Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Beberapa waktu lalu, ada tawaran pekerjaan pergi ke beberapa kota. Semua akomodasi ditanggung, tapi sayangnya aku harus pergi sendirian—meskipun akan didampingi oleh bapak yang menawarkan proyek. 

Sebenarnya itu adalah salah satu impian pekerjaan: jalan-jalan yang dibayar. Namun, dari awal aku sudah tidak yakin untuk pergi sendirian; karena tidak mampu dan tidak mau (karena safar & tanpa mahram). Ditambah lagi, papa juga tidak mengizinkan karena alasan kedua. 

Awalnya sedih, kayak ngerasa sayang banget karena sudah melewatkan satu kesempatan yang mungkin gak bisa datang dua kali. But, isokaayy! Aku selalu yakin ketika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, DIA akan kasih gantinya suatu saat nanti—yang mungkin bisa dengan cara yang berbeda. 

And then, i'm here! Semarang~~



Gak lama kemudian, aku dikasih kesempatan lagi dengan pekerjaan menyenangkan, bisa jalan-jalan, dan dibayar. MasyaAllah Tabaarakallah. Gak pernah nyesel buat berdoa ke Allah. Pasti ada aja kejutan tak terduga🥲❤

Sebenarnya mungkin keluar kota bukanlah satu hal yang luar biasa. Bahkan setiap orang mungkin bisa saja melakukannya atau bahkan mendapatkannya. Tapi, cita-citaku sederhana; bisa keluar kota—apalagi sambil jalan-jalan, dll. 

Memang, orang sesedehana kayak aku yang anak rumahan dan gak punya kampung halaman membuat "keluar kota" adalah salah satu kesempatan langka. Apalagi, kita bisa melakukannya karena kerja keras sendiri atau ya hasil usaha kita sendiri. Beda lah ya vibesnya sama orang-orang yang sekadar jalan-jalan. 



Ya gitu deh intinya wkwk. Tapi, aku bener-bener takjub sih sama kebaikan yang Allah kasih. Gak perlu nunggu lama-lama, kesempatan kayak gini datang lagi dan akhirnya papa merestui aku untuk pergi. Karena kebetulan perjalanan kali ini memang gak sendirian, ada mahramnya, dan juga ada pak dosen. Aman lah.

So, jangan pernah ragu untuk meninggalkan sesuatu yang bikin kita gak nyaman dan gak berkah. Mintalah petunjuk sama Allah, karena di sanalah letak keberkahan-Nya. 

Ingat, keberkahan lah yang utama dalam segala sesuatu. Sebab, berkah sudah pasti bahagia, tapi bahagia belum tentu berkah. Semoga kita gak lupa ini🌻



Kata orang, manfaatkan waktu luang sebaik mungkin dengan hal-hal yang produktif. Ya, aku penganut pernyataan tersebut, Seringkali aku selalu senang dengan segala hal yang berbau produktivitas. Pasalnya, aku terlahir sebagai seseorang yang jauh dari kata gak bisa diam.

Entah ini aneh atau tidak, aku justru nyaman jika diberikan sebuah "tugas dan amanah". Walaupun kedengarannya berat, tapi menurutku dengan adanya dua hal itu, aku bisa mencapai satu motivasi dalam hidup, yaitu bermanfaat bagi orang lain. Itulah nilai baik yang aku dapatkan ketika diberikan tugas dan amanah.

Dari dulu, aku selalu senang jika dipercaya oleh orang lain. Meskipun rasanya tidak terlalu ringan, alias banyak sekali rintangan dan halangan saat kita sedang mengerjakan beragam kesibukan--apalagi di waktu yang bersamaan. Tapi, bagiku ada sisi-sisi yang menyenangkan karena aku bisa mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.

Semenjak lulus dari kuliah, ada perasaan sedih. Kenapa? karena ternyata kehidupan pascakuliah sangat tidak menentu. Jika kita hanya terus menunggu, tentu gak akan ada hasil yang kita dapat. Maksudnya, pekerjaan yang kita cari itu harus dikejar dan diciptakan, bukan hanya ditunggu. 

Di satu sisi, aku belum menemukan kenyamanan dalam bekerja yang full time. Kadangkala aku merasa kerja kantoran kayaknya menyenangkan, ditambah aku yang memang senang sekali menjalankan sesuatu yang terjadwal. Dengan begitu, pekerjaan pasti akan jelas, dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang akan dikerjakan, apa yang ingin dicapai, dsb.

Tapi di sisi lain, aku juga tipe orang yang "bosenan". Alias, kalau setiap hari pekerjaannya begitu-begitu saja ya males juga kadang-kadang. Pribadi introver aneh seperti aku kadang-kadang gak bisa menjalankan rutinitas yang itu-itu saja. Kecuali semua hal pekerjannya bikin nyaman, ya, hehe.

Untuk itu, sementara ini freelance memang menjadi pekerjaan yang nyaman. Di samping bisa dikerjakan kapan saja, pekerjaannya juga beragam; mulai dari pembuatan video, syuting, editing video, proyek percetakan buku, mendesain tata letak, dsb. Setidaknya aku bisa melampaui banyak pekerjaan dalam satu waktu.

Enaknya, freelance bisa mengatur waktunya sendiri. Dengan begitu aku lebih punya banyak waktu luang. Balik lagi ke kalimat-kalimat di paragraf pertama, aku gak bisa jauh-jauh dari produktivitas. Rasanya kalau gabut dan berdiam diri di kamar tanpa ngapa-ngapain adalah mubazir waktu. Ditambah lagi malah jadi pusing dan sakit hahaha.

Untuk itu, aku memutuskan buat bikin siniar. Iseng aja sih. Bahkan aku gak tahu akan didengar sedikit atau banyak orang. Yang penting aku gak sia-sia aja sih. 

Siniar ini berangkat dari keresahan aku yang punya waktu luang tapi bingung mau ngapain. Ketika mau nyari teman untuk curhat atau cerita, ternyata teman-teman juga sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Alhasil, siniar ini menjadi mediaku untuk mengutarakan segala isi hati dan pikiran. Ya, lagi-lagi aku lakukan untuk diri aku sendiri sih. Masalah akan didengar orang atau diapresiasi itu adalah bonus.

Nah, tapi senang gak sih rasanya kalau punya karya tuh ada yang menghargai, ada yang menyukai, dan ada yang menunggu-nunggu di luar sana? Kalau gitu, gak ada salahnya ya kalau aku promosi di blog ini. Siapa tau ada yang lihat dan makin banyak pendengarnya.

Nah, ini podcastnya. Namanya Teman Cahaya. Bisa di subscribe di Google Podcast Teman Cahaya atau bisa banget follow di Spotify Teman Cahaya. Meskipun episodenya masih sedikit dan kualitasnya masih berkembang, gapapa lah ya kita promosiin. Siapa tau ada masukan dan kalian suka hehe. 

Namanya juga baru, jadi maklumin aja ya kalau masih banyak kekurangan. Senang sekali kalau kalian mau ikut mendengarkan dan bagikan kepada orang lain. InsyaAllah lagi belajar konsisten untuk upload setiap minggunya. 

Semoga bermanfaat, ya, siniar dan postingan kali ini. Yuk, sebagai anak muda jangan cuma leha-leha dan cari uang saja. Tebar juga cahaya dan kebaikan-kebaikan yang kita punya, sekecil apapun. Hehehe. Salam kebaikan, semoga kita sehat dan bahagia selalu. aamiin.




Narasi ini aku tulis sebagai bentuk harapan dan khayalan seorang Aca di tahun 2021. Ya, ingin jadi kaya. Itulah cita-cita yang sekarang terpikir dari seorang perempuan freelancer yang belum bekerja tetap, pemasukan kadang-kadang, pengeluaran tiap bulan, dan kalau tidak ada pekerjaan kerjanya cuma baca, tidur, makan, dan rebahan.

Siapa sih yang gak mau kaya. Semua orang kayaknya pengen jadi orang kaya. Dengan begitu, mereka bisa beli apapun yang mereka suka tanpa lagi melihat harga. Mereka bisa mengoleksi apa saja yang mereka inginkan, mereka bisa makan apapun yang mereka inginkan. Kalau kita jadi kaya, mungkin terasa sangat menyenangkan.

Sama, aku juga berpikir demikian. Sepertinya jadi orang kaya itu menyenangkan, ya? Tapi, cuma sekadar senang, bukan bahagia. Dari situ, aku berpikir gimana caranya kaya itu gak cuma untuk senang-senang, tapi juga bisa membahagiakan jangka panjang.

Mulai dari situ, aku seringkali berkhayal, aku ingin sekali jadi orang kaya. Selain bisa membahagiakan diri sendiri, tentu ada banyak anggota keluarga, saudara, sahabat, serta orang-orang di sekitar yang butuh kita. Kalau kita jadi kaya, kita harus pahami bahwa sebagian kekayaan itu adalah milik orang lain. Jadi, jangan dihabiskan sendirian.

Melihat kehidupanku, rasanya banyak sekali orang-orang sekitarku yang ternyata "membutuhkan". Tak perlu jauh-jauh melihat orang lain, keluarga besar saja seringkali ribut karena masalah uang. Yang satu berkecukupan, tapi gak mau membagikan atau meminjamkan sebagian rezekinya. Yang satu senang sekali berbagi, tapi kondisinya juga pas-pasan, sehingga harus mencari situasi yang tepat untuk bisa berbagi.

Tak jarang juga antarsaudara sampai pinjam dan kasih diam-diam, karena jika diketahui sama saudara yang lain menjadi timbul permasalahan baru. Ah, terlalu ribet rasanya jika ngomongin cuan. Dan ternyata itu yang menjadi permulaan masalah di keluarga kebanyakan orang, termasuk keluargaku.

Untuk itu, rasanya menyenangkan kalau aku bisa jadi orang kaya. Terlebih, aku suka sekali berbagi. Bahasa cinta yang aku miliki (berdasarkan tes) adalah memberi hadiah. Karena aku cukup payah untuk menyampaikan perasaan melalui kata-kata. Ya, memberi hadiah adalah sumber kebahagiaanku.

Kondisi ini membuatku punya motivasi untuk jadi kaya. Sama seperti yang Nabi SAW anjurkan bagi setiap Muslim untuk bisa jadi orang kaya. Sebab, jika seorang Muslim adalah orang kaya, dia tidak hanya berpikiran soal harta benda, melainkan kekayaan hati atau qanaah yang akan ia pegang.

Itu artinya, semakin kaya seorang Muslim, baiknya kita semakin banyak berbagi kepada orang lain. Kita tentu akan berzakat lebih banyak dan dengan begitu kita membantu orang-orang yang lebih membutuhkan. Di samping itu, mungkin aku juga bisa menjadi perantara rezeki orang lain atau saudara kita sendiri.

Kalau boleh berkhayal, seneng deh rasanya setiap orang yang butuh dan mau pinjem uang, kita tinggal kasih dan bilang, "Gak usah diganti, gapapa." Atau, sesederhana kalau saudara butuh sesuatu, tanpa diminta kita bisa kasih sendiri sesuai kemampuan kita.

Ah, rasanya gak cuma dunia, tapi InsyaAllah bisa jadi sumber pahala juga bagi kita yang mengerti dan mampu mengendalikan hati dan harta. MasyaAllah ya, berkhayal memang paling nikmat wkwkkw.

Tapi, sebaik-baiknya manusia yang pandai dalam berusaha. Untuk jadi kaya, mungkin kita gak bisa tuh cuma berdoa dan minta sama Allah, tapi kita juga perlu usaha. Jadi, jangan menyerah dan tetap semangat ya untuk kita yang sedang berjuang.

Jangan lupa, berapapun hasil yang kita dapatkan--entah kaya atau biasa saja--jangan lupa untuk selalu libatkan Allah. Jangan lupa sedekah, jangan lupa berbagi kepada sesama, dan jangan lupa gunakan harta kepada hal-hal yang baik. Supaya kita tidak hanya senang, tetapi juga bahagia.

Okedeh, sekian dulu halunya. Hahaha. Semoga kita bisa jadi orang kaya, ya! Kaya harta dan kaya hati pastinya. Aamiin.


Sesuai dengan judulnya, mungkin kita seringkali dihadapkan dengan kondisi untuk memilih: apakah kita harus menerima rezeki ini atau justru menolaknya? Ya, situasi ini menjadi situasi paling sering ditemukan oleh orang-orang yang sudah bekerja. Dan aku baru merasakannya akhir-akhir ini. Maklum, anak baru banget di kehidupan sesungguhnya hehe.

Jadi, qadarullah-Nya aku sudah sering mendapatkanpekerjaan freelance dari tempatku menjabat sebagai brand ambassador di sebuah penerbit di kotaku. Awalnya aku tidak pernah menyangka akan bisa berkontribusi lebih di sana. Seringkali aku mendapatkan amanah baru untuk belajar.

Sejujurnya, aku senang sekali bisa bergabung di penerbit ini. Ada banyak hal yang sudah kulalui dan menurutku sejauh ini bisa mengembangkan diriku di bidang penerbitan. Selain diajak menulis (sebagaimana mestinya), aku juga seringkali diajak mengerjakan proyek penerbitan, seperti editing naskah, mendesain tata letak buku, dsb.

Aku jadi teringat pada sebuah celetukan yang cukup nyeleneh di masa lalu. Dulu kalau temanku bertanya, "Mau kerja di mana?" Jawabanku selalu diam. Tapi, pernah sekali aku menjawab dengan jawaban ini, "Bisa gak sih pekerjaannya aja yang nyari kita?" Wkwkw, sesederhana itu. Aku sampai gak tahu mau kerja di mana.

Dan, ya! Sejauh ini aku belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai, tapi ada aja pekerjaan yang datang ke aku. Enaknya jadi freelancer ya begini. Tapi, tentu ada gak enaknya juga, alias kalau memang sedang tidak ada pekerjaan yang ditawarkan, kantong kering dan gak bisa main sama temen-temen, hehehe.

Lah, kok jadi ke mana-mana, ya?  Wkwkw. Ya sudah, yuk balik ke topik.

Sebagai freelancer, aku tidak muluk-muluk jika ada pekerjaan yang datang. Suatu hari, kakak-kakak dari penerbit ini mengajak aku untuk memegang sebuah proyek penulisan dari sebuah lembaga besar di Indonesia. Awalnya, aku mengiakan. Karena aku selalu berusaha untuk tidak melewatkan sebuah kesempatan.

Kagetnya, kakak itu bilang, aku diminta untuk terjun lapangan sendirian. Awalnya sih mikir gak bakal gimana-gimana karena semasa kuliah juga sering pergi sendirian untuk meliput berita. Tapi, setelah dijelaskan teknisnya, aku cukup kaget dan bingung karena harus berada di antara senang dan sedih.

Kakak itu bilang, aku harus pergi ke 4 kota di daerah Jawa Tengah. Di sana aku harus mewawancarai beberapa pihak, mencari data, dan menganalisis tentang sebuah proyek. Sebenarnya, aku senang bisa mendapatkan kesempatan ini, pasalnya aku juga pernah terbesit untuk bisa "Jalan-jalan yang dibayar" alias bisa pergi ke sana-kemari karena melakukan pekerjaan yang dibayar sesuai hobi.

Kedengarannya menyenangkan bukan?

Tapi, di satu sisi, aku juga tak bisa pergi sendirian. Di samping aku tidak mampu, tetapi dalam agama juga tidak diperbolehkan seorang perempuan yang belum menikah bepergian tanpa mahramnya. Mungkin, ada juga yang memperbolehkan pergi sendirian, sebagaimana pendapat dari Lembaga Fatwa Mesir, Dar al-Ifta.

Dikutip dari Republika, Lembaga Fatwa (Dar al-Ifta) Mesir menyatakan, seorang perempuan boleh bepergian tanpa didampingi mahramnya dengan syarat-syarat tertentu, yaitu yang bersangkutan tetap terjaga baik agama, jiwa, kehormatan selama dalam perjalanan.

Namun, kasusku kali ini ternyata berbeda. Waktu aku menanyakan kembali teknisnya seperti apa, ternyata nanti aku akan didampingi oleh si Bapak yang menawarkan proyek ini. Setelah tahu itu, bukannya aku semakin percaya, malah semakin tidak yakin. Sebab, dengan begitu aku bukan lagi sendirian, tetapi memang perg bersama yang bukan mahram.

Awalnya sih biasa aja ya, karena aku juga ingin sekali mengambil kesempatan langka ini. Tapi, di satu sisi, karena aku sudah tahu hukumnya bagaimanya, akhirnya aku mencoba meminta izin kepada ayahku. Dan jawabannya sama seperti dugaanku, ia tidak mengizinkannya karena alasan yang sama.

Sejak itu, aku langsung menolak tawarannya tanpa babibu lagi. Aku sudah benar-benar yakin setelah mendapatkan jawaban. Setelah ini, muncul lagi pertanyaan dalam benak kita, menolak rezeki akankah menjadi dosa?

Menurutku, dosa dan pahala adalah urusan Allah SWT. Tapi, saat kita sudah mengetahui hukum dan syariatnya dan kita melakukannya, insyaAllah Dia Mahatahu tentang apa yang dilakukan hamba-Nya. Meskipun aku sempat khawatir, aku yakin ketika menolak pekerjaan ini karena untuk menjaga diri dan menjalankan perintah-Nya, Allah akan menggantinya dengan kesmepatan yang lain.

Aku tahu, mungkin banyak juga yang nantinya akan menyesali kesempatan ini jika mereka menemukan kondisi yang sama. Tapi, tidak denganku. Aku hanya yakin ketika kita menolak sesuatu karena Allah, tentu Allah juga akan mengerti ketika hamba-Nya tidak menerima rezeki itu.

Ya, meskipun satu harapan jalan-jalan itu hilang, insyaAllah akan ada rezeki lain yang entah bagaimana caranya Allah akan kabulkan di kemudian hari. Aku hanya sedang membiasakan diri untuk selalu berhusnudzon kepada Allah. Alhamadulillah, setelah itu aku sering merasa tenang.

Jadi, untuk kalian yang sedang berada di masa-masa mencari rezeki, jangan lupa untuk nomorsatukan Allah dulu sebelum memilih dari mana pintu rezeki yang akan kita masuki. Sebab, kita ini mencari uang jangan untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Maka kita harus menjemputnya dengan cara-cara yang baik.

Jangan pernah mengambil sebuah rezeki dan kesempatan besar kalau kita harus menggadaikan keimanan atau ketakwaan kita, sebab bisa jadi keberkahan itu tidak akan pernah datang. Jangan lupa juga untuk mensyukuri sekecil apapun rezeki yang datang kepada kita, karena kita yakin rezeki itu didapatkan karena sebuah keberkahan.

Yuk, perbaiki dulu niat bekerjanya. Jangan semata-mata karena uang, uang, dan uang. Oiya, jangan lupa libatkan Allah juga dalam setiap mengambil keputusan. Insya Allah, bisnis dan pekerjaan tidak hanya lancar, tetapi juga mendapatkan keberkahan yang luar biasa dari Allah.

Semangat untuk kita pejuang nafkah! ✨


Pada suatu malam, aku pernah bertanya kepada Allah. 

"Ya Allah, sampai kapan perasaan ini harus aku simpan? Sampai kapan aku terus menerus menyebut namanya dalam doa? Sampai kapan mencintai dalam diam itu ada jawabannya?"

Aku benar-benar memohon saat itu. Berharap ada jawaban langsung atau sinyal-sinyal dari Allah tentang apa yang seharusnya aku lakukan ketika dalam keadaan bingung seperti saat itu. 

Tapi, lagi-lagi Allah tak langsung membalas. Di satu sisi, aku juga memahami bahwa balasan dari doa memang tak selalu cepat. Bahkan ada yang sengaja Allah tunda untuk sebuah kebaikan yang lain atau bahkan tidak dikabulkan karena bukan sesuatu yang terbaik untuk dikabulkan.

Hampir setiap malam, aku merasakan kebingungan itu. Bahkan, aku juga bingung dengan perasaan yang terus tumbuh padahal tak ada pupuk yang aku tanamkan. Memberikannya air saja belum tentu. Entah mengapa perasaan itu bisa bertahan sampai waktu yang ternyata sudah memasuki satu tahun.

Padahal, jelas juga sinyal-sinyal dari arah lain, yang menyuruhku untuk tidak melanjutkan perasaan ini. Ya, semenjak memutuskan untuk memperhatikannya dari kejauhan, rasanya tak ada lagi alasan untuk bertahan pada sebuah perasaan yang tidak jelas.

Namun, lagi-lagi aku bingung, kenapa perasaan itu justru bertahan.

Tapi, kemarin malam, ada sinyal-sinyal dari jawaban yang selama ini aku nantikan. Pasalnya, ada orang terdekat yang secara inisiatif menanyakan sebuah kepastian. Padahal, aku sama sekali tidak pernah merekomendasikannya untuk melakukan hal itu.

Dan jawabannya, dia punya prioritas yang berbeda. 

Ya, jika disamakan dengan prioritas dan sesuatu yang sedang aku kejar, rasanya tak mungkin jika mengharapkannya terlalu jauh. Sebab, akan ada waktu yang lebih banyak kuhabiskan hanya demi menunggu dirinya--yang bisa saja juga akan membawa ujung yang tidak membahagiakan. 

Sejak mendengar kabar itu, hebatnya aku tak merasa sakit hati--karena jawaban yang berbeda--justru aku bersyukur karena hal itu membuatku menemukan jawaban yang selama ini aku nantikan. Sebab, bertahan pada ketidakpastian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, kita berasa hidup bersama bayang-banyang ekspektasi tak terkendali.

Mungkin, ini jawaban yang Allah berikan dari sekian banyak doa yang sudah aku panjatkan. Ternyata butuh waktu satu tahun untuk menemukannya. Aku hanya yakin, Allah pasti punya banyak kejutan lain di balik semua ekspektasi yang sudah aku buat sebelumnya.

Dengan begitu, aku memutuskan untuk tak lagi berharap. Aku hanya kembali menata diri, meminta petunjuk dan jawaban selanjutnya dalam menemukan jodoh dan kenyataan yang sesungguhnya. Cuma Allah tempat aku berharap.

Semoga kalian di luar sana juga selalu menggantungkan diri dan kehidupan kita kepada Allah, ya. Sebab, kita juga hidup atas kuasa dan karunia-Nya. Jadi, pinjaman hidup yang kita nikmati tentu akan dipertanggungjawabkan kelak.

Tetap semangat, ya!

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates