Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Dalam hidup seumur 21 tahun, mungkin ada banyak teman bernama Ayu yang aku temui, dan beberapa di antaranya menjadi teman dekatku hingga saat ini. Tentu ada rasa syukur yang selalu aku haturkan kepada Allah SWT atas sahabat baik yang telah diberikan-Nya kepadaku.

Salah satunya ketika Allah memberikan seorang sahabat di masa MAN, yaitu Rahayu Bulan Suci. Seorang perempuan yang "ayu" dan aku tahu betul hatinya seperti apa. Banyak kisah yang sudah aku lalui bersama Ayu, mungkin sebelumnya aku sudah pernah menuliskannya di postingan yang bisa kamu klik ini.

Yu, hari ini adalah hari ulang tahunmu. Jujur, aku selalu lupa kapan tanggal tepatnya kamu berulang tahun. Sebab, ada banyak sekali orang-orang di sekitarku yang juga lahir di bulan Januari. Hahaha, maaf, ya. Untuk itu, mumpung inget, izinkan aku menuliskan sesuatu untukmu.

Ayu, aku tahu betul perjalanan kita memang gak mudah. Bahkan, puncak kedekatan kita saat itu disatukan oleh kejadian yang tidak kita harapkan. Tapi, ternyata dari situlah kita benar-benar saling memberi hati, 'kan? Sejak saat itu kita benar-benar berusaha saling mengerti, saling bangkit, saling belajar menjadi lebih baik lagi.

Yu, ada banyak hal yang mungkin pernah kita bicarakan, salah satunya mungkin tentang insecurity kita masing-masing. Aku kadang gak habis pikir ternyata orang kayak kamu juga masih sempat-sempatnya insekyur. Padahal kamu itu paket lengkap, Yu! Cantik, baik, pintar, dan insyaAllah sholehah, ya, Yu. hehe. (jangan terbang ya, yu wkwk)

Tapi gapapa yu, namanya juga manusia, pasti masih ngerasa kurang dan gak puassama diri kita sendiri. Untuk itu, kalau kamu lagi ada di situasi kayak gitu, kamu bisa jadikan itu sebagai motivasi. Kita berhak mengejar ketertinggalan kita, kok. Hidup memang tentang untuk belajar, Yu, jadi gak usah ngerasa kurang dan tertinggal. Ayo kita belajar terus untuk memperbaiki diri!

Yu, mungkin akan banyak hal yang kamu hadapi ke depannya. Entah itu tentang kuliah, keluarga, pertemanan, karier, bahkan percintaan. Di usia 22 ini, mungkin sudah saatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi itu semua. Kita udah cukup dewasa ternyata, Yu. Hahaha, gak nyangka ya!

Ayu, aku yakin kamu orang yang kuat dan hebat. Aku mau ucapin terima kasih karena udah selalu ajak aku ke arah kebaikan, bahkan kalau sedang futur kamu selalu ingetin aku. Makasih juga udah sering jadi tempat curhat yang gak peduli tentang kekurangan aku. Makasih udah mau jadi sahabat aku selama ini, ya, Yu.

Yu, aku minta maaf kalau selama ini belum jadi sahabat yang baik untuk kamu. Bahkan, mungkin aku gak selalu ada di setiap momen bahagia atau saat kamu sedih. Tapi, percayalah, Yu, aku selalu menitipkan namamu ke Allah untuk terus dijaga. Kamu baik yu, jadi kamu berhak berada terus dalam lingkaran kebaikan. 

Di hari ulang tahunmu ini, aku tak ingin banyak merayakan, aku hanya mengucapkan selamat berkurang umur. Dengan diinjaknya angka 22 bukan berarti umur kita bertambah, yu, tapi jatah hidup kita berkurang. Jadi, tentu harus dimaksimalkan sebaik mungkin dalam menjalani hidup.

Aku cuma berharap Allah selalu jagain dan lindungi kamu di mana pun kamu berada, sehat selalu, sukses terus, dan selalu dikelilingi hal baik. Semoga juga nantinya kamu bisa mendapatkan pendamping yang Allah ridai, ya, Yu hehehe.

Aku gak sabar banget liat kamu nikah! Untuk yang nantinya jadi suami kamu, dia beruntung banget. Secara, aku tau banget udah berapa banyak orang yang nyasar ke aku cuma buat nanyain kamu. wkwk. Susah ya punya temen cantik kayak Ayu. Hahaha.

Udahlah, kalau mau diomongin banyak hal sih gak akan abis-abis kalau ngomongin tentang Ayu. Intinya, postingan ini aku dedikasikan khusus untuk kamu. Bahagia selalu, ya, Dear! Barakallah fii umrik, Yu.



Mencintaimu bukanlah kehendakku. Tak ada keinginan sedikitpun untuk menjatuhkan hatiku padamu. Mengenalmu saja bukan suatu rencana dalam hidupku. Tapi, mungkin tak ada yang tiba-tiba Allah mempertemukanmu padaku. Semua sudah diatur sesuai kehendak-Nya dan selalu ada alasannya.

Di tempat itu, kamu dan aku saling menyapa. Meski sebelumnya kita tak pernah tahu siapa kita. Tempat itu kini menjadi sejarah yang masih selalu kuingat, apa kamu pun begitu? Kini, waktu yang tak sebentar membuat kita saling mengenal. Kamu mengenalku, begitupun sebaliknya. Tak jarang kita saling berdiskusi dan terbuka satu sama lain; bercerita, tertawa, menangis, bahkan.... Hingga tiba rasa cemburu.

Tapi suatu ketika, aku kembali menyapu pikiranku. Untuk apa aku cemburu? Jika tubuh yang kaupunya saja bukan milikmu. Ia bebas menuju hati mana yang bisa membuatnya tak ragu. Ia bebas melangkahkan kaki ke tempat mana yang dituju. Ia bebas menentukan, dan aku tidak berhak menuntut egoku untuk bisa dicintaimu.

Jikalau keadaannya begitu, mungkin aku bukanlah satu satunya orang yang mencoba mengetuk hatimu. Ada orang lain yang mungkin sudah pernah bertamu, atau ada yang sengaja mencuri perhatianmu untuk dijamu? Ah, entahlah, aku tidak tahu.

Yang jelas, aku hanya ingin kaujaga hatimu.
Aku hanya ingin, suatu saat kamu tahu bahwa ada seseorang yang sudah mencintaimu, tanpa mengetuk hatimu, tanpa bertamu, tanpa mencari perhatianmu, dan dia hanya diam-diam mendoakanmu.

Dan orang itu adalah, aku.


Perjalanan di tahun 2020 memang tidak biasa. Di tahun itulah semua yang mungkin belum pernah terjadi akhirnya kenyataan. Banyak dari kita yang awalnya mengeluh, meresahkan, khawatir, dan pesimis tentang kekuatan yang kita miliki. 

Tapi nyatanya, kita bisa melewatinya. Dengan segala kuasa Allah SWT, dengan rida dan izin-Nya, akhirnya kita bisa melewati itu. Sudah sepatutnya kita bersyukur karena sudah diberikan kekuatan selama 366 hari yang cukup singkat. Terima kasih yaAllah.

Dengan begitu, alangkah baiknya dalam menata kembali resolusi baru di tahun 2021 ini kita selalu ingat untuk melibatkan Allah dalam setiap resolusi yang kita tanamkan. Sebab, tanpa-Nya kita tidak bisa apa-apa. Sekeras apapun langkah yang kita tancapkan dan sekuat apapun lari yang kita lakukan, Allah lah yang memberi kita kekuatan untuk itu.

Maka, jangan pernah lupa untuk selalu tingkatkan ketakwaan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pemberi Petunjuk dan Kuasa-Nya kepada kita. Untuk itu, mari kita sama-sama menanamkan satu resolusi wajib, yaitu meningkatkan takwa.

Sebagai salah satu bentuk muhasabah diri, kemarin aku mencoba membuka QNA di instagram untuk memberikan wadah bagi teman-teman yang ingin mengkritik, saran, berpendapat, serta bertanya tentang Aca yang sejatinya jauh dari kekurangan.

MasyaAllah Alhamdulillah, dari respons yang ada, ternyata banyak yang memberikan hal-hal positif dan pesan-pesan luar biasa.

"Achaa, semoga selalu diberkahi Allah dlm semua perjalanan hidupmu... and sukses selalu," tulis guru SMP-ku, Bu Silvi.

"Tetap istiqomah dalam kebaikan dan selalu jadi aca yang aku kenal :) teruskan dakwahnya," tulis Maulidia, teman kampusku.

"Ka Aca yang baik hati tetap semangat, suks terus kak (emot peluk)," tambah Christine, adik tingkat di kampus.

"Semoga jadi penulis yang jadi inspiratos orang banyak dalam melakukan hal baik," tulis Ican, kawan MAN 2-ku.

Masih banyak lagi ucapan berharga yang kuaamiinkan dari setiap kalimat-kalimat baiknya. Tentu momen ini bisa menjadi bahan muhasabah diri dan memupuk kembali semangat yang masih tertunda di tahun 2020. Sebelumnya, terima kasih atas segala ucapan dan doa baiknya, ya, untuk semua.

"Aca mau nulis apa di tahun 2021?"

Pertanyaan menarik juga muncul di kolom jawaban malam itu. Tertulis dari teman baruku, kak Syarifatul Yasmin (teman BA Inspira Pustaka), yang bertanya itu. Tentu masih banyak hal yang ingin aku tulis di tahun 2021, salah satunya mau nulis tentang seluruh kisahku bersama Mama.

Selain itu, masih banyak tulisan yang ingin aku pelajari. Namun, semuanya balik lagi ke keadaaan. Pasalnya, tahun 2021 menuntunku untuk segera mencari pekerjaan tetap, sehingga bisa lebih cepat membahagiakan orang tua dan memberi banyak hal pada mereka. Mohon doa, ya.

"... Semangat halal di tahun ini, ya."

Ada ucapan yang sepertinya sedikit menggelitik. Ya, salah seorang kaka kelas di MAN menuliskan komentarnya. Dia menyemangatiku untuk bisa halal di tahun 2021 ini. Ada juga sih beberapa orang yang nanya, "Jadi kapan?", "Targetnya kapan?", yaa.. pokoknya pertanyaan dan pernyataan serupa.

Tentang hal ini aku gak mau muluk-muluk. Yang jelas, kalau memang jodohnya sudah datang ya kenapa harus ditolak? hahaha. Tapi, bukan prioritas utama juga bagiku untuk menikah di tahun 2021. Karena masih banyak mimpi yang ingin aku raih sebelum akhirnya bersuami.

Masih tentang hal ini, entah kenapa mama juga seakan terbuka untuk aku segera mencari pendamping. Tadi malam dia juga mengunggah foto tas yang kuberi apdanya, lalu dia tulis di keterangan foto tersebut, "Terima kasih Aca atas kadonya, semoga segera diberikan pendamping hidup."

Hahaha, lucu memang. Entahlah, apa benar ungkapannya tulus dari hati atau hanya bercanda saja. Padahal aku belum yakin jika nanti ibuku ditinggal menikah olehku, apakah dia sanggup? Sebab, kita sangat dekat. Bukan lagi seperti ibu dan anak.

"We haven't meet before irl/college, but i think aca is humble person"

Salah satu ungkapan yang mengharukan, datang dari seseorang yang tidak akrab denganku di dunia nyata. Ya, banyak di antara pertemananku di media sosial datangnya dari orang yang benar-benar tidak dikenal. Tapi, kita cukup baik di instagram.

Ada juga yang memang saling tahu nama dari teman ke teman, atau kenalan di organisasi, atau sekadar tahu menahu lalu terkoneksi di instagram, dan dialah yang menulis pesan ini menjadi salah satunya. MasyaAllah, aku tidak menyangka akan mendapatkan ungkapan seperti ini.

Beruntungnya aku dikelilingin oleh orang-orang baik. Mereka juga memandangku baik, padahal apa yang mereka lihat di media sosial mungkin tidak sama dengan aslinya. Aku merasa bersyukur bisa berteman dengan mereka, orang-orang yang kutemui dari media sosial dan akhirnya menjalin silaturahmi dari sana. Terima kasih, ya, semuanya. Senang bisa kenalan sama kalian.

Ungkapan-ungkapan di atas mungkin hanya beberapa dari sekian banyak doa dan harapan di 2021. Atau mungkin kita masih menata resolusi yang sama dari 2020 yang belum tercapai. Gak papa, gak semuanya harus baru. Yang jelas, kita harus punya perubahan dalam hidup ke arah yang lebih baik.

Tak bosan-bosan aku ingatkan, jangan lupa libatkan Allah selalu dalam mimpi-mimpi kita. Perbanyaklah lagi ibadah dan kebaikan pada sesama. Sebab, kita sudah belajar banyak tentang kehilangan di tahun 2020, di mana tidak ada yang bisa menjamin umur seseorang akan bertahan sejauh mana. 

Untuk itu, bekal sangatlah diperlukan. Tetaplah bergerak menuju perubahan, tetapi juga laksanakan seluruh kewajiban sebagai hamba. 

Semangat, ya, semua. Kita bangun semangat kita lagi di 2021. Mohon maaf jika sebelumnya ada yang pernah merasa disakiti atau dihutangi Aca, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Selamat berproses semua...


Seketika aku teringat dengan sebuah cerita masa lalu ketika aku melihatnya di ruangan itu. Ya, aku sudah tahu dirinya akan datang. Aku telah membaca namanya di grup proyek yang kita jalani bersama. Sebut saja Romeo, yang jelas namanya disamarkan. 

Romeo dan aku tergabung pada proyek yang sedang kita jalani bersama. Awalnya, aku juga tampak kaget dengan kehadirannya. Sebab, sudah lama sekali kami tidak bercengkerama. Kenapa? Jadi, begini ceritanya.

Romeo adalah salah seorang adik tingkat di jurusanku, tetapi kami memiliki usia di tahun kelahiran yang sama. Mungkin hanya berbeda beberapa bulan saja. Saat itu, pertemuan kami pertama kali adalah saat aku mempromosikan himpunan dan mendatangi kelas adik tingkat, termasuk kelasnya. 

Kebetulan, Romeo ini adalah ketua kelas. Dan kebetulannya lagi, saat itu aku sedang bertugas mempromosikan himpunan ke kelasnya. Di sanalah interaksi pertama terjadi. Kami saling bertanya tentang himpunan, jurusan, kelas, beserta tugas-tugasnya.

Lalu, kami saling terkoneksi di media sosial. Lambat laun, kami pun semakin dekat karena interaksi. Rasanya sudah tak heran jika teman kelas Romeo meledeknya dengan namaku. Ya, aku menjadi bulan-bulanan di kelas mereka. Pasalnya, banyak yang bilang Romeo ini menaruh rasa padaku. Secara langsung memang Romeo tak pernah mengungkapkannya saat itu, tetapi aku tahu betul ketika sikap Romeo mulai berubah dan lebih peduli kepadaku. 

Saat itu, aku benar-benar bingung. Sebab, aku memang sedang tak ingin menjalin cinta dengan siapapun. Teman-teman Romeo mendesakku untuk terus dekat dengannya. Tapi, di sisi lain, tanpa aku harapkan ternyata ada seorang perempuan seangkatannya yang sangat berharap pada Romeo. 

Jujur, aku tak pernah ada rasa pada Romeo. Aku hanya menganggapnya teman baik karena dia memang seseorang yang baik hati. Aku suka kepribadiannya, namun bukan berarti aku jatuh hati padanya. Tentu, semakin dewasa kini kita harus bisa membedakan itu. Sayangnya, semua itu disalahartikan. Seseorang yang mengharapkan Romeo itu sepertinya tidak rela jika pujaan hatinya dekat denganku.

Wanita itu kemudian memberanikan diri untuk unjuk gigi. Setiap bertemu, dia selalu menatapku sinis. Di samping itu, dia juga membicarakanku dengan Romeo. Dia tak rela jika Romeo menaruh hati padaku. Dia juga sempat menjelek-jelekkan aku di hadapan temannya dengan nama samaran. 

Mendengar hal itu, lantas saja aku sebal. Akuu juga cukup sakit hati karena wanita itu. Sejak saat itu, aku mulai berusaha untuk menjaga jarak pada Romeo. Sayangnya, Romeo tidak menyadari gerak-gerikku. Ia terus mengejarku, mengirim pesan padaku, dan terus mendekatiku.

Hingga pada akhirnya, dengan bantuan temanku, dia mengatakan bahwa dia ingin aku menjadi pacarnya. Mendengar hal itu, aku langsung berkata pada temanku itu. "Kalau mau nembak, jangan ke aku. Karena aku gak akan terima. Daripada ditolak, lebih baik gak usah utarain itu," kataku yang memang tidak mau pacaran.

Setelah percakapan itu terjadi, Romeo mendapatkan kabar dariku itu. Kemudian perlahan pergi dan tahu apa maksudku menjauh selama ini. Tak lama kemudian, datanglah kabar Romeo berpacaran dengan seseorang. Dan yang mencengangkan lagi, dia berpacaran dengan wanita yang menghina dan menjelek-jelekkan aku. 

Kamu cemburu, Ca?

Nggak. Aku hanya kaget. Mana bisa seseorang yang ditolak cintanya, kemudian langsung memiliki hubungan dengan orang lain. Entahlah, aku tidak permasalahkan itu sih sebenarnya, aku hanya heran. Tetapi, semua kembali lagi pada pribadi masing-masing. Tentu aku tidak bisa membatasi dia karena dia pun punya hak untuk berbuat demikian.

Sejak saat itu, hubunganku dengan Romeo semakin asing. Entahlah, padahal aku tetap berharap kami bisa berteman baik. Sayangnya, semenjak dia pacaran, kurasa Romeo sudah berubah 180°. Semua media sosial kami tak lagi berhubungan, bahkan mungkin ada yang diblokir(?) Kami tak lagi berteman di instagram, tak lagi saling balas whatsapp, tak lagi senyum kalau bertemu. 

Aku bahkan sakit hati ketika menyadari itu semua. Ya, Romeo benar-benar berubah. Dia bahkan tak seperti temanku lagi, kita kerap kali dipertemukan namun sekarang rasanya beda. Menyapa pun tak pernah. Sama seperti 3 hari lalu saat aku bertemu dengannya di ruang rapat.

Dear Romeo, 
Jujur, aku rindu pada sosokmu yang sebenarnya ramah. Tetapi, mengapa saat ini kamu berubah? Apa mungkin wanitamu itu yang melarangmu untuk berhubungan baik padaku? Jika iya, kamu salah untuk menurutinya. Kita ini teman baik, mana mungkin seketika jauh begitu saja hanya karena status pacarnya?

Romeo, aku bahkan tak peduli pada siapa kamu melabuhkan hati setelah berharap padaku. Maaf, jika kala itu aku menyakitimu. Tapi, bukankah saat itu kamu menerimanya dengan sangat baik? Dan kamu menerima keputusanku itu.

Romeo, mengapa kita jadi canggung begini?
Ini mungkin kisah kesekian yang menyebalkan dalam hidupku, yaitu bertemu dengan teman baik, namun meninggalkan teman baiknya hahya karena status pacaran. Ya, aku sedih sekali pacarmu membatasi pertemananmu. 

Semoga suatu saat nanti kita bisa berteman lagi, ya. Meski kita tidak bisa bersama, tentu bukan menjadi alasan untuk saling membenci, Rom. Maaf, aku tak inginkan perasaanmu, yang kuinginkan hanyalah pertemanan baik kita yang seperti dulu. 


Selamat hari ibu, Ma. 

Mungkin tulisan ini belum tentu kamu baca hari ini atau kapanpun. Aku cuma ingin mengabadikan perasaanku kepadamu, yang mungkin gak pernah aku utarain semuanya secara langsung karena kegengsianku. Maaf, ya, Ma. 

Kalau bicara soal mama, rasanya air hujan pun terlalu sedikit untuk menganalogikan kasih sayangnya kepada anak-anak. Sebab, air hujan tentu akan berhenti dan kering, sementara kasihmu tidak akan. Sesederhana apapun kesanmu di mata orang lain, kamu tetap terbaik untuk anak-anaknya.

Ada sebuah kisah kita, Ma. Mungkin kita tidak akan pernah melupakan ini. Saat itu, kita sedang berdua saja di rumah. Papa sedang ditugaskan ke luar kota, sementara adik yang seharusnya tinggal bersama sudah merantau untuk kuliahnya.

Malam itu, gerimis-gerimis manja pada pukul 10 malam, kamu kedinginan dan bersembunyi di balik selimut coklat milik kita. Kita yang hendak tertidur seketika menjadi gelisah, sebab napasmu berbunyi dan merasa kesulitan. Ya, saat itu kamu sedang sakit yang tak seperti biasanya.

Memang saat itu kamu sedang menjalani pengobatan berjalan, di mana kamu harus kontrol setiap sebulan sekali untuk memeriksa kesehatan paru-parumu. Segala kemungkinan sudah kamu bayangkan, mulai dari hal baik sampai hal yang tidak ingin aku dengarkan. Tetapi, kamu berbicara banyak hal tentang itu padaku.

Di malam yang dingin itu, kamu juga berbicara hal yang sama seakan mengulang ungkapan-ungkapan itu dan berpikir yang tidak-tidak. Aku marah, rasanya tidak pantas seorang hamba memikirkan sesuatu yang belum tentu menjadi takdirnya. Aku terdiam, lalu membiarkanmu sementara.

Namun, sakit itu tak tertahankan olehmu. Napasmu mulai pendek, raut wajahmu mulai tak biasa. Lalu, kamu memintaku mengantar ke dokter di malam yang hampir saja tengah malam. 

Awalnya, aku berencana memesan taksi online agar perjalanan kita lebih pendek. Namun, kurasa saat itu pertolongan cepat harus segera dilakukan. Dengan kondisi apa adanya kita saat itu, akhirnya kuberanikan diri untuk membawamu dengan sepeda motor milik kita.

Baru kali itu sepertinya aku bawa motor di tengah malam, apalagi sambil membawamu kedinginan untuk ke rumah sakit. Dengan gerimis-gerimis itu kita terpaksa menerobosnya agar cepat mendapatkan pertolongan di rumah sakit. Nahasnya, malam itu hujan semakin besar dan kita kebasahan.

Meski saat itu kami sedang terburu-buru, aku tetap berusaha melambatkan laju motorku. Sebab, aku tahu keselamatanmu lebih penting. Segala hal yang mengelilingi kepalaku membuat air mataku menetes saat menyetir. Ma, saat itu aku benar-benar sedih.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung membawamu ke IGD. Sayangnya, petugas rumah sakit saat itu tidak mengindahkan kita dengan segera. Padahal, aku sudah meminta dokter untuk memerika ibuku yang napasnya sangat pendek. Kasian, saat itu kamu hanya bisa duduk sambil menunggu dokter memeriksamu.

Ma, saat aku memperhatikanmu yang sedang sakit itu, hatiku benar-benar sakit. Aku takut semua perkataanmu saat itu jadi kenyataan. Aku bahkan takut kehilanganmu saat itu juga. Aku tak bisa menahan tangisku saat melihat kerut wajahmu yang mulai pucat saat itu.

Lalu, kamu ingat gak, Ma, saat itu aku izin pergi ke toilet dan bilang mau ambil tisu. Ya, sebelum mengambil tisu aku berdiam diri di kamar mandi dan nangis sebanjir-banjirnya. Aku benar-benar sakit melihatmu dengan kondisi seperti itu. 

Kejadian ini sangat berkesan untuk aku, Ma. Mungkin mama juga gak lupa sama peristiwa ini. Semoga kejadian itu gak akan terulang lagi, ya, Ma, karena kamu pasti akan sehat selalu. Tetaplah bertahan sampai aku bisa membuatmu bahagia, Ma. 

Maaf selama ini aku belum bisa membahagiakanmu dengan seutuhnya. Sehat dan bahagia selalu untukmu. Kumohon doa dan kebaikanmu untuk anak-anakmu, ya. Terima kasih sudah menghadirkan aku ke dunia. Semoga dengan tulisan ini kamu tahu bahwa aku mencintaimu.

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates