Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Catatan Awal Juli
Foto/Unsplash.com

Hari ini, hari kedua di bulan Juli 2021. Rasanya tak menyangka bisa ada di titik ini--titik di mana aku masih harus berjuang mencari pekerjaan tetap, berjuang membahagiakan orang tua, berjuang menjadi adik, kakak, dan anak yang baik, serta berjuang menjadi seseorang yang lebih bermanfaat lagi.

Sebenarnya, tidak ada masalah dari seorang freelancer seperti aku yang kerjanya serabutan dan tak menentu. Aku bahkan menikmati saja pekerjaan yang datang padaku dan bisa kuselesaikan dengan tenggat waktu yang lama. Di sana aku bisa menentukan sendiri kapan aku harus bekerja dan menjeda diri. Aku juga tak punya tunggangan apapun untuk mendapatkan gaji yang besar.

Sebenarnya, orang tuaku juga tak meminta apapun dariku untuk membahagiakan mereka. Yang terpenting, aku sudah bisa melewati semua fase pendidikanku dengan baik, bekerja dan mandiri, serta menjaga kesehatan di tengah pandemi seperti ini. Namun, entah mengapa rasanya belum afdal jika belum memberikan "sesuatu" untuk keduanya. Terlebih perkara "penghasilan" yang bisa aku berikan kepada mereka. Tetapi, jawabannya ada di paragraf nomor dua. Ya, aku masih freelancer dan pendapatanku tidak tetap.

Sebenarnya, untuk menjadi adik, kakak, dan anak yang baik juga tidak begitu mengikatku. Pasalnya, di tengah kondisi keluarga yang "gengsi" satu sama lain membuat mereka juga tidak menuntutku banyak hal. Seringkali bahkan kita hanya saling berbagi tentang apa yang dijalani masing-masing tanpa ikut campur satu sama lain. Ya, aku nyaman ada di kondisi ini. Tetapi, kadangkala aku juga membutuhkan perhatian penuh di mana aku bisa mengisi kembali motivasiku dari dalam keluarga.

Sebenarnya, salah satu poin terpenting ialah menjadi seseorang yang bermanfaat. Dengan motivasi ini aku selalu berusaha mengisi diri dengan hal-hal baik agar bisa dibagikan lagi kepada orang lain. Entah itu akan memberikan pandangan baru, motivasi baru untuk orang lain, bermanfaat bagi orang lain, atau hanya sekadar perantara hidayah dari yang lain.

Dalam mewujudkan poin terakhir ini, tentu aku harus selalu mengisi ruh juga dengan mendekatkan diri kepada Allah. Ya, ini poin yang mudah dimulai tetapi sulit diistiqomahkan. Atau bahkan sulit memulai karena masih terbawa sama lingkungan.

Poin-poin di atas memang akhir-akhir ini mengisi catatan 2021-ku sampai Juli ini. Terlebih aku merasa pandemi membuat mood-ku jadi naik turun. Seringkali aku merasa percaya diri, tetapi tak jarang juga aku merasakan lewah pikir (overthinking). Aku terlalu banyak memikirkan hal-hal yang mungkin tidak penting, tetapi juga sering memikirkan yang penting secara berketerusan. Tiada henti, sampai melelahkanku sendiri.

Seringkali aku merasa sangat membutuhkan seseorang untuk berbagi--tentu tidak hanya seorang pacar yang tidak abadi, melainkan seorang belahan jiwa sehidup, semati (dan sesurga-Nya). Tapi entahlah, semakin dipikirkan, aku juga sering merasa belum pantas apalagi jika mendapatkan seorang lelaki yang "jauh di atas aku". Akankah dia mau menerimaku?

Seringkali, pun, aku merasa sangat nyaman dengan kondisi keluarga yang saling terbuka, menerima, tanpa mengikat ini dan itu. Tetapi, aku juga terkadang merindukan keluarga yang saling perhatian, saling memuji, dan saling berpegangan tangan--yang mungkin jarang aku dapatkan. Memang, sesempurna apapun sosok keluarga itu, pasti ada kekurangannya. Tetapi, aku harus terus beryukur bukan? 

Seringkali juga, aku merindukan teman-teman lamaku yang dulu sedekat nadi, tetapi sekarang sedekat jari pun tidak--alias komunikasi daring saja jarang dilakukan. Aku selalu memikirkan hari-hari yang telah lalu untuk diambil pelajaran, termasuk saat aku dekat dengan orang-orang yang selalu tersimpan dalam ingatan. Ada beberapa di antaranya yang dulu menjalin kedekatan luar biasa, tetapi sekarang layaknya insan yang tak saling kenal. Astaghfirullah.

Seringkali juga aku berselisih dengan orang, entah disengaja ataupun tidak, yang jelas "berselisih" bukanlah satu hal yang aku inginkan. Jika menghadapi ini, rasanya ingin selalu aku selesaikan. Tapi, hingga saat ini, sepertinya masih ada perkara yang mengganjal di lubuk hati, ketika saat itu sempat berselisih dengan seorang teman. Entahlah, aku sudah berusaha semaksimal mungkin membangun kembali percakapan dengan baik--agar seperti dulu lagi--tetapi, yang kulihat tak ada respon lagi. Seseorang itu sepertinya sudah tak ingin merajut percakapan denganku.

Ya, catatan awal Juli ini sangat banyak, apalagi kalau aku sambungkan dengan beberapa bulan terakhir untuk menjadi bahan muhasabah kali ini. Menghadapi manis pahitnya cerita, aku hanya bisa berdoa kepada Allah untuk diberikan pundak yang lebih kuat lagi, hati yang lebih lapang lagi, serta pikiran yang jauh lebih jernih. 

Sebab, aku percaya apa yang ditakdirkan untukku pasti tak akan pernah melewatkanku. Pun dengan segala takdir yang diberikan-Nya untukku, itu pertanda Allah yakin bahwa aku mampu. Segala air mata jangan terlalu ditumpahkan untuk dunia, sebab aku yakin ada bahagia di kemudian hari yang telah disiapkan-Nya.

Bismillah, sudah setengah tahun dijalani--dan entah sampai kapan waktu ini akan habis. Semoga kita semua bisa menjalaninya dengan baik, ya. Jadikan kesedihan dan kepahitan hidup hanya sebagai muhasabah dan motivasi diri untuk mendapatkan hasil terbaik di kemudian hari, ya. Semangat, semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt.




Mungkin kita sering dengar ya yang namanya phobia/fobia, yaitu sebuah kondisi di mana seseorang merasa cemas atau takut terhadap hal, barang, hewan, atau kondisi sesuatu. Nah, berkaitan dengan hal ini aku mau cerita sedikit tentang apa yang aku alami. 

Entah kenapa setiap aku butuh keluar rumah (untuk mengerjakan tugas/kerjaan) dalam rangka mencari suasana baru dan ketenangan, rasanya aku merasa gak bisa pergi sendirian. Ya, aku memang seorang introver yang mau bagaimanapun rasanya lelah jika sedang/setelah berada dalam kondisi keramaian atau banyak orang gitu. Sampai sini masih wajar lah ya?

Namun, entah kenapa aku merasakan takut dan cemas yang berlebihan ketika aku tidak mendapatkan teman untuk menemani aku pergi. Gak tau ini lebay atau gimana, yang jelas rasanya tuh bikin nyeri dada, kepikiran, atau bahkan sering bikin keringet dingin. 

Jadi, dalam kondisi aku yang seperti ini aku tidak bisa memaksakan diri untuk sendirian saat bepergian. Rasanya teman-teman introver yang lain tidak separah aku, itulah yang membuat aku malam ini searching dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku mulai juga mencari solusi.

Tetapi, yang keluar malah tentang fobia yang bernama autophobia, yaitu kondisi seseorang yang takut atau cemas berlebihan saat sendirian/merasa sendiri. Dari pengertiannya sih sama seperti apa yang aku alami, tetapi saat kubaca lebih jauh, rasanya banyak yang tidak tepat. Misalnya, takut kesendirian ini juga berlaku bagi orang yang takut dalam keadaan sunyi, sendiri, sepi, dsb. Sementara aku justru biasa aja, bahkan kalau di rumah sendirian aku lebih gak masalah. 

Yang aku alami ini lebih kepada perasaan takut ketika aku berada di tengah keramaian dalam kondisi sendirian. Misalnya dalam sebuah bioskop, toko buku, kafe, mall, dll. Beberapa fasilitas umum juga takut aku naiki, seperti bus dan pesawat. Namun, kereta atau angkot sepertinya tidak terlalu masalah. Bahkan naik motor sendirian mengelilingi kota juga aku tidak merasa takut atau cemas—ini berlaku dalam jarak dekat aja sih, hehe.

Melihat hal ini, aku juga bingung sama diri aku sendiri. Apakah ini semua benar aku alami semata-mata karena sifat introver saja? Atau justru aku mengalami gangguan mental autophobia ini? Apakah trauma di masa laluku ternyata meliar gini dampaknya sampai hari ini? 

Ya, aku punya trauma yang mungkin gak bisa aku ceritakan di sini. Tapi, jika benar fobia ini aku alami, aku tidak pernah menyangka kalau ini dampak yang aku alami dari trauma masa lalu aku yang cukup membekas. Aku bahkan sampai tidak seberani itu untuk pergi sendirian ke beberapa tempat tertentu

Aneh, sebenarnya aku ingin tahu apa solusi dari masalahku ini. Tapi, kata temanku, tentang penyakit mental/traumatis ini tidak perlu didalami/dicari tahu sedalam itu. Sebab, bisa jadi semakin banyak kita tahu fakta yang ada, maka secara tidak langsung tubuh kita mengiakan apa yang sebenarnya belum tentu terjadi. Nanti bisa jadi sebenarnya aku tidak mengalaminya, eh jadi ngaku-ngaku mengalami hal itu. Paham gak sih maksudnya? Wkwkwk.

Jujur, keadaan kayak gini cukup nyiksa juga. Setiap butuh banget keluar rumah sendirian tuh kayak susah. Sesederhana nyari suasana baru buat kerja, nyelesain deadline, dll jadi terhambat karena gak menemukan teman dan waktu yang pas buat nemenin. Alhasil kecewa sendiri, sedih sendiri, nyesek sendiri, dan saat memutuskan "Yaudah, sendiri aja deh." Kayak beban banget, bikin kepikiran, dan cemas, sampai nyeri dada dan pusing atau bahkan keringet dingin gitu.

Apakah ada yang pernah mengalami hal yang sama juga ya? Atau ini cuma aku aja yang aneh? Menurut kalian gimana?

Satu sih solusi yang pasti, punya suami aja udah! Wkwkwkw. Biar kalo butuh teman ya selalu ada yang nemenin tanpa takut dan cemas lagi. Hahaha, canda suami! Masih nunggu doi yang tak datang ke dunia nyata sih hahaha.


Setiap aku mengalami kesulitan, orang pertama yang akan khawatir dan menolongku adalah ayahku. Aku memanggilnya Papa. Ya, dia memang orang tua yang protektif. Meski tidak pernah menyampaikan rasa sayangnya, semua tindakan Papa terlihat sekali sangat menyayangi gadis kecilnya, aku. 

Suatu hari, tepatnya beberapa hari lalu, laptopku kena musibah seperti postingan sebelum ini. Sementara akhir-akhir ini aku sedang mengerjakan beberapa projek pekerjaan freelance-ku. Ditambah lagi aku memang akan menggunakan laptop secara intens ke depannya. Mengingat hal itu, aku menangis dan kesal. Sebab, semua data penting menjadi tidak bisa dibuka karena terinfeksi ransomware.

Aku tidak langsung bicara pada Papa waktu itu, sebab aku tak mau ia ikut khawatir. Jadi, saat kejadian malam itu aku langsung menanyakannya kepada kakakku yang sedikit banyak paham tentang perkomputeran. Melihat tingkahku yang aneh, sepertinya Papa curiga, lalu ia memperhatikanku dan akhirnya ia tahu laptopku sedang bermasalah.

Kulihat wajahnya seakan tak mau ikut campur, dia juga mengetahui aku sedang panik dan emosi saat itu.  Ia tak mau semakin memperkeruh keadaan. Hingga keesokkan harinya, ketika aku sudah mulai tenang, aku mengajak Papa untuk mengantar ke counter komputer untuk membereskan laptopku.

"Pah, anter aku ke Jambu Du* mau?" tanya aku, sambil tidak tega sebenarnya untuk merepotkannya.

"Ayo," dengan apa adanya, dia selalu mau menerima tawaranku.

Tadinya aku ingin mengajak kakakku untuk mengantar, tetapi kulihat wajahnya sudah kesal sejak kemarin malam aku repotkan. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajak Papa. Alhamdulillah, Papa selalu mau diajak putri kecilnya ini kalau sedang butuh bantuan. Papa memang baik.

Bahkan setelah sampai di counter, ternyata kita harus menunggu sampai kurang lebih 6 jam lamanya. Bosen? Pasti. Kita sampai bolak-balik buat makan, sholat, nunggu lagi, terus aja begitu. Tetapi, saat itu aku pasrah karena aku harus segera membereskan laptopku yang akan dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

Di tengah perjalanan pulang, aku sedikit sedih karena laptopnya memang harus diinstall ulang. Data-data lama juga belum bisa dibuka karena virusnya membahayakan dan belum bisa dibersihkan. Itu membuatku harus menyelesaikan dari awal lagi tugas-tugas yang kemarin sempat kukerjakan.

"Yah, uang kemarin kepake semua buat laptop. Cuma lewat doang," keluhku, sambil berjalan.

"Gapapa. Anggap aja ini modal kamu buat kerjaan ke depannya, semoga nanti gak terjadi apa-apa lagi," ucap Papa menenangkan.

Aku mengaminkan dalam hati.

"Pah, aku mau Qurban," ucapku lagi.

"Terus, uangnya ada?" tanya Papa.

"Tadinya uang kemarin yang didapat pengen aku tabung, masih bisa kan buat tanggal 20," jawabku.

"Tapi, tiba-tiba semuanya kepake buat betuln laptop. Gimana dong?" tanyaku, saat Papa belum menjawab pernyataanku sebelumnya.

"Ya udah, Qurbannya nanti lagi aja. Gak usah dipaksain. Lagian kemarin Papa juga sudah daftar Qurban untuk keluarga. Jadi, kalau gak Qurban juga gapapa," jawabnya sambil berjalan beberapa langkah di depanku.

"Padahal pengennya Qurban pake uang sendiri," jawabku masih mengeluh.

"Iya, nanti insyaAllah bisa," jawabnya.

Entah kenapa, percakapan malam itu sangat mengharukan. Di tengah kelelahan kami menunggu kurang lebih 6-7 jam di counter, aku mengeluh dan overthinking. Namun, Papa menyadarkanku bahwa segala sesuatu memang sejatinya bukan milik kita.

Ketika beberapa waktu lalu aku mendapatkan rezeki dalam tahap awal projek baru, aku diuji oleh Allah dengan viru s di laptopku ini. Jadi, uang yang baru didapat justru terpakai untuk memperbaiki laptopnya. Benar kata Papa, mungkin rezeki saat itu memang buat benerin laptop untuk modal aku kerja ke depannya. Aku gak boleh marah, toh rezeki itu juga bukan sejatinya milik kita.

Percakapan itu juga menyadarkanku bahwa segala niat baik seharusnya diutamakan lebih dulu. Sayangnya saat rezeki itu sudah ditanganku, aku masih menyimpannya dengan alasan "Nanti dulu deh nabung Qurbannya, takut ada sesuatu yang harus dibeli." Dan benar saja! Kejadian, 'kan? Akhirnya memang seluruhnya ada yang harus dibeli/digunakan.

Papa memang olelaki terbaik yang ada di dunia, meskipun kadang-kadang ngeselin. Hehehe. Sehat-sehat, ya, Papa. Aku janji akan berusaha lebih keras lagi untuk bekerja. Maaf kalau anak kecilmu ini selalu merepotkanmu. Semoga Papa panjang umur, sehat terus, dan kerjanya juga lancar terus. Aamiin.

Semoga cerita kali ini bisa menginspirasi kalian juga, ya. Ambil baiknya, buang buruknya. Hehe.



Beberapa waktu lalu, aku mendapat sebuah kerjaan mendesain layout buku. Pekerjaannya masih on going dan memang data pekerjaannya dipindah sana sini, alias aku masih newbie banget untuk dapat pekerjaan ini. So far aku suka dan senang mendapat pekerjaan baru dan terlebih aku memang suka apapun yang berkaitan dengan buku. Di sinilah letak pembelajarannya. 

Karena datanya harus pindah tangan terus, alhasil kita harus menggunakan perangkat lunak yang tipenya sama. Kebetulan, yang sudah terpasang di laptopku saat itu versi yang lebih baru, sehingga nanti akan menyulitkan pekerjaanku. Jadi, aku berencana beli aplikasi yang tipenya di bawah itu untuk menyamakan dengan atasanku. Alhamdulillah, harganya tidak terlalu mahal. Tapi, sayangnya sejak memasang aplikasi tersebut, ada kesalahan teknis yang membuat laptopku akhirnya berantakan, alias jadi kena virus semua. 

Panik? Pasti. Nangis? Iya masa! Hahaha. Payah sih memang, perempuan kalau sudah panik dan tidak tahu harus apa yang bisa dilakukan hanyalah nangis dulu, kemudian baru mikir harus bagaimana menyelesaikannya. Semua data yang ada di disk C dan D kena virus semua. Alhasil semuanya tidak bisa dibuka, termasuk data-data pekerjaan yang sedang dilakukan. Sementara itu, tenggat waktu tetap mengejarku. Rasanya mau pecah kepalaku saat itu. 

Setelah menuangkan emosi, aku segera berpikir. Berbagai cara kucari untuk menyelesaikan laptopku yang semakin tak karuan. Aku mulai dari mencari tahu virus apa yang sedang menghinggapi laptopku itu. Ternyata, namanya virus ransomware! Dia sejenis virus malware yang katanya berbahaya dan sulit dipecahkan. Berikut beberapa tanda virus yang kena ransomware:
1. Ekstensi file hilang atau berubah menjadi aneh.
2. File tidak bisa dibuka.
3. Ada file yang berisi instruksi untuk memberikan tebusan.
4. Muncul Lock Screen sebelum masuk Windows.
5. Matikan Koneksi Internet dan LAN.
Dll. 

Ini mungkin hanya sebagian besarnya saja, dan kebetulan aku mengalami beberapa di antaranya. Pertama, filenya berubah format dan menjadi aneh seperti poin satu. Nah, jadi semua gambar file berubah jadi putih dan akhir nama file jadi ada tulisan .pahd gitu. Katanya, .pahd ini salah satu jenis ransomware yang baru banget muncul di awal Juni 2021. 

Sebenarnya jenis format ransomware lainnya juga banyak, pokoknya yang belakangnya pake titik (.) diikuti 4 huruf gak jelas seperti contoh .pahd. Sayangnya, tidak semudah itu mengatasi ransomware apalagi jenis yang baru. Karena konon, butuh waktu 1—6 bulan lamanya buat bisa mengetahui cara penyelesaiannya dan membuka file-file yang terkena virus ini. 

Sedih? PASTI! Hampir frustrasi karena harus memulai pekerjaan dari awal. Tetapi, mau bagaimana lagi. Mungkin ini adalah salah satu bentuk ujian dalam bekerja. Harus banyak-banyak menanam sabar dan juga melatih keikhlasan kalau jika saja di tengah jalan terjadi hal-hal tidak terencana seperti ini. 

Terus, gimana kak kalau sudah kena ransomware?

1. Ikhlasin aja, sabar dulu, jangan emosi dulu. Tenangin diri dulu pokoknya, ya...
2. Back up data. Kalau kamu punya hardisk atau flashdisk, coba pindahin data-data kamu yang kena virus ke eksternal memori itu. 
3. Kalau sudah kosong, bersihkan komputer kamu dari virusnya. Bisa pakai beberapa aplikasi khusus ransomware, tapi gak menjamin bersih 100% juga, ya.
4. Kalau gak bisa dibersihin juga, yaudah. Ikhlasin. Sekarang waktunya reinstall Windows kamu. Karena gak ada cara lain lagi selain membersihkan "SEMUANYA" di laptop. Ya, aplikasinya jadi hilang, data-data juga hilang, pokoknya jadi kayak baru lagi laptopnya. Ini yang aku lakuin juga, daripada gak bisa dipake lagi laptopnya.

Terus data-datanya gimana, kak?

Katanya sih, simpen aja dulu data yang kena virus. Siapa tau beberapa bulan lagi sudah ada cara untuk membersihkan virusnya. Jadi, masih bisa diselamatkan. Positif thinking aja dulu, ya! Semangat, pasti berat sih kalau ada banyak dokumen penting yang akhirnya gak bisa dibuka. Sama, aku juga gitu. Nyesek. Hehehe.

Tetap semangat. Mari bekerja dari awal. Anggap saja Tuhan lagi menyuruh kita bekerja lebih semangat lagi dengan memberikan kesempatan bekerja yang lebih panjang. Karena Tuhan mau kasih hasil yang luar biasa di depan sana. Mari kita jemput!

Aca, dini hari sebelum kamu tidur mungkin akan terasa sangat menyenangkan karena sudah bisa menyelesaikan salah satu tugas yang kamu kerjakan. Selain itu, kamu juga berbahagia atas hadirnya teman-teman dan orang-orang baik yang ada di sekelilingmu. Kamu sehat, kamu bisa tersenyum, kamu bisa berbagi cerita dengan orang, dan kamu bisa mengunggah tulisan ini sebagai ucapan rasa syukurmu.

Aca, di balik semua kebahagiaan dan kenikmatan itu jangan pernah juga lupakan soal hal-hal yang akan datang di situasi yang berkebalikan. Mulaindari kesedihan, kehilangan, kemiskinan, keterpurukan, dan lain sebagainya. Hal itu bisa seketika datang merusak hidupmu yang semula bahagia lalu berubah seketika. Ujian memang itu salah satu bentuknya. Jadi, jangan pernah menjauh dari Allah agar kamu mendapatkan pertolongan-Nya. 

Aca, Jumat ini sama halnya seperti 22 tahun yang lalu, yang juga tepat di hari Jumat, kamu lahir di dunia. Mungkin itu yang membuatmu sangat menghormati hari Jumat dan menyukainya. Memang banyak sekali keberkahan di hari Jumat yang tentu akan menambah kebahahiaan kamu yang lahir pada hari itu. Jadi, jangan ragu untuk terus melangkah. Tetaplah percaya diri bahwa kamu hebat dengan versimu sendiri.

Aca, mungkin kamu akan menunggu-nunggu siapa yang akan mengucapkannya padamu. Entah itu sahabatmu, saudaramu, teman sepintasmu, bahkan kamu sangat mengharapkan ucapan itu dari seseorang yang kau kagumi. Tetapi, janganlah melayangkan harapan terlalu tinggi, sebab aku tahu betul rasanya hati yang dibanting karena ekspektasi. 

Aca, tidak semua hal yang kita harapkan akan tersemogakan. Tidak semua hal yang kita inginkan akan menjadi kenyataan. Tidak semua hal yang kita dambakan berbuah hasil yang memuaskan. Tidak selalu begitu. Maka, jangan pernah kecewa, ya. Tapi, satu hal yang harus terus kamu tanamkan, bahwa Allah akan selalu memberikan apapun yang terbaik buat kamu. Jadi, apapun ketetapan-Nya maka itulah yang terbaik untukmu.

Aca, tapi kamu juga harus yakin bahwa apa yang kita dapatkan saat ini adalah hasil daripada apa yang kita usahakan di masa lalu. Ya, semuanya tidak secara kebetulan. Garis takdir sudah Dia tentukan sedemikian indahnya. Jadi, untuk mendapatkan segala hal baik, maka kamu haruslah banhak berbuat baik; perkaya ibadahmu, perkuat yang wajib, terus menambah yang sunnah, banyak sedekah, berbagi pada sesama, banyak bersabar, dan jangan pernah berani menjauhkan Alquran. 

Aca, rasanya banyak hal yang ingin aku katakan padamu sebagai nyawa dalam diriku. Tapi, sepertinya aku akan kehabisan waktu untuk.menasihatimu selalu. Yang jelas, aku menyayangimu dan akan selalu mendampingimu sampai Allah memisahkan aku dan kamu—si raga dan nyawa. Terima kasih sudah berjuang sampai di titik ini. Kamu memang hebat tiada tanding😊
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates