Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

 


Halo 2022,

Tahun baru, bukan berarti semuanya harus baru. Yang terpenting diri kita nih yang harus terus menciptakan pembaruan dan juga hal-hal positif lainnya yang harus terus ditingkatkan. Berkaitan dengan hal itu, sudahkah kita menuliskan cita-cita, resolusi, dan juga impian di tahun ini? Semoga apapun yang ingin dicapai, Allah mudahkan, ya. Aamiin.

Kali ini aku mau cerita dikit berkah di awal tahun. Lumayan tiba-tiba dan tidak terduga sih. 

Jadi, ceritanya waktu akhir tahun lalu, sekitar bulan Desember, aku membaca sebuah tawaran freelance dari salah satu penulis keren yang punya channel Telegram. Biasanya, penulis ini suka ngirim kata-kata motivasi setiap harinya di channel tersebut.

Fyi, aku emang ikutin beberapa channel penulis motivasi islam gitu. Pasti kalian juga pernah deh lihat di instagram. Biasanya penulis semacam ini tuh bikin konten-konten tulisan juga di instagram untuk memotivasi audiens. Nah, salah satunya nih, ada satu penulis yang emang aku ikutin udah cukup lama. Hayo, tebak, siapa ya? 😜✌

Suatu ketika, dia gak cuma posting motivasi di channelnya, tapi dia bikin pengumuman tentang freelance yang lagi beliau cari. Mulai dari editor, ilustrator, sampai layouter. Nah, dari situlah aku tertarik buat ikutan seleksinya. Terlebih ketertarikan aku terhadap dunia penerbitan emang udah melekat banget nih wkwk.

Sayangnya, dari ketiga posisi itu aku sebenarnya gak merasa ahli di semuanya. Pengennya sih ambil editor, tapi sejauh ini aku belum pernah menjadi editor profesional dan memang belum berpengalaman maupun bersertifikat. Fyi lagi, biasanya editor tepercaya ya yang sudah terverifikasi, karena mereka sudah melewati tahap ujian sertifikasi gitu. 

Nah, untuk project yang menurutku besar ini, kayaknya bukan waktu yang pas untuk 'coba-coba' jadi editor. Alias masih ngeri aja kalau jalan tanpa pengalaman. wkwk. Sementara posisi ilustrator, hmm jauh deh sama kualitas diri. Aku sama sekali gak bisa bikin gambar digital gitu. Eh, bukan gak bisa, tapi belum bisa! hehe.

Nah, tinggal satu posisi nih yang aku bisa ambil, yaitu layouter atau penata letak. Alhamdulillah, selama freelance hampir 1 tahun di Inspira Pustaka, aku sudah beberapa kali bantu layout buku. Padahal ya sebenarnya belum ahli juga sih. Tapi, setidaknya aku punya pengalaman itu sedikit dariapda dua posisi lainnya, hehe.

Yaudah deh, habis itu aku coba submit data ke gform yang sudah disediakan. Untungnya sih gak ribet harus pake CV atau apa. Di form tersebut sudah ada data-data yang harus kita isi dan juga input portofolio. That's it.

Setelah selesai isi, seperti biasanya aku langsung lupa. Gak tau ya, setiap submit kerjaan selalu dilupain, kayak niat gak niat wkwkw jadi aku juga gak nungguin hasilnya kapan dan gimana, sih. Sudah tuh, berlalu beberapa hari. Aku jalanin hidup biasa aja tanpa mikirin itu.

Tiba-tiba suatu ketika, aku lagi ketemu sama teman-teman di cafe, si penulis tersebut nge-whatsapp aku dan minta meeting saat itu juga. Kaget? pasti dong. Aku mikirnya ini aku bakal diwawancarain. Untungnya temanku saat itu ada yang bawa laptop, jadi saat itu juga aku meeting tanpa persiapan.

Dan tau gak, ternyata bukan wawancara, alias langsung dikasih tau kalau beberapa hari lagi aku langsung mulai kerja! Hwaaa, luar biasa. Seketika aku bahagia banget. Di awal tahun dapat kesempatan untuk kontribusi dalam menerbitkan buku seorang penulis yang followersnya ratusan ribu itu. Alhamdulillah.

----------------------------------------

Satu hal yang aku pelajari dari kesempatan ini, bahwa Allah tahu betul apa yang aku butuhkan. 

Mungkin teman-teman banyak yang tahu bahwa aku pengen banget jadi penulis besar. Dengan begitu, aku bisa bermanfaat untuk masyarakat yang lebih luas. Aku juga bisa berkontribusi meningkatkan literasi teman-teman di Indonesia. Menjadi penulis adalah salah satu cita-cita yang bukan hanya untuk dunia, tetapi juga bisa jadi bekal buat akhirat.

Namun, dengan cita-citaku yang tinggi itu, apakah Allah langsung kabulkan? Tidak.

Saat ini, aku justru disibukkan oleh hal-hal lain. Aku ikut bantu orang lain terbitkan bukunya, aku pernah berbagi ilmu melalui acara literasi, aku justru sekarang sering menyiapkan tata letak untuk buku orang lain.

Sedih? Enggak, justru aku bersyukur sama Allah karena aku justru bisa tahu bagaiamana proses menerbitkan buku. Aku juga bahkan bisa mewujudkan cita-citaku untuk bermanfaat meskipun bukan tulisan yang kubuat. Menjadi penata layout juga merupakan bentuk kontribusi agar bermanfaat kan? Apalagi penulis ini udah skala nasional dan buku-buku sebelumnya juga luar biasa:')

Dengan hal ini juga aku yakin bahwa gak ada yang gak mungkin untuk aku bisa seperti klienku kali ini--jadi penulis besar. Kadang untuk menciptakan sebuah rumah impian kita perlu mencicil bahan-bahannya satu per satu; beli batu batanya, semen, cat, atau barang lainnya. 

Begitu juga dengan impian, Allah mau aku belajar satu per satu dulu sampai aku bisa mewujudkan mimpi terbesarnya, yaitu jadi penulis. Siapa tau saja, dengan bisanya aku A, B, C, D ini bisa membuat aku bisa menerbitkan bukuku sendiri suatu saat nanti.

Bukankah selalu ada hal-hal baik di balik apa yang Allah kasih kepada hamba-Nya? Sama seperti postingan ini, semoga saja kamu yang baca bisa ambil hikmahnya ya. Maaf kalau masih ada kurang-kurangnya. Ambil baiknya, buang buruknya. Oke?

Terima kasih sudah mau membaca ceritaku. Hehee.



Sebelum berangkat, aku sudah dipesankan tiket untuk berangkat berenam (masing2 ketua tim) dari Stasiun Ps. Senen ke Stasiun Yogyakarta. Kereta dijadwalkan berangkat pukul 5.55. Awalnya aku mengiyakan saja pilihan teman-teman yang lain. 

Setelah berselang beberapa jam, baru terpikir "Yah, berangkatnya gimana ya?" Pasalnya, kereta commuter line paling pertama cukup riskan karena estimasi sampai di stasiun tujuan (Gondangdia) bisa tidak tepat waktu. Aku takut ketinggalan kereta. 

Alhasil, malam-malam, aku chat beberapa teman yang rumahnya bersedia menampung aku. Alhamdulillah ada. Kebetulan, temanku ini adalah teman satu tim (yang tidak berangkat). Jadi, bisa sekalian mengurus pekerjaan yang sedang kita selesaikan.

Esok harinya, aku berangkat pagi dari rumah teman. Eh.. Qadarullah, setelah setengah perjalanan, ojol yg kutumpangi bannya bocor. Jadi, aku harus berganti ojol untuk bisa mengejar waktu keberangkatan kereta. Cukup memakan waktu saat itu.

Setelah ojol berganti, saya meminta sang sopir untuk bergegas. Sebab, waktu sudah menunjukkan setengah 6 pagi. Saya takut telat. Kemudian, ojol itu bergerak cepat, sampai-sampai mata perih, kacamata hampir jatuh, dan helm yang hampir terbang 😅

Selama perjalanan, aku tidak berani melihat jam atau hp. Aku hanya terus brsholawat dan berdoa biar dimudahkan. Sesampainya di Stasiun Pasar Senen, Qadarullahnya aku ketinggalan kereta 🥲🙏
.
.
Sederhana, tapi entah mengapa dari kejadian perjalanan hari itu sangat memberikan pelajaran. 

Kadang, mau sebanyak apapun usaha yang dilakukan untuk sesuatu yang tidak Allah takdirkan, maka hasilnya akan tetap sama. Pun, apabila sesuatu sudah ditakdirkan untuk kita, seminim apapun usaha ya akan tetap datang kepada kita. 

Mungkin, hari itu Allah menakdirkan aku telat. Meskipun udah usaha cari penginapan, cari izin nginep di rumah teman, berangkat sepagi apapun, eh.. tetap aja telat gara-gara ban ojol bocor. Bener2 gak kepikiran. Hahaha.

Dan mungkin, takdirnya Allah ingin kasih aku pengalaman lagi bagaimana rasanya naik pesawat setelah sekian lama gak pernah naik pesawat lagi. Wkwk. Alhamdulillah, makasih ya Allah 🥰

#MenebarCahaya

Setiap bertemu tanggal ini, aku selalu ingat pada seorang laki-laki yang dulu menjadi teman lamaku. Seorang teman yang pertama kali kulihat wajahnya setelah satu minggu pertama masuk Sekolah Dasar. Laki-laki yang rambutnya 'berbuntut' alias panjang adalah seseorang yang mencuri perhatianku saat sedang upacara di hari Senin.

Sebagai seorang bocah yang belum ngerti apa-apa, mungkin perhatian itu hanya muncul karena merasa senang mendapatkan teman baru. Ditambah lagi, kepribadianku yang saat itu sulit sekali akrab dengan kawan baru membuat sedikit tenang karena ada anak baru yang juga akan beradaptasi sama sepertiku.

Namanya Rafdi, lengkapnya Muhammad Rafdi Hamzah Hardjanto. Anw, maaf ya Rafdi, aku tulis namamu lengkap di sini. Izinkan aku menulis satu postingan yang entah akan dilihat kamu atau enggak, sih. Yang jelas aku hanya ingin mengutarakan dan mendokumentasikan orang-orang baik yang pernah ada di hidup aku.

Oiya, Rafdi saat itu muncul sebagai anak baru ketika sekolah baru masuk selama 7 hari, seingetku begitu. Jadi, sebenarnya dibilang anak baru pun ya kita semua masih anak baru. Entahlah, aku juga tidak begitu yakin. Tapi, saat itu ia memang tak pernah kelihatan sebelumnya.

Tiba-tiba, dia berdiri beberapa baris di depanku dengan rambutnya yang panjang di bagian belakang. Padahal, belum lama ini sekolah baru saja memberitahu bahwa anak kelas 1 SD yang baru masuk tidak boleh berambut panjang. Ya, walaupun peraturan ini berlaku untuk semua murid sih, gak cuma kelas 1 aja hehe.

Tapi, karena keunikannya itu aku juga jadi penasaran siapakah dia. Ternyata pas masuk kelas, dia sekelas sama aku. Lalu, dia memperkenalkan diri di depan kelas dan duduk di bangku yang tak jauh denganku. Bahkan seingatku, dia pernah duduk depan belakang sama aku (tapi, entahlah aku juga lupa persisnya bagaimana dan kapan itu terjadi.)

Singkar cerita, posisi duduk yang tak jauh membuat kita jadi teman sepermainan kala itu. Aku juga gak lupa, bahwa dulu kita berdua dekat juga dengan Rifqi (yang sering kita sebut Abang), waktu itu dia duduk bersama Rafdi, dan Zahra yang saat itu menjadi teman sebangkuku.

Aku juga ingat, setiap kali ada tugas kelompok, kami selalu mengupayakan diri untuk tetap berempat. Lucu sih, apakah kamu masih ingat itu semua Rafdi?

Sampai pada akhirnya, di kelas 2 SD, saat itu kamu sudah mulai jarang masuk. Awalnya, wali kelas bilang kamu sakit. Semua teman-teman pun memaklumi. Abang yang menjadi teman dekatmu pun tahunya begitu. Sampai suatu ketika, aku merasa ketidakhadiranmu membuat opini 'sakit' jadi kurang wajar. "Masa iya sakit selama ini?"

Entah ada cerita apa lagi setelahnya, aku lupa-lupa ingat. Yang jelas, aku ingat suatu hari Haidar (teman sekelas kita, yang pernah jadi ketua kelas) bilang kalau Rafdi sedang mempersiapkan berkas untuk perpindahan. Sebagai anak kecil yang polos, aku bahkan berpikir bahwa dia hanya akan pindah rumah.

Setelah rumor itu beredar, aku kaget tiba-tiba Rafdi masuk sekolah lagi. Lalu, beberapa hari kemudian absen lagi, dan begitu lah hal yang ia lakukan berulang kali. Aku juga tak mengerti kenapa bisa seperti itu.

Tapi, ada satu masa saat dia kembali ke sekolah. Waktu itu, aku ingat sekali kita sedang jam ngaji di masjid (yang dulu disebutnya T2Q= Tahsin, Tahfidz, Quran). Kelompok Rafdi dan aku memang berbeda, tetapi saat itu kelompok kami berkumpul bersebelahan. 

Sebagai teman dekat, sepertinya Rafdi menyadari bahwa saat itu aku mulai kecewa dan khawatir karena kondisi Rafdi yang sering hadir dan absen di sekolah. Bahkan Rafdi tak mengucapkan apapun kepada teman dekatnya sendiri--aku, Abang, atau Zahra. Jadi, kami benar-benar kecewa soal itu.

Namun, saat itu, tiba-tiba ia menuliskan surat dan memberikannya kepada aku. Tulisannya aku lupa, tapi intinya ia meminta maaf karena gak bisa ikut hadir dan main bersama kami bertiga belakangan itu. Dan satu hal lagi yang lucu kalau diingat, ia juga menuliskan "Aku suka kamu" di belakang kertasnya.

Hahaha, tulisan anak kecil. Tahu apa soal rasa suka dan cinta. Aku yakin saat itu hanyalah perasaan senang karena bisa sama-sama punya teman dekat. Namun, sayangnya, surat itu menjadi interaksi terakhirku bersama Rafdi.

Besoknya, ia benar-benar absen. Sampai kutunggu ia masuk lagi, eh..Tak kunjung datang. Setelah berusaha mengikhlaskan, aku, zahra dan Abang baru tahu bahwa Rafdi pindah ke Belanda untuk ikut orang tuanya bekerja. Ya, bukan hanya pindah rumah, tapi pindah sekolah dan juga pindah negara.

Sedih. Pasti. Itu yang aku rasakan kehilangan teman kecil yang sangat berkesan. Sampai saat ini, Rafdi masih di luar negeri dan sedang fokus meraih cita-citanya menjadi pilot. Karena aku berteman dengan orang tuanya di Facebook, sedikit banyak cerita sering kulihat dari foto dan postingannya.

Senang sih, melihat perkembangan teman kecilku yang kian sukses. Aku ikut bangga dan bahagia melihat Rafdi yang kini sudah menjadi lelaki dewasa--yang pasti sudah digandrungi banyak wanita. Hahaha. Aku juga gak yakin kalau Rafdi masih kenal dan ingat sama aku atau enggak.

Berkaitan dengan hal itu, 3 Desember adalah ulang tahunnya. Aku lupa bagaimana aku bisa tahu tanggal lahirnya. Yang jelas, setelah sekian lama tak berkomunikasi, aku pernah mencoba menghubungi Rafdi lagi di hari ulang tahunnya dengan mengucapkan selamat beserta doa-doa.

Jadi, postingan ini aku dedikasikan untuk Rafdi yang sedang berulang tahun. Selamat ulang tahun, ya. Meskipun aku gak pernah tahu kabar dan keadaanmu sekarang, semoga kamu bahagia, sehat, dan selalu sukses. Semoga juga Allah selalu melindungi kamu di manapun kamu berada. Aku mendoakanmu untuk jadi orang yang sukses, jadi pilot keren yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Terima kasih karena sudah pernah menjadi teman kecilku. Sebagai orang yang ingatannya cukup kuat, aku tak akan pernah lupa dengan teman kecil yang baik seperti kamu. Meskipun kalau kamu sudah melupakan aku, hehe. Gapapa, dengan mengingatmu saja aku sudah cukup senang.

Oiya, kalau kamu lupa, kamu bisa lihat orang-orang di cover photo postingan ini. Mungkin kamu tahu dan ingat beberapa di antaranya. Itu fotonya diambil pas kelas 3 SD sih, jadi sudah tidak ada kamu. Pun, kayaknya waktu kelas 1 dan 2 belum ada foto bersama kayak gini deh. 

Selain itu, aku kasih deh beberapa foto kelas kita. Semoga kamu gak lupa orang-orang di foto ini, ya.



-------------------------------------

Postingan ini dibuat atas dasar dokumentasi saja, bukan untuk menyinggung atau bahkan menyakiti pihak mana pun. Semoga tidak salah paham, ya 😉



Terlihat seorang perempuan kebingungan mengatur komposisi gambar. Dilihatnya ada beberapa kamera yang harus ia pegang. Sambil bersiap dan mengatur posisi, kemudian seorang lelaki menghampiri.

"Bisa?" tanyanya, melihat perempuan itu sibuk sendirian.

Mata perempuan itu terbelalak. "Bisa, bisa sekaget ini rasanya," jawab perempuan itu dalam hatinya, ketika melihat lelaki yang sudah lama tak menyapanya itu kembali menghampirinya.

Pada kenyataannya, perempuan itu hanya terdiam seolah-olah semuanya bisa diatasi sendirian.

"Nanti pakai ini saja," lelaki itu menyodorkan bantuannya. Ia memberikan kameranya.

Si perempuan termenung sekejap, ia sama sekali tak bisa melihat lelaki yang saat itu berdiri di sebelahnya. Bukan tak bisa, ia hanya tak ingin. Tak ingin membuat masalah baru pada hati yang tak lagi mau.
_____________

Hari itu adalah hari yang jarang terjadi. Setelah sekian lama seorang lelaki yang sempat mendekatiku itu menghilang dari kehidupanku. 

Kutuliskan kejadian ini bukan berarti aku sedang berharap padanya. Justru, aku hanya kaget ternyata jarak yang sudah diciptakan bisa serapat seperti waktu itu terjadi. 

Pada saat dia mendekatiku, aku memang tak pernah ada niatan untuk membalasnya. Sebab, aku punya prinsip yang harus selalu terjaga. Dibilang punya rasa pun, bisa jadi tidak. Seringnya aku hanya kagum pada seseorang karena kepribadian yang dimilikinya. 

Saat itu, aku menghargai perasaannya. Tanpa memberi harapan dan tanpa memberi kepastian. Kalau saat itu ia ingin bertahan, akan selalu kupersilakan. Namun, ketika ia memilih untuk meninggalkan, aku pun tak keberatan. 

Hanya saja yang ku sayangkan, segala hal yang kukagumi dari lelaki itu tiba-tiba hilang karena seseorang. Dia lah yang menciptakan jarak antara aku dan dia, sehingga untuk berteman pun tidak bisa. Bahkan, sepanjang apapun penjelasan bahwa aku tidak mengharapkan si laki-laki, tetaplah tak cukup bagi orang itu untuk membuat kami seakan bermusuhan.

Dari sanalah rasa khawatir dan ikhlas mulai terbentuk. Aku tak lagi berharap meskipun sekadar menjadi teman. Aku pikir, tak ada lagi momen yang mempertemukan kita, sehingga tak akan ada peluang semua itu kembali tercipta. Bahkan sekadar saling menyapa pun tak lagi kupinta. 

Tapi, hari itu, semua terjadi. Aku cukup kaget ketika melihatnya kembali memulai percakapan. Di satu sisi, aku senang karena ternyata masih ada tanda-tanda bahwa kita akan berteman dalam keadaan baik-baik saja; tanpa luka dan tanpa rasa suka. Tapi, di satu sisi aku khawatir, masih tentang topik yang sama; yaitu tentang seseorang yang telah menjauhkan kita.

Tak apa. 

Aku bahkan tak memikirkannya terlalu jauh. Aku hanya bisa berdoa atas segala kemungkinan yang terbaik. Doaku juga selalu kutambah, agar teman-teman yang meninggalkanku tetap bahagia pada pilihannya. Termasuk lelaki itu. Semoga engkau bahagia selalu.

Selamat bulan Desember.
Selamat mengulang cerita di November dan semangat mengukir cerita baru di akhir tahun.


Kalau sudah kumpul keluarga, kini hanya aku seorang yang jadi bulan-bulanan di keluarga mama. Selalu ditanya kerja apa dan kapan nikah. Saudara lain yang seumuranku sudah lebih dulu menikah, sementara satunya lagi sudah jarang bertemu akibat divorce dan pisah rumah. Dan saudara perempuan lainnya masih pada sekolah dan masih jauh untuk membahas soal nikah.

Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu menyiksaku, bahkan seringnya aku justru mengaminkan doa-doa mereka yang berharap aku cepat segera menikah. Dan setiap ditanya, aku selalu iseng menjawab "Doain, ya, tahun depan." Lucu sih, setiap aku balas dengan jawaban itu, wajah-wajah mereka terlihat bahagia dan segera menanyakan hal itu lebih detail.

"Siapa calonnya?"
"Emang udah ada?"
"Kerjanya apa?"
"Coba liat mukanya."
"Bagus gak sholatnya?"

Aku cuma bisa jawab, ada. Ya memang ada, cuma siapanya itu yang masih belum tau. Hahaha. 

Sementara keluarga intiku, seperti mama dan kakak perempuan, selalu mendukung aku untuk segera mengurus CV untuk taaruf. Meskipun pernah gagal sekali, mereka terus menyemangatiku untuk tidak takut memulai lagi. Yaa... sebenarnya aku juga gak terlalu buru-buru bahkan gak merasa trauma juga untuk proses yang gagal kemarin. Tapi, kalau melihat target dan impian, tahun depan adalah batas waktu untuk aku menikah sesuai harapan, alias menikah di usia 23 tahun. 

Selagi menanyakan kesiapanku, aku sesekali membahas perasaanku kepada Ibrohim Fadlannul Haq, alias Boim97 yang sudah kukagumi sejak lama. Entahlah, sudah hampir lima tahun menyukainya memang terlihat mustahil untuk benar-benar didapatkan. Ditambah lagi, kisahku dengan Boim hanya terlihat sebagai kisah fiksi dalam sebuah novel. 

Tak hanya itu, ketika aku bercerita tentang perasaanku ini kepada mereka (keluarga intiku), mereka cuma menganggapnya sebuah guyonan. Padahal, aku sesekali merasa ini bukan hanya perasaan terhadap fans kepada idolanya, melainkan seperti layaknya suka sama orang yang benar-benar sudah dikenal. Ya padahal aslinya juga gak saling kenal hahaha. 

"Yah, itumah gak mungkin," kata kakakku. 
"Ya nggaklah, itu cuma khayal-khayalan, kayak kamu dulu ke artis-artis korea," timpa mama.
"Orang mana dia?" tanya Papa, "Indo, tapi lagi di Yaman." Jawabku.
Lalu, papa menambah lagi, "Wah, jauhlah itumah pokoknya, kirain beneran."

Sedih sih, tapi ya memang bener juga. Ngapain berharap sama seseorang yang sudah jelas gak kenal sama kita. Padahal, ya di satu sisi gak ada yang mustahil bagi Allah 'kan? 

Tapi, ya memang harus realistis sih. Kadang kita juga gak baik berharap sesuatu yang berlebihan sama manusia. Pun, aku juga ngerasa gak mungkin menang bertarung doa dengan fans boim lainnya. Hahaha. Gile, dari 400 ribuan followersnya pasti gak cuma aku yang berharap bisa kenal lebih jauh sama dia. 

Hahaha, sudahlah, lupain aja. Itu cuma cerita intermezzo wkwk. Yang jelas, realitasnya aku kepikiran tentang kata-kata dan harapan keluarga soal aku yang belum menikah. Aku cuma kepikiran di mana ya nanti aku ketemu sama jodohku, kira-kira siapa ya yang nantinya mau mempersuntingku, dan kapan ya semua itu terjadi? 

Ah, sudahlah! Gak perlu dipikirkan terlalu jauh. Aku yakin kalau memang sudah waktunya, Allah pasti akan hadirkan. Pun dengan siapa dan kapan, Allah paling tahu mana yang cocok dan kapan waktu yang tepat. Sekarang-sekarang ini Allah masih ingin lihat sabarnya aku dalam menanti dan memperbaiki diri. 

Aku juga tidak begitu resah sih soal ini. Karena hidup kan bukan hanya soal menikah. Ada kematian pun yang harus dipikirkan, ada banyak amal sholih lain yang harus dikerjakan, dan ada banyak juga kewajiban yang harus diselesaikan. 

Semangat! 
Buat calonku, yuk buruan yuk datang ke rumah. Minimal kenalan dulu lah~
Hahaha, gak deng! Bercanda. 

Waktunya berdoa aja ya, gak cuma untuk aku tetapi juga untuk kalian. Semoga dipertemukan ya dengan orang yang tepat di waktu yang tepat. Semoga jodohnya baik, sholih/sholihah, pokoknya yang bisa bawa kita ke surganya Allah. Hehe aamiin. 

Selamat menunggu, ya. 
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates