang harus kami selesaikan di Bogor. Momen itulah yang ia gunakan untuk sekalian mengambil gitarku ke rumah. 

Entah ada apa dan bagaimana, ia tak berani datang ke rumahku. Katanya, ia malu jika harus bertemu dengan orang tuaku. Padahal, apa salahnya meminta izin pada mereka untuk meminjam gitar milik anaknya? Entahlah, jika tidak ada apa-apa, seharusnya sih biasa saja.

Seseorang itu hanya duduk di masjid dekat rumahku. Ia menunggu aku mengambilkan gitarnya, kemudian dia bergegas pergi karena hari sudah mulai gelap. Setelah gitar hitam itu ada padanya, ia segera memesan ojek online kemudian pergi menuju stasiun dan pulang ke rumahnya. 

Saat itu, gitarku memang jarang digunakan. Sebab, aku belum sempat belajar memainkannya karena menunggu kakakku yang sedang studi di Bali. Pasalnya, hanya dia yang bisa ku andalkan dalam bermain gitar. Meski adikku juga pandai memainkannya, tetapi ia jarang sekali menghabiskan waktu untuk bermusik, tidak sama seperti kakakku. 

Untuk itu, aku mengizinkan seseorang itu meminjam gitarku—daripada gitarnya tidak terpakai juga. Dia bilang, nanti juga akan dikembalikan secepatnya. Pikirku, tak ada salahnya juga untuk meminjamkan. Sebab, dirinya mengaku kesepian saat tak ada sesuatu yang bisa dia mainkan di waktu luang.

Hari demi hari terlewati, gitarku juga tak kunjung kembali. Aku coba mengontak salah satu temannya dan mencari tahu keberadaan gitar hitamku. Kagetnya, dia mengatakan hal yang tak terduga. Katanya, gitarnya justru terpatung di suatu ruangan dengan kondisi berdebu dan tak terurus. 

"Dia jarang banget mainin gitar lu deh kayaknya," tambah temannya itu.

Ya, hampir semua orang tahu bahwa dia punya waktu yang sangat sibuk. Tentu tak ada waktu lagi untuk main gitar di waktu senggang. Hidupnya dipenuhi dengan berbagai kegiatan yang katanya penting itu. Huft, kasihan sekali gitarku.

Jujur, hatiku sangat kecewa. Bukan apa-apa, seharusnya kalau saja gitar itu tidak terpakai, alangkah baiknya dia segera mengembalikan. Kalau belum ada waktu, mungkin alangkah baiknya gitarku itu diurus sebaik mungkin. Iya 'kan? Atau, kirim saja gitar itu melalui kurir. Gampangnya lagi, titipkan gitarku ke temannya agar bisa segera dikembalikan. Mudah kan sebenarnya? huft. Aku benar-benar menyesal telah meminjamkan gitarku untuknya. 

Sangat disayangkan, ketika seseorang fokus pada satu kepentingan yang katanya besar, tetapi beberapa hal kecil lainnya dilupakan. Padahal, bukankah sekecil-kecilnya kepentingan itu, tetap harus dipertanggungjawabkan? Aku kecewa sekali dengannya karena tidak bisa bertanggung jawab dengan hal-hal kecil, yaitu menjaga barang milik orang lain. 

Terakhir kali kutegur dan menagih gitarku, ia hanya menjawab salamku tanpa menanggapi pesan dan teguranku. Entahlah, apa mungkin dia terlalu sibuk sehingga tidak bisa menjawab pesan dengan baik?

Sampai detik ini, sudah hampir atau bahkan melebihi satu tahun, gitar itu belum juga kembali pada pemiliknya. Sebenarnya aku sudah berusaha mengikhlaskannya. Biarlah gitar itu berpindah tangan, aku tak apa. Tapi, yang sering menjadi pikiran adalah, ketika mama terus menanyakan "Sudah dibalikin belum gitarmu?"

Lantas, aku harus jawab apa?


Mencari kesibukan mungkin sudah menjadi hobiku belakangan. Apalagi, kondisi di tahun terakhir masa-masa kuliah berbeda daripada biasanya. Mulai Maret lalu, pandemi membuat segala aktivitas harus dilaksanakan dari rumah. Tentu, mencari kesibukan menjadi sulit bagiku saat harus adaptasi pada kondisi yang baru ini.

Namun, waktu itu aku segera melanjutkan tugas akhir sambil menunggu kesibukan lain. Sebenarnya aku takut sih, setelah sidang nantinya aku akan gak punya kerjaan dan 'gabut' aja gitu. Tapi, Alhamdulillahh, di sela-sela mengurus perkuliahan, aku diberikan kesempatan dan informasi mengenai pemilihan Brand Ambassador Inspira Pustaka 2020. 

Sebelumnya, aku memang pernah ikut event di Inspira Pustaka gitu, kegiatannya waktu itu nulis bareng dan lomba cerpen. Nah, dari situ ada grup alumni penulis Inspira Pustaka yang akhirnya di sanalah aku dapat informasi dengan adanya link pendaftaran. 

Awalnya aku gak tau itu apa, brand ambassador itu kerjanya apa, nantinya akan gimana dll. Tapi gak tau kenapa, karena aku memang tertarik sama kegiatan tulis menulis dan penerbitan, aku isi itu formulirnya. Di sana tertera apa saja yang aku ketahui mengenai kepenulisan, termasuk karya apa saja yang pernah aku hasilkan selama ini.

MasyaAllah, dengan ketidaksengajaan itu aku diterima dan lolos tahap satu! Dan ternyata, ada banyak tahap yang harus dilanjutkan sebelum aku menuju Bootcamp. Alhamdulillah, selama aku ngerjain tugas-tugas seleksi tuh gak pernah kepikiran dan berharap kayak "Semoga aku lolos", gak pernah! Aku cuma kayak ngikut aja gitu karena emang seneng ngerjain challenge-nya. Aku pun gak pernah nungguin hasilnya kapan dan seperti apa.

Dan tiap hari aku memang rutin cek email gitu kan. Alhamdulillah setiap ada pengumuman kayak gak nyangka aja gitu aku bisa lolos beberapa tahap itu. Mulai dari disuruh bikin artikel tentang kampung halaman, bikin puisi dan artikel tentang perjuangan, dan pokoknya tentang kepenulisan gitu. Pokonya aku ngerasa kayak ngerjain tugas kuliah aja gitu, seru, dan aku suka. 

Hari demi hari aku lewatin kayak biasa dan akhirnya pada 14 Agustus aku dikasih email kalau aku bisa bergabung di Bootcamp Inspira Pustaka ini. Alhamdulillah.. aku seneng banget! Meskipun secara online, tapi aku bahagia karena di sana pasti aku bakal dapat banyak kegiatan positif, ilmu baru, dan tentunya teman-teman baru yang bisa berproses bersama di sana.

Alhamdulillah, setelah aku bergabung di Bootcamp ternyata kami masih diseleksi lagi. Aku sih gak peduli bakal menang atau engga, yang jelas setiap ngerjain tugas aku selalu mencoba membuat sesuatu yang terbaik dan terpenting "menulis dari hati". Dan MasyaAllah, aku bener-bener suka banget sama serangkaian kegiatannya, walaupun online tapi seru banget.

Di sana kami juga dibentuk jadi beberapa tim gitu. Nah, di sanalah kita bisa mengenal teman-teman tim. Jadi, tugas-tugas di Bootcamp juga ada yang individu dan gitu, Alhamdulillahh semuanya berjalan lancar. Paling berkesan uh waktu ada tugas nulis biografi gitu. Cerita dikit ya.....hehehe.

Jadi, sebelumnya kan setiap minggu itu ada evaluasi gitu, biasanya lewat gform. Nah, di tugas sebelumnya aku kasih saran gitu ke panitia buat ngadain challenge biografi, dengan syarat biografi tersebut isinya tentang teman-teman Inspira Pustaka. Dengan begitu, meskipun beda grup, masing-masing peserta pasti akan berusaha wawancara, berbincang, bercerita, berbagi, dan saling mengenal biar makin akrab gitu untuk bahan menulis biografinya. Dan MasyaAllah, minggu berikutnya memang ada materi tentang biografi dan challengenya itu! Aku seneng banget. 

Nah, di situ aku dapat banyak kesempatan nih untuk kenalan sama peserta lain. Ada juga yang mulai chat aku lebih dulu, begitupun aku yang beberapa ngechat mereka gitu. MasyaAllah aku seneng banget sih, di sana aku jadi kenal mereka dan ternyata orang-orang hebat itu sudah jauh melangkah daripada aku. Wkwkkw. Aku jadi malu sendiri. Dari berbagai daerah aku kenalan, ada yang dari Jogja, Tangerang, Bekasi, Lampung, Bengkulu, Aceh, aaahh pokoknya banyak! Ada yang sudah menerbitkan beberapa buku, ada yang memang sudah terkenal di daerahnya, ada yang jago baca puisi, ada yang benar-benar baru terjun di dunia kepenulisan, pokoknya beragam banget cerita dari mereka. 

Sampai sekarang, Bootcamp masih berlanjut. Dan Alhamdulillahh, beberapa kali aku mendapat apresiasi karena masuk ke-10 besar di beberapa tugas setiap minggunya. Gak nyangka sih, padahal aku gak berharap setinggi itu. Udah bisa bergabung di sini aja aku udah seneng banget. Hihihi. Tapi, semuanya pasti kehendak Allah. Aku bersyukur banget dan berterima kasih kepada Allah SWT yang sudah kasih aku kesempatan ini. Pasti bermanfaat banget ini semua buat aku, Alhamdulillahh.

Buat teman-teman Inspira Pustaka, semangat selalu, ya. Kalian benar-benar orang hebat yang pernah aku temuin. Semangat selalu untuk kegiatan satu tahun ke depan! Kita jalanin program kita ini setahun lagi. Semoga kita bisa terus meningkat literasi bangsa dan mengedukasi melalui kegiatan yang akan kita jalanin nantinya. Terima kasih sudah menerima penulis pemula seperti aku. Hehehhe.


Tidak mudah menjadi angkatan yang lulus di tahun 2020. Banyak sekali hal yang terjadi di luar dugaan kami, para calon wisudawan. Belum lagi, mungkin ada banyak hal yang sudah diharapkan jauh-jauh hari dan rintangan yang harus dilewati sejak awal. 

Memilih Diploma, misalnya. Awalnya berat untukku menembus restu orang tua yang lebih mengharapkan anaknya menjadi sarjana, bukan sekadar diploma. Ketiga saudara sedarah pun meniti pendidikannya dengan jurusan yang sesuai dengan mereka dan kampus-kampus terbaik di Indonesia. Sementara, aku mengambil kuliah saja mengandalkan keberanian diri untuk mengambil sesuatu yang bukan pilihanku.

Sampai akhirnya restu itu dalam genggaman. Orang tua menerimanya meski entahlah ada rasa kecewa atau bagaimana. Namun, setiap ada tugas liputan siang malam dll, aku melihat mereka begitu peduli dan khawatir saat anak perempuannya ini harus berlelah-lelah di jalanan. MasyaAllah Alhamdulillah, perlahan jurnalistik ini bisa aku hadapi dengan baik.

Aku berusaha sekuat tenaga agar bisa membanggakan—dengan cara apapun itu. Ternyata, memilih jalan berbeda dari ketiga saudaraku yang lain menjadi beban tersendiri untukku, sih. Sebab, dengan waktu 3 tahun yang aku punya, aku harus bisa menorehkan prestasi lewat apapun itu. Pikiranku hanya itu, belajar sebanyak-banyaknya demi membanggakan orangtua.

Aku mencoba semangat lagi dari pemikiran negatif itu. Mencoba mengambil kesempatan di setiap kondisi, pun dengan menghadapi pandemi yang ternyata mengubah kehidupan akhirku di kuliah, termasuk salah satunya prosesi kelulusanku.

Harapku, orang tua akan bangga saat nanti aku bisa mengenakan toga di hari wisuda. Berfoto bersama mereka, sambil berdiri di pelataran dengan momen yang mengharukan. Menyaksikan anaknya sudah selesai dengan segala hiruk-pikuk perkuliahan.

Lagi-lagi, rencana Allah lebih baik. Wisuda hanya bisa dilaksanakan secara daring. Ada kekecewaan dalam diri ketika tak bisa membawa langsung orang tua ke acara seremonial yang langka itu. Aku juga bisa melihatnya saat beberapa hari lalu aku sempat memutuskan untuk tidak wisuda karena suatu pekerjaan.

Ya, papa tampak kecewa. Tapi, Allah lebih baik dan lebih paham mana yang harus aku prioritaskan. Kuyakin ini adalah takdir terbaik untuk kita semua. Meski harus dilakukan secata daring, tetapi kita harus tetap bersyukur dengan kondisi yang ada. Alhamdulillah... 

Terima kasih semuanya, aku persembahkan kelulusanku untuk kedua orang tuaku. Terima kasih teman-teman sudah membersamai. Semoga saja habis ini akan ada kesempatan untukku membuat hal menakjubkan dalam berkarier. Aamiin.


Sejak beberapa minggu belakangan ini, aku menghabiskan waktu di rumah hanya untuk istirahat dan menikmati waktu luang. Alih-alih istirahat, aku jadi terlalu banyak mengikat diri pada rumah dan enggan keluar. Setelah itu, beberapa belakangan ini aku mulai bosan.

Tubuhku seakan berontak ingin keluar. Rasanya, mungkin terlalu banyak berdiam diri di rumah. Sehingga, kesehatan mulai terganggu karena terlalu dibuat nyaman. 

Sampai suatu ketika, aku mendapat telepon dari seseorang. Katanya, beliau sedang membutuhkan orang-orang yang mau belajar dalam penulisan naskah skenario. Sejujurnya, aku benar-benar tak punya pengalaman akan hal itu. Akan tetapi, aku selalu membuka diri untuk belajar. Lalu, aku mengiakan—berhubung sudah lama juga tidak keluar dan beraktivitas, rasanya aku perlu mengembangkan diri dengan hal yang positif. Dan aku disuruh mencari partner dalam bekerja nanti. 

Dari 16 orang dibutuhkan, aku dan kedua temanku menjadi salah tiganya. Kemudian, kami rapat, koordinasi, dll. Sampai suatu ketika, apa yang sudah kami pikirkan sebelumnya berubah dan harus memutar otak lebih jauh lagi. Ya, kami disuguhkan dengan kondisi yang berbeda. Salah satunya, kami kelebihan orang dari yang sudah dibayangkan.

Alhasil, akan ada orang yang harus mengikhlaskan. Namun, berat rasanya menghilangkan satu kesempatan yang kurasa tak mungkin lagi datang untuk kedua kalinya. Namun, suatu ketika, aku disalahkan. Seseorang berkata, ini semua terjadi karena aku. Pasalnya, seharusnya aku hanya memilih satu partner kerja saja, bukan dua, yang menyebabkan kami semua bingung karena kelebihan orang seperti itu.

Padahal, aku hanya menuruti permintaan si pengajak. Aku pun tak pernah mengalahkan siapapun. Sebab, semua kondisi yang rumit selama dua hari ini terjadi atas kehendak-Nya. Yang tentu, kita sendiri gak bisa menerka-nerka siapa yang salah dan siapa yang harus disalahkan.

Lantas, hal itu sebenarnya bukan salah siapa-siapa. Semua memang terkesan mendadak, dan aku memaklumi itu. Pernyataan itu pun terlontar dari seseorang yang kurasa baik hati. Usia yang lebih muda membuat pandanganku baik-baik saja mulanya. Tapi sayang, saat kalimat menyalahkanku itu keluar dari mulutnya, hatiku tersayat-sayat. Ternyata miris, mendengar orang hebat berbicara tanpa dipikir seperti itu. Ya, aku kecewa, aku sakit hati ketika dia menyalahkan aku. Nadanya yang meninggi itu seakan-akan benar dan ingin menjatuhkanku. Subhanallah, Alhamdulillahh, bersyukur aja ditunjukkin sifat aslinya sama Allah.

Dari situ aku belajar, bahwa tak selama orang hebat itu terlihat hebat, apalagi kalau sudah menyangkut tentang perlakuannya kepada orang lain. Menurutku, tak ada yang jauh lebih penting selain mengedepankan akhlak dan adab. Tentu, sehebat apapun orangnya, jika tidak dibarengi dengan akhlak yang baik, penampilannya tak lagi sehebat kemampuannya. Ya, sangat disayangkan bisa bertemu orang seperti itu.

Dalam hati, aku benar-benar kecewa. Aku terus beristighfar kepada Allah, berdoa, dan mengadu semua kepada-Nya. Kemudian, aku mundu dari proyek ini. Meski dihantui rasa bersalah kepada seseorang yang menawarkan ini, tapi aku benar-benar tak masalah. Aku lebih memilih untuk mundur karena banyak orang-orang yang mungkin 'lebih' menginginkan proyek itu daripada aku. Aku juga tak ingin bekerja dengan hati gelisah dan diiming-imingi uang yang jumlahnya besar. Hal itu bukan sama sekali fokusku dalam bekerja.

Yang terpenting, aku harus bisa menikmati pekerjaannya. Kalau saja ini bukan kesempatan untukku, mungkin memang belum waktunya saja. Aku yakin, suatu saat nanti Allah akan kasih segala sesuatu yang terbaik untuk kita yang selalu bersabar, bekerja keras, ikhlas, dan mengedepankan akhlak dalam hablumminannas. 

Selamat bekerja kawan-kawan. Mungkin Allah lebih ingin aku wisuda daripada harus bekerja di saat kondisi tubuh masih belum sehat ini. Ya, ambil hal-hal baiknya saja dan Alhamdulillahh aku bisa mengikhlaskannya. Semoga begitu juga ya untuk kalian. Jangan patah semangat, sehat dan bahagia selalu!❤️
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates