Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Lebaran kali ini terasa masih sama seperti tahun kemarin, yaitu dengan suasana di tengah pandemi. Ditambah lagi dengan kabar-kabar dari Palestina yang kembali memanas karena pengeboman di sejumlah titik di sana, sehingga lebaran kali ini rasanya tak patut terlalu bersennag-senang di atas kesedihan saudara-saudara kita di sana.

Sementara di lingkungan kelaurgaku sendiri, Alhamdulillah sih bisa kumpul bersama dan hampir full keluarga. Cuma sayangnya keponakan beserta kakakku ga bisa datang ke Bogor karena sedang hamil besar, ditambah lagi kakakku baru saja sembuh dari Covid-19, beberapa minggu yang lalu.

Tetapi, segala bentuk kekurangan tentu tetap harus kita syukuri, sebab itu artinya yang diberikan saat ini adalah yang terbaik dari Allah. Kalau saja kondisi dipaksakan oleh manusia, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

Di hari ini, tepatnya di hari lebaran kedua, aku mendedikasikan waktu untuk tubuh beristirahat. Kemarin, setelah seharian bertemu keluarga besar rasanya ada banyak tenaga yang sudah dikeluarkan. Terlebih aku seorang introvert yang cukup lelah dengan keramaian, sehingga perlu waktu untuk recharge diri lagi sebelum menemui orang-orang selanjutnya di kemudian hari.

Tak lupa juga kutilik lagi rangkaian target yang kemarin telah aku tulis sebelum Ramadan. Tampaknya belum semuanya terlaksana, terlebih ada hal-hal yang sebenarnya ingin dicapai tapi belum bisa dilaksanakan. Baiklah, bismillah, semoga Allah berikan kesempatan untuk meningkatkan diri di Ramadan tahun depan. InsyaAllah, semoga diberikan waktu untuk sampai ke sana. Aamiin.

Secara umum, lebaran akan membawa kebahagiaan. Apalagi bisa menjadi sebuah ajang silaturahmi secara langsung maupun virtual. Rasanya senang sekali ketika menghubungi teman-teman yang sudah lama tidak kita temui, lalu dibalas dengan ucapain dan doa baiknya.

Sayangnya, ada pula beberapa pesan yang terabaikan karena saking banyaknya. Entahlah aku sudah mengabaikan pesan-pesan itu berapa banyak. Mohon maaf ya teman-teman yang mungkin sempat tak terbalaskan, soalnya aku juga gak selalu megang hp terus sih hehe.

Ya, intinya masih sama sih lebaran sekarang sama tahun lalu. Oiya, sedihnya tahun ini mulai gak dikasih THR karena sudah lulus kuliah. Padahal belum kerja juga ini hahaha. Saudara pada bilang, "Kan udah gede, jadi gausah THR, ya." Heeey, justru orang dewasa yang butuh uang, iya gak sih? Hahaha.

Ya sudah lah, bersyukur aja hehe. Semoga aja tahun depan sudah bisa berpenghasilan dan bisa bagi-bagi sama saudara, aamiin. Selamat Hari Raya Idulfitri, ya, gais. Mohon maaf lahir dan batin. Terima kasih sudah menjadi pembaca blog-ku selama ini.



Suatu hari di bulan Ramadan, aku menghadiri sebuah kajian online yang diadakan oleh sebuah komunitas di Indonesia. Lantas, pematerinya tidak main-main, yaitu salah seorang Ustadz terkenal yang luar biasa. Mungkin kali ini tak perlu kusebut namanya. 

Pembawaannya yang tenang dan berwibawa membuatku serius memperhatikannya dari layar handphone. Sambil menyimak ucapannya, kutuliskan juga hal-hal penting pada catatanku. Saat itu, Alhamdulillah kajian menjelang berbuka itu terasa syahdu.

Namun, menjelang kajian berakhir, tiba-tiba hal mengejutkan terjadi. Entah dari mana asalnya, penyusup tak beradab seketika datang mengacaukan acara. 

Qadarullah, tiba-tiba ada seseorang yang berani membagikan layarnya di forum yang sedang berjalan. Padahal, Ustadz ini sedang tidak membagikan slide seperti kajian pada umumnya. Beliau hanya berbicara saat menyampaikan materinya. Parahnya, orang tak dikenal ini menampilkan video tak senonoh di hadapan peserta, panitia, serta Ustadz kala itu. 

"Maaf, panitia. Sepertinya ada gangguan, ya?" tanya Ustadz tersebut, sembari kulihat tangannya menutup layar handphone-nya—seperti menghindari tatapannya dari video itu.

Ya, sama seperti yang aku lakukan saat melihat video menjijikkan itu. Tiba-tiba, kolom chat pun diisi dengan ucapan beberapa orang dengan bahasa-bahasa yang tidak kami mengerti, bukan bahasa Indonesia sepertinya. Entah ini dilakukan secara sengaja atau memang tidak disengaja.

Kukira kejadian itu adalah bentuk virus yang merajalela. Tapi, masa iya virus itu bisa masuk ke dalam ruang zoom meeting? Pikiranku mengacau. Entahlah apa yang terjadi. Kemudian, panitia segera menangani dengan mengeluarkan orang-orang yang tak berkepentingan itu.

Kemudian, dengan profesional, Ustadz tersebut melanjutkan bahasan. Baru beberapa menit kembali damai, tiba-tiba datang lagi si penyusup tak beradab itu. Ia datang dengan modus yang sama dan memutar video lainnya. 

"Ada gangguan lagi, ya?" tanya Ustadz itu, dengan pasang muka yang khawatir. 
"Mohon maaf, Ustadz, segera kami tangani," jawab seorang panitia. 

Kemudian, keadaan hening kembali. Aku ikut memperhatikan siapa saja yang hadir di ruangan online tersebut. Tampaknya memang ada beberapa nama asing yang mencurigakan di sana. 

Tak lama, kajian kembali dimulai. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Di tengah-tengah peserta yang seluruhnya mengaktifkan mode mute audio, seketika ada yang meng-unmute microfonnya.

"Kafir.. Kafiir..," ucap seseorang yang terdengar sayup-sayup di antara pembicaraan Ustadz tersebut yang sedang melanjutkan kajiannya.

Singkat cerita, sang Ustadz diminta mempercepat materinya. Kemudian, panitia menghilangkan sesi tanya jawab agar acara segera selesai. Lalu, acara berakhir pada waktu yang lebih cepat dari jadwalnya.
.
.
Astaghfirulah. Kejadian ini benar-benar di luar dugaan. Sepertinya ada setan yang lolos dari penjagaan di bulan Ramadan. Baru pertama kali menghadiri kajian yang dibajak begitu. Membekasnya luar biasa, terlebih karena video yang tidak sengaja terlihat itu..😥

Mungkin itu salah satu bentuk perjuangan di jalan dakwah. Ada banyak rintangan yang mungkin gak pernah kita bayangkan sebelumnya. Wabilkhusus kepada sang Ustadz yang bisa jadi ini pengalaman yang seringkali ia temui dalam dakwahnya. Dan bisa jadi, bentuk gangguan yang satu ini baru pertama kali dialaminya.

YaAllah, entahlah apa motif orang-orang jahat seperti itu. Rasanya sangat biadab sekali mengacaukan ibadah dan juga kegiatan baik orang lain. Padahal, bulan Ramadan adalah bulan mulia dalam memperbanyak kebaikan. Ternyata masih banyak yang menyia-nyiakannya dengan tindakan buruk seperti itu. Subhanallah 😔

Semoga kita dijauhi dari sifat-sifat buruk dan selalu dilindungi oleh Allah Swt, ya. Aamiin yaRabbal'alamin. Semangat menggapai kemuliaan di 10 malam terakhir Ramadan. Mari bersihkan diri dan sucikan hati dan menggapai Lailatul Qadr, aamiin🧡🙏

Benar saja, hidup ini adalah tentang belajar. Ketika sudah mendapat suatu ilmu maka ada baiknya bisa menyebarkannya kepada yang lain agar lebih bermanfaat, sehingga pengamalan ilmu tersebut tidak hanya pada diri kita sendiri, tetapi juga bisa dilakukan oleh orang lain. 

Sebagaimana Ibnu ‘Abbas RA berkata, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan menunjukkan apa yang belum diketahuinya.”

Ya, berilmu dan mengamalkannya adalah salah satu cara menjemput ilmu lain yang akan Allah tunjukkan nanti. Jadi, memang tiada henti untuk berilmu. Dan Alhamdulillahnya, hari ini Allah berikan kesempatan itu, yaitu berilmu serta membagikan ilmu tersebut kepada orang lain.

Sebenarnya ini bukan kali pertama menjadi seorang pemateri, tetapi entah mengapa kali ini cukup berkesan karena diadakan di zoom meeting (lain halnya saat pertama kali, dilaksanakan via Live Instagram). Ya, lebih kerasa pengalaman kali ini, karena pesertanya lebih banyak 😅

Kali ini aku berkesempatan untuk menyampaikan materi tentang cerpen. Sebenernya sih aku orangnya bukan teoritis banget, alias suka langsung praktik. Jadi agak ragu juga sebenernya ketika harus bikin materi atau teori cara bikin cerpen yang baik dan menarik, karena biasanya kalo nulis ya nulis aja hahaha. Tp alhamdulillah ada lah ya sedikit-sedikit ilmu yang bisa dibagikan, yang didapat dari kuliah maupun di komunitas yang pernah diikuti. 

MasyaAllahnya, ternyata butuh effort banyak dalam memyampaikan materi dengan waktu kurang lebih satu jam ini. Apalagi kondisinya sedang puasa wkwk. Ternggorokkan jd kering hehehe. Ditambah lagi, sebenarnya saya bukan tipe orang yang banyak bicara di depan umum, sehingga membiasakan diri di ruang publik adalah satu hal yang masih perlu saya pelajari. 

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Bahkan, teman2 peserta dari Kelas Kepenulisan yang diadakan Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Brawijaya ini banyak yang antusias dalam bertanya mengenai kepenulisan cerpen. 

Padahal, saya juga bukan orang yang ahli di bidang cerpen dan saya masih perlu belajar untuk itu. Tapi, dengan kesempatan yang Allah berikan ini, semoga menjadi pemantik saya dan juga teman2 untuk lebih aktif dalam berkarya. Aamiin, insyaAllah. Semangat semuanyaaaa....

Terima kasih pengalamannya 😊🌈


Jam setengah satu malam dan waktu udah masuk ke tanggal 26. Kalau liat mama lagi tidur gini rasanya senang sekaligus terharu. Tapi, ada juga perasaan sedih karena kemarin ini mama sakit lagi. 

Singkat cerita, kemarin habis bukber di Jakarta aku bener-bener ngerasa lelah karena baru sampe rumah jam setengah 12 malam. Terharunya mama masih bangun dan nungguin tidur bareng aku. Dan dia masih sehat seperti biasa. Alhamdulillah. 

Karena aku lelah, aku segera bersih-bersih dan lekas tidur. Kemudian, belum lama mau memejamkan mata, tiba-tiba sakit mama kambuh. Dia muntah-muntah dan ngeluh dadanya sakit. Ya, mama emg punya riwayat penyakit pernapasan. Dan selalu gak tega kalau lagi kambuh begitu. 

Alhasil, malam kemarin tidurku gak tenang karena harus ngurusin mama dulu. Bahkan sampai menjelang sahur aku gak tau itu disebut tidur apa engga. Mama sampe gabisa bangun dan akhirnya aku yang nyiapin sahur sendirian. Dan sampe subuh tiba....aku yang merasa tepar 🥲

Mau tidur, tapi gak enak. Dan emang gabisa tidur juga. Terus bisa-bisanya tadi jam 8 malem ada kajian dan tiba-tiba gak sadarkan diri(?) Aku gatau tadi pingsan apa ketiduran, bener-bener ga kerasa WKWKWK. Dan baru bangun jam 10-an. Sekarang jd susah tidur:")

Tp dari kejadian ini aku sadar bgt, sakit yg aku rasain dan capek-capeknya aku tuh gak sebanding sama perjuangan mama. Luar biasa banget sih mama tuh.. Aku sakit sih gapapa, tapi kalo liat mama yang sakit rasanya kasian:")

Mohon doanya yaaa temen2, semoga mama sehat selalu. Begitupun dengan orang tua kalian, semoga sehat selalu. Jaga kesehatan, ya.. Karena kalo kita gak jaga kesehatan, siapa lagi yg bakal jaga orang tua kita selain diri kita sendiri?🥲
Foto/Pinterest

Kali ini, aku mau sedikit cerita tentang pengalaman yang baru aja aku hadapi, yaitu tentang sebuah prinsip masa depan. Mungkin sebagian atau kebanyakan dari kita sudah mengerti tentang ini. Masing-masing juga pasti sudah punya prinsip yang dipegangnya sejak lama dan akan terus di bawa sampai kapanpun.

Jadi, ceritanya beberapa waktu lalu aku dihadapkan dengan kondisi "memilih". Mungkin tak perlu lah aku menceritakannya secara detail, pasti pada bisa juga mengira kondisi apa yang saat itu aku temui, hehe.

Pada saat itu, aku memilih segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Namun, qadarullah, ada perasaan ragu saat aku menjalani serangkaian prosesnya. Padahal baru saja ada di tahap awal perkenalan. Aku terus meminta jawaban kepada Allah tentang keraguan yang aku alami.

Hari demi hari, bukannya mendapatkan ketenangan, aku justru dihadapkan dengan keraguan yang semakin membesar. Rasanya aku harus segera menuntaskan keraguan ini dan mencari tahu asal mulanya dari mana. Ternyata, hal ini menyangkut pada sebuah prinsip di masa depan.

Dari kejadian ini, aku belajar banyak tentang sebuah prinsip. Sebab, ternyata prinsip bukan hanya sekadar tentang asas, pemahaman, atau kebiasaan yang terbiasa dilakukan. Tetapi, prinsip lebih dari itu. Prinsiplah yang sudah dan terus akan menjadi asas/dasar dan pemikiran dalam bertindak, berpikir, dan memutuskan sesuatu.

Dalam pekerjaan, mungkin kita memiliki prinsip masing-masing untuk menjalankanya. Misalnya, aku sendiri berprinsip bahwa lingkungan positif dalam dunia kerja akan membantu produktivitas diri aku. Alhasil, dalam mencari pekerjaan mungkin tidaklah hal mudah, sebab aku selalu mengedepankan lingkungan itu agar aku bisa nyaman jika ikut terjun di sana.

Dalam sebuah pertemanan, ada banyak juga prinsip yang beragam. Mulai dari senang untuk saling terbuka sampai apapun diceritakan. Ada juga yang tetap mengedepankan privasi sebagai salah satu bentuk saling menghargai. Ya, semuanya balik lagi pada prinsip masing-masing. 

Sebuah prinsip tentu akan berpengaruh pada pola pikir kita. Tidak hanya sebagai pegangan di dalam pikiran saja. Pasti secara sadar ataupun tidak, kita akan terus memegang prinsip yang sudah tertanam di dalam diri kita itu. 

Begitupun pada proses dalam ceritaku ini. Aku juga sadar adanya ketidakcocokan prinsip antara aku dengan orang itu. Aku meyakini hal ini bukanlah berkaitan dengan salah dan benar, sebab dalam berprinsip setiap orang berhak menentukan pilihan, tergantung darimana ia berasal, ia berkembang, dan ke mana ia berencana melangkah.

Namun, bicara tentang masa depan, tentu prinsip juga akan tetap dibawa. Ketika ketidaksamaan prinsip itu kita terima begitu saja, tentu ada kekhawatiran ketika kedua pemikiran itu bertabrakan suatu hari nanti. Yang satu kuat, yang satunya juga tidak mau kalah. Prinsip memang dasarnya tidak bisa diganggu gugat.

Dari kejadian itu aku tersadar, bahwa dalam menentukan sebuah pilihan untuk masa depan, kita tidak bisa asal "menerima". Memang, pasangan yang baik adalah yang mau saling terima. Tetapi, jika kaitannya dengan prinsip, kita tidak hanya butuh konsep penerimaan itu saja, tetapi juga kesamaan pandangan serta kesiapan untuk saling belajar dan menyusun prinsip baru yang jauh lebih baik.

Kita tidak bisa mengobral prinsip kita hanya karena mau menikah, meraih masa depan, mendapatkan apa yang kita inginkan. Mau sejauh apapun kita membuang prinsip kita dan berusaha beradaptasi dengan prinsip baru, prinsip yang kita bawa tetap akan terus menempel pada diri kita tanpa kita sadari.

Dari situ, aku menyadari pentingnya sebuah prinsip untuk selalu dinomorsatukan. Prinsip adalah salah satu hal yang tampaknya sulit untuk ditoleransi, apalagi yang sifatnya bukan hanya keduniaan. Mungkin beberapa hal kelebihan dan kekurangan bisa saling dimaklumi, tetapi prinsip tidak semudah itu.

Perbedaan dalam prinsip bukanlah sesuatu yang tidak baik, hanya saja ketidakcocokan tidak mudah untuk dipaksakan. Tetap semangat, itulah pentingnya saling menghargai prinsip orang lain. Semoga suatu saat nanti kita dipertemukan dengan seseorang yang memiliki kesamaan prinsip dengan kita. Aamiin yaa Rabbal'alamiin.


Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates