Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Pandangan ini ditulis oleh seorang perempuan yang justru belum menikah. Ia ingin membagikan pandangannya perihal pernikahan yang selama ini ia lihat di depan matanya. Meski belum pernah merasakan bagaimana perjalanannya, perempuan ini seorang pemerhati yang baik. Sehingga, ia selalu merasa haus akan ilmu tentang pernikahan yang ingin ia pelajari.

Pernikahan adalah ibadah yang panjang. Itu artinya, tidak ada kata henti dalam belajar mengenai pernikahan. Tentu ada banyak bekal yang perlu disiapkan sebelum mendaki gunung, ada banyak alat dan bahan yang perlu kita beli jika belum memilikinya, dan ada banyak strategi yang harus kita kuasai sebelum menapaki tempat yang belum pernah dikunjungi.

Begitu juga pernikahan, rasanya tidak ada kata habis untuk itu. Beberapa kali aku bertanya kepada orang terdekat perihal apa saja yang telah mereka pikirkan tentang ini. 

Macam-macam:

Ada yang cukup yakin karena telah berguru pada banyak sumber, ada yang justru ketakutan karena belum memikirkan sejauh itu, ada yang justru kebingungan harus memulai semuanya dari mana. Sampai pada akhirnya, mereka balik bertanya, "Memangnya apa yang harus dipersiapkan?"

Sejujurnya, aku juga tidak tahu betul. Tentu persiapan setiap orang menuju pernikahan tidak bisa disamaratakan. Setiap orang punya perjalanan masing-masing yang mungkin takkan terulang. Tapi, yang aku yakini di sini adalah, menikah itu adalah belajar—menjadi diri lebih baik lagi, mengeksplor keahlian lain dalam berperan, mengasah kemampuan yang ada, dan belajar menerima seseorang untuk melengkapinya (dan keluarganya).

Kalau kata kakakku bilang, "Berani menikah berarti harus berani punya keturunan." Ya, itulah. Mental adalah salah satu hal yang perlu disiapkan. Sebagai perempuan, ketika sudah diijab qabul oleh pasangannya, tentu perannya akan mengganda, yaitu menjadi seorang istri. Tentu ada tanggung jawab dan tugas baru dalam kehidupannya, salah satunya melayani suami.

Dengan begitu, perempuan harus rela mengorbankan waktunya untuk bangun lebih pagi, menyiapkan mental untuk mengandung, menghadapi mual-mualnya kehamilan di usia muda, menyiapkan sarapan untuk suaminya, dan segala hal-hal kecil yang tentunya harus kita persiapkan pula.

"Kamu nulis tentang ini karena sudah mau menikah?"

Jawabannya, enggak! wkwk. Aku bahkan sedang tidak dalam keadaan taaruf, dekat dengan seseorang, pacaran, atau punya seseorang spesial. Ya, aku sedang jomlo saja. hihi. cuma mau berbagi pandangan tentang pernikahan, yang ternyata masih banyak orang-orang belum concern ke arah sana. 

Tapi, aku teringat tentang pandangan seorang teman dekat yang mengatakan, "Meskipun belum tahu siapa jodohnya dan akan nikah kapan, belajar dari sekarang gak ada salahnya, 'kan?"

Betul, aku sependapat dengannya. Memang mempersiapkan segalanya harus sedini mungkin. Melihat kisah-kisah pernikahan yang gagal seharusnya bukan membuat kita takut, melainkan menjadi semangat untuk belajar agar tidak seperti itu.

Kisah-kisah manis dari sebuah pernikahan juga bisa dijadikan motivasi bahwa setiap orang akan ada masanya memiliki pasangan, merajut kebahagiaan bersama, berbagi suka dan duka, bergandengan tangan sampai maut memisahkan. Tentu hal itu patut kita harapkan bukan?

Jadi, menurutku tidak ada salahnya kita belajar, kok. Aku juga beberapa kali ikut kajian pernikahan, baca-baca ilmu yang berkaitan, memperhatikan hubungan seseorang untuk dipelajari, mengambil hikmah dari setiap hal yang terjadi. Itu sebuah kesempatan dan hal lumrah yang bisa kita dapatkan.

Gak usah malu belajar ginian. Ini bukan hal tabu yang memalukan. Ini kebaikan, apalagi kalau kita tanamkan sejak dini bahwa ada hal luar biasa di balik ibadah pernikahan. Tentu ibadah panjang itu akan berkah bila dilakukan dengan ilmu dan persiapan yang matang, bukan?

Semangat semua, yang jomlo kayak aku semoga segera dipertemukan jodohnya, ya. Hehehe. Aku nulis malam minggu tentang ini rasanya relate aja, setelah membolak-balikka beranda medsos yang dipenuhi oleh status kondangan di malam minggu dengan tanggal spesial.

Selamat 12.12.

Semoga kita bahagia selalu, sehat terus, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.



Saat ini,

tidak semudah itu memutuskan untuk jatuh cinta

Meski sesekali perasaan rindu itu merasuk ke dalam jiwa

Entah rindu itu ditujukan kepada siapa,

Sebab, sebenarnya tak ada seseorang pun yang sedang bertahta


Mungkin sesekali memori itu terulang kembali

Teringat lagi tentang beberapa waktu yang sempat kita lalui sejak awal pandemi

Jujur, aku merasa kita belum pernah sedekat itu sebelumnya

Tapi pandemi yang membuat kita saling berbagi saat itu


Mungkin kita ditakdirkan hanya untuk saling menyapa

Menemani kesendirian kita masing-masing, tetapi bukan untuk saling melengkapi

Mungkin aku yang terlalu perasa saat melihat tingkah baikmu padaku

Padahal bisa saja kau lakukan hal sama kepada orang selain aku


Payahnya, perempuan memang lembut hatinya

Dan aku belum sekuat itu dalam menghadapinya

Maaf, karena aku telah menaruh rasa

Meski kutahu, sepertinya tak ada balasan atas ini semua


Sejak saat itu, kamu membuat sebuah alasan

Dan secara perlahan, kamu seakan menghindari aku

Aku tahu betul dirimu seakan kecewa padaku

Ketika aku dan kamu belum sempat bertatap muka


Biarlah, aku tahu mungkin bukan waktu yang tepat untuk memutuskan jatuh cinta

Pun dengan orangnya, kamu bukan yang tepat untukku

Entah untuk saat ini atau memang bukan untukku


Yang jelas, memang tak semudah itu memutuskan kembali untuk melabuhkan hati

Setelah banyak kecewa yang terlewati

Setelah banyak rintangan yang dihadapi

Biarlah waktu dan orang terbaik yang menghampiri



Nak, izinkan ibu menuliskan surat terbuka untukmu, yang kelak akan lahir dari rahim ibumu yang tidak sempurna ini. 

Hari ini, aku sedang proses memulihkan energi setelah 3 hari kemarin menjalani satu tugas yang cukup berat, Nak. Kondisi tubuhku sedang down, bahkan beberapa kali rasanya ingin muntah. Tapi aku harus kuat, Nak, sebab aku ingin anakku lahir dari ibu yang tegar dan kuat, agar dirimu bisa lebih kuat daripada aku, hehe. 

Jadi, ceritanya selama tiga hari kemarin aku diamanahkan untuk turut andil dalam pembuatan video bahan ajar dari Dirjen Diksi. Bagiku, amanah ini sangatlah besar. Terlebih, ada keraguan dalam diri ini yang rasanya tak percaya diri untuk melakukannya.

Namun, di sisi lain, aku tidak bisa menolaknya. Aku percaya bahwa seberat apapun sesuatu yang Allah berikan, itu artinya Dia percaya bahwa diriku kuat dan mampu melewatinya. Mungkin aku saja yang terlalu tidak percaya diri, sehingga banyak ketakutan yang luar biasa sebelum menjalani semua ini.

Dalam proses pembuatan video ini, sebenarnya banyak hal yang menghambat perjalananku. Kamu tahu, Nak, di antara 3 teman satu tim yang lain, hanya aku yang rumahnya jauh dari lokasi syuting. Hari pertama, aku harus berangkat pagi buta untuk sampai di lokasi pukul 8. Setelahnya, aku pulang ke rumah pukul 22.30. Betapa lelahnya aku hari itu, Nak. Pagi berikutnya aku juga harus berangkat lebih pagi dan memilih untuk menginap bersama timku di lokasi syuting, demi menghindari pulang yang akan larut malam lagi. 

Di hari terakhir, ternyata lebih berat, Nak. Aku ini alergi dingin, selain akan timbulnya bercak merah-merah di kulit, batuk-batuk juga seringkali mengganggu ketika alergi sedang muncul. Bekerja 3 hari nonstop di bawah dinginnya AC membuatku bekerja tidak maksimal. Keadaanku tidak fit, sayang. Benar-benar saat itu aku ingin mengeluh, tapi entah kepada siapa. 

Semuanya terlihat baik-baik saja, tetapi diriku benar-benar merasa tidak baik. Bahkan selama syuting berlangsung, aku lebih banyak diam dan mengambil pekerjaan-pekerjaan ringan daripada teman-teman. Selain karena kondisi tubuh, aku juga tidak terlalu mahir dalam memainkan kamera. Sehingga, aku merasa tidak enak dengan teman-teman yang usahanya sungguh luar biasa itu, Nak. Sementara aku cuma banti ala kadarnya. Malu sebenarnya, huhu.

Tapi, tahukah kamu, selama 3 hari lalu, ibumu ini sungguh mendapat banyak kebaikan di balik semuanya. Aku sadar bahwa Allah memberikan kesempatan padaku untuk belajar hal baru tentang videografi. Aku juga sadar bahwa Dia mengizinkanku untuk berjuang, mencari kolega baru dan pengalaman luar biasa bersama orang-orang profesional. MasyaAllah. Aku, tim, dan rekan-rekan lainnya juga diberikan dana insentif yang mungkin di luar perkiraan kami.

Nak, kalau suatu saat nanti kamu merasakan hal yang sama seperti aku, ingatlah ceritaku ini. Bulatkan niatmu, jangan pernah takut mencoba, dan jangan pernah mengharap "imbalan" lebih dari apapun, selain mendapatkan rasa ikhlas dalam bekerja yang harus kamu tujukan kepada Allah SWT, ya. Sebab, jika kita mengandalkan Allah dalam setiap langkah, akan ada hasil yang baik dari sebuah perjuangan, Nak. 

Aku bahkan tidak pernah berharap bayaran yang besar untuk hal ini, diberikan kesempatan seperti ini saja sudah Alhamdulillah. Dan MasyaAllah nya ya, Sayang, aku bisa pulang membawa uang. Dan aku melihat betapa bahagianya kedua orang tuaku melihat aku membawa hasil dari perjuanganku."Nah, gini bagus, belajar cari uang sendiri," ucap Papaku malam itu, saat perjalanan menuju rumah. 

Ya, Allah kasih hasil yang luar biasa sekali. Senyum dari orang tua yang menyambut anaknya kembali dengan kabar bahagia tentu lebih dari segalanya, Nak. Aku juga senang ketika mereka bahagia, aku semakin bersemangat bisa melanjutkan perjuangan lainnya demi melihat bahagia dari cahaya mata keduanya. 

Nak, jika suatu saat nanti kamu tumbuh besar, aku selalu berharap bisa menjadi saksi dalam perjuanganmu menuju sukses. Inilah perjuangan hidup, Nak. Banyak hal yang tak terduga terjadi begitu saja. Ada yang baik dan terang-terangan datang padamu, adapula kebaikan yang tersembunyi di balik keragu-raguan. Intinya, semua pasti ada kebaikannya, Nak, dan kamu akan menemukannya di balik rintangan yang akan kamu hadapi. Mungkin pada zamanmu nanti rintangannya akan lebih berat dari yang aku rasakan ini. Tentu, kamu perlu keimanan yang kuat agar bisa terus menyandarkan diri kepada Allah, ya. 

Mungkin sekian saja cerita perjuanganku mencari sesuap nasi di masa pandemi ini. Semoga bisa menjadi penyemangatmu, ya.


"Kak, lagi sibuk sesuatu gak?" 

Pertanyaan itu tidak seketika aku jawab. Sebenarnya, pesan yang masuk pada tiga hari lalu itu rasanya tidak datang di waktu yang tepat. Sebab, sebenarnya aku memang sedang disibukkan dengan lain hal. Tentu aku sedikit hati-hati dalam menjawab pertanyaannya. 

"Kenapa?" tanyaku, seraya memastikan dulu apa yang hendak seseorang itu sampaikan.  

"Jadi begini, Kak, aku mau ajak kakak ikutan workshop gitu. Kira-kira bisa gak, ya?" imbuhnya. 

Sontak mataku bergelimang cahaya—yang sudah berbinar ini semakin bersinar. Sudah lama sekali tidak berkecimpung ke dunia lokakarya yang biasa aku ikuti. Tawaran yang telah lalu pun (di ceritaku sebelumnya) belum menjadi rezekiku saat itu. Lantas, apakah ini kesempatan kedua dari-Nya?

Namun, aku sedang mengerjakan tugas lain. Mana mungkin di pertengahan lokakarya aku sibuk memainkan pentool di Adobe Illustrationku, sambil membuka WhatsApp dan membanti pekerjaan desain dari dosenku. Ah, rasanya sulit. Apakah aku harus menolaknya? Bimbang saat itu menyelimuti pikiranku. 

Kalau ada yang bertanya. "Mengapa kamu suka ikut lokakarya? Bukannya suntuk, capai, lelah, ngantuk?" 

Ya, identiknya begitu. Sangat manusiawi kalau di tengah jalannya lokakarya merasa hal sedemikian campur aduk. Tetapi, jawaban sejati adalah sebab di lokakarya lah kita bisa belajar banyak hal dengan cuma-cuma dan kita tidak bisa menemukannya di dalam kelas belajar. Yes! Lokakarya adalah wadah untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. 

Apalagi, seseorang itu menawarkanku lokakarya mengenai ilmu yang ingin aku pelajari, tak jauh-jauh dari kepenulisan dan dunia komunikasi. Tak pernah ada rasa cukup bagiku dalam menuntut ilmu, itulah mengapa rasanya tak ada lelah bagiku untuk ikut banyak acara, ikut lokaksrya, berkontribusi sana-sini, entah jadi peserta atau jadi panitia. Dua hal yang memang berbeda, tetapi mendapatkan paket yang serupa. 

Alhasil, aku tak mampu menolak tawarannya. Aku meminta izin pada dosenku untuk absen terlebih dahulu selama tiga hari lamanya. Qadarullah, dosen pengertian dan baik hati itu membolehkanku. Sungguh Allah memudahkan jalanku untuk bisa mendulang banyak hal dalam satu waktu.

MasyaAllah, Alhamdulillahh. Satu kesempatan baru yang aku dalami di 3 hari ini. Meskipun, ternyata aku harus sendirian di kamar hotel. Sebab, beberapa rekan lainnya ternyata laki-laki, dan aku harus sendirian selama menginap dan menjalani lokakarya itu—ya, kecuali saat sedang kumpul materi. Hehehe..

Bayangan aneh-aneh sempat terpikirkan olehku karena aku harus sendirian di kamar hotel. Ya, tetapi aku tidak bisa membiarkannya merusak pikiran positifku. Alhamdulillah, aku bisa menjalaninya meski harus sendirian. Begitulah, memang terkadang hidup itu tidak melulu bergantung pada orang lain, ada kalanya kita harus belajar sendirian di kondisi tertentu. Dan MasyaAllah, meski belum pernah seperti ini sebelumnya, aku merasa bangga dan bahagia ketika aku mampu melewatinya. Itu semua bukan karena apapun selain Allah SWT. 

Selama sendirian di kamar, rasanya sangat nyaman untuk terus bermuhasabah. Nyaman......sekali. Menikmati dinginnya malam sendirian, mematap mentari terbit dari jendela, melihat perkotaan Bogor yang terhampar dari kamar lantai tujuh. Di sanalah saksi bisu berasal, menyaksikan tangis bahagia, rindu, dan duka bercampur aduk di sana. 

Sepertinya, sesekali harus dilakukan lagi; mencari tempat nyaman, menikmati waktu sendirian, menjelajahi hati, jiwa, dan pikiran, serta banyak-banyak beribadah dan menyamankan rohani dan kepribadian. Bener-bener menyenangkan ternyata bisa merada sedekat itu sama Allah. Alhamdulillah. 

Salah satu hal yang tidak pernah terlepas dari setiap doaku adalah, "YaAllah, lancarkanlah hamba dalam segala urusan apapun, kuatkanlah hamba, dekatkan hamba selalu kepada-Mu, dan terima kasih atas segala hal yang sudah Engkau berikan kepadaku."

Meski tiap hari terucap doa yang sama, rasanya masih tak cukup. Kebaikan tak terduga selalu saja ada dalam hidup seorang Aca. Mungkin padamu juga. Jadi, jangan lupa bersyukur. Sebab, bersyukur saja sebenarnya tidak cukup, kita harus terus meningkatkan ibadah kita kepada Allah, demi membuat-Nya bahagia, sehingga DIA bisa memberikan kita banyak lagi tentang kebahagiaan. 

Semangat! 

Setelah lulus kuliah, belum ada pekerjaan tetap yang perlu aku kerjakan. Sebab, aku pun masih harus menunggu ijazah sebelum melamar pekerjaan ke sana-kemari. Awalnya aku takut bakal nganggur dan gak tau harus nunggu berapa lama di rumah. Sementara, pandemi bikin aku gak bisa ke mana-mana dengan seenaknya.

Awalnya, aku ditawari sebuah project oleh dosenku. Namun, sayangnya ada masalah ini yang bikin aku harus mundur. Aku sih ga kecewa, biasa aja. Karena menurutku yang namanya rezeki gak bakalan ke mana. Mungkin emang saat itu bukan rezeki aku buat belajar di sana.

Tanpa diduga, dosenku itu mengajakku lagi. Katanya, untuk kelanjutan project-nya perlu beberapa orang lagi. Alhasil, aku disuruh ikutan dan ajak beberapa orang lagi untuk melengkapi tim. Sayangnya, sebenarnya pekerjaan ini di luar kemampuanku.

Jadi, awalnya tuh disuruh buat skrip video, kukira hal itu bisa jadi bahan belajarku untuk membuat naskah skrip--yang belum pernah aku pelajari. Nah, tetapi aku gagal untuk ikut pelatihan di awal. Sementara, aku kebagian syuting video dan editing-nya. Haduh.

Awalnya sih aku ragu, karena aku benar-benar awal di dunia videografi. Ya, sedikit-sedikit bisa sih, cuma dasar-dasarnya aja. Tetapi kalau untuk bikin video bahan ajar yang formal, belajar lighting, shoot kamera, audio, dll, aku gak pernah belajar sampai segitunya.

Tapi, aku mikir lagi sih. Mungkin ini kesempatan aku belajar langsung di lapangan. Ya, aku udah punya basic-nya dan sekarang Allah kasih ladangnya untuk belajar. Mahabesar Allah dengan segala ketetapan-Nya. Di satu sisi aku juga ragu tapi aku selalu ingat pemikiran aku yang ini. Pasti Allah kasih aku kebaikan di project ini--salah satunya buat aku belajar videografi--sebelum mungkin Allah kasih pekerjaan di luar sana.

Nah, sebelum syuting berlangsung, kami dijeda dulu seminggu untuk mempersiapkan alat dan bahan video. Ya Alhamdulillah lah gak kaget banget untuk langsung terjun lapangan. Tetapi, tiada diduga lagi, ada dosen lain yang menghubungiku untuk minta bantuan lain. Apa itu?

Jadi, dia minta tolong aku buat bantu pekerjaan desainnya. Ya, Desain! Padahal, aku tahu betul kemampuan desainku sangat cetek. Terlalu prematur bagiku untuk bantu pekerjaan desain orang lain. Tapi, lagi-lagi aku berpikir. "Apalagi nih kebaikan yang  Allah kasih?"

Terus, aku berusaha berpikir. Allah gak mungkin salah menaruh amanah. Iya 'kan? Kemudian, aku mengiakan tawaran dosen tersebut. Dan qadarullah, aku membantu dosen itu sekarang dalam membantunya membuat thumbnail youtube untuk sebuah acara besar.

Aku bener-bener gak ada pengalaman desain sama sekali. Bahkan, aku jarang mengulang materi desain waktu kuliah dan aku desain selama ini cuma sesuka hati aja. Tapi sekarang, Allah kasih aku kesempatan untuk mengulang itu dan langsung diterapkan di pekerjaan orang lain. Masya Allah.

Tak hanya itu, break syuting video pun bukan berarti leha-leha. Aku dan timku harus menyiapkan breakdown-nya terlebih dahulu. Dan..... aku bener-bener gak pernah bikin break down video! Lagi-lagi aku awam tentang ini. Dan gak tau kenapa aku mau aja ngambil pekerjaan ini dengan 'enteng'nya.

Gak tau ya, aku sebenarnya gak merasa mampu di bidang-bidang ini. Tapi, ketika aku mengingat kebaikan-kebaikan Allah selama ini, aku jadi semangat lagi. Aku yakin dari setiap hal yang DIA kasih ke aku pasti ada kebaikannya. Dan aku jadi nyaman setiap mau ngelakuin sesuatu atau mengambil keputusan. Sambil nunggu dan penasaran tentang kebaikan apalagi yang bakal Allah kasih ke aku.

Aku bersyukur aja karena Allah begitu baiknya sama aku yang masih suka lalai ini. Kadang suka ngerasa malu sama diri sendiri yang ibadahnya aja masih dikit, tapi Allah kasih kebaikan ke aku banyak banget.

Hal ini jadi tamparan tersendiri buat aku biar bisa beribadah lebih baik lagi. Selain itu, aku juga jadi banyak belajar dari setiap hal yang aku rasa tidak mampu. Terkadang kita bukannya gak mampu, hanya saja kita kurang percaya diri sama kemampuan kita. 

Yap! Aku merasakan itu. Semoga kedua project ini berjalan lancar. Siapa tahu aja di dunia kerja nanti aku jadi bisa banyak hal hehe. Bismillah. Semangat, Ca!

Semangat juga untuk kalian yang sedang berproses. Jangan samain proses kamu sama aku, ya. Aku yakin kamu juga hebat dengan caramu sendiri. Semoga aja kita bisa mendapatkan keberkahan dari Allah dari setiap langkah yang kita ambil. Aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates