Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Suatu hari, aku membuat sebuah pernyataan minta maaf perihal kesalahanku selama setahun belakangan ini. Ya, momen takbiran tepatnya. Aku membuat sebuah story untuk menyampaikan permohonan maaf kepada teman-teman semua dalam rangka membangun pribadi yang lebih baik lagi.

Tak spesifik ditujukan kepada siapa, ternyata banyak juga yang tiba-tiba membalas story tersebut dan mengucapkan permohonan maaf yang serupa. Maklum, momen maaf-maafan ini memang sangat wajar minimal setahun sekali. 

Namun, kagetku, satu di antaranya adalah seseorang yang sudah lama tak pernah menghubungiku. Bisa dibilang, ia teman lama. Pun beberapa kali--kalau kamu jeli--aku sering menceritakannya di blog ini. Memang tak pernah gamblang sih ceritanya. Mungkin banyak juga yang tidak menyadarinya.

Ia adalah seorang teman lama, yang dulu kita sempat merasa dekat sekali, tetapi hubungan itu sempat berhenti karena sebuah kesalahpahaman yang bahkan sampai saat ini masih suka menimbulkan pertanyaan. Entahlah, tiba-tiba ia meminta maaf juga di malam itu.

Harapku, dengan momen itu semua permasalahan yang dulu sempat hadir di tengah-tengah kita sudah selesai. Aku juga merasa dia sudah lebih baik meresponsku. Aku juga ingin bisa dekat lagi dengannya seperti sedia kala.

Beberapa momen selanjutnya, tiba-tiba dia memesan buku keduaku. Sebenarnya, aku cukup bertanya-tanya sih, "Kok dia beli buku aku, ya?" Tapi, aku juga tidak munafik, aku senang ketika dia memesan bukuku. Rasanya seperti dihargai.

Setelah itu, percakapan kita berhenti setelah transaksi buku selesai. Sedih sih, seperti ada satu jalan terang dalam hubungan pertemanan kita, tetapi hal itu seakan masiha da yang menghalanginya. Kita benar-benar bercakap karena ada kepentingan, ia tidak memanjangkan percakapannya pun dengan aku yang merasa takut untuk bisa berlama-lama bercakap dengannya.

Sejujurnya, aku inginnya sih bisa sesimpel dulu; bisa saling cerita, balas story dengan bercanda, berlama-lama bercakap hanya karena balesin jokes yang gak jelas. Hahaha, menyenangkan rasanya saat itu sebelum kecanggungan ini melanda huhu.

Beberapa hari setelahnya, ternyata harapanku tetap terus bersemayam di dalam pikiran. Berharap setiap kubalas story dan mencoba mencairkan suasana, ia kembali menyambutnya. Nyatanya belum demikian, bahkan beberapa kali pun tidak ia jawab entah sengaja atau tidak.

Pun suatu ketika, ia menyanyikan 2 buah lagu di hari yang berbeda, lalu ia posting di story instagramnya. Setiap ia bernyanyi, aku semakin merindukannya. Kutilik lagunya, liriknya seakan mewakili hubungan pertemanan kita. Benar-benar se-relate itu. 

Entah perasaan ini memang bentuk dari angan-anganku saja, atau memang itu ditujukan untukku. Rasanya ingin membalas, tapi aku sadar diri aja. Seringnya justru tak pernah ada balasan langsung darinya, jadi kemungkinan besar aku saja yang terlalu berharap.

Tapi, aku tak henti-hentinya berdoa supaya Allah meluruskan kembali hubungan pertemanan ini. Semoga Allah segera membuang canggung ini dan kembali mempersatukan kita dalam kenyamanan kita masing-masing.

Salam rinduku padamu.

Bukan hanya untuk seseorang yang kuceritakan di postingan ini, 

tetapi juga pada kalian yang sudah lama tak pernah bercengkrama, 

sibuk menghadapi realitas, dan lupa pada masa lalu yang pernah bersama.


Bismillah. 

Hari ini pertama kalinya bisa bagi-bagi THR ke adik-adik keponakan. Sebenarnya uang yang kupunya gak seberapa, project terakhir yang aku kerjain juga gak mahal bayarannya. Tapi, entah kenapa tahun ini aku sudah meniatkan diri untuk memberi sebagian rezekiku sama mereka. Walaupun nominalnya receh banget sih. Selain itu  aku juga kasih ke uwa-uwa yang juga sudah kuanggap sebagai orang tua aku lainnya. 

Ternyata vibesnya berbeda ya dari yang sekadar minta-minta dengan yang ngasih THR. Bukan jumlahnya, tapi proses perpindahan rezekinya yang menyenangkan. Bahkan, sebenarnya orang-orang tuh sangat menghrgai "pemberiannya", bukan karena jumlah uangnya. 

Aku gak bakal nyangka bahwa uwa-uwaku sebahagia iti bisa dikasih sama orang yang keliatannya pengangguran seperti aku. Mereka meragukan aku sih. Mereka nanya, "Asikk, Sasa udah dapet kerja ya?" Jawabku hanya, "Belum sih, tapi ya lumayan lah kemarin lagi ada rezeki. Maaf ya uwa, baru bisa ngasih dikit."

Kukira mereka bakal bercandain balik karena aku gak enakan sama pemberianku yang sedikit ini. Tapi, ternyata mereka menghargai itu. Bahkan mereka bilang, "Kajeun teuing dikit, yang penting mah niat baiknya. Makasih ya, Sa. Sing dilancarkeun rezekina..."

Artinya, "Gapapa sedikit juga, yang penting niatnya baik. Maksih ya, Sa. Semog rezekinya dilancarkan." 

Itu feedback terbaik. Didoakan. Mulai dari perkara rezeki, hingga didoain dapet jodoh. Wkwk. Lumayan kan dapat doa dari orang-orang. 

MasyaAllah sih, ternyata memberi itu bahagianya lebih double daripada sekadar menerima. Emang sih, ngasih sesuatu itu gak harus besar atau mahal, yang penting ikhlas dan berniat bahagiakan mereka. Aamiin... 

Semoga aku masih diberikan umur dan kesempatan sama Allah untuk bagi2 lagi di tahun berikutnya ya. Aamiin. Semoga juga rezekinya makin melimpah, biar ngasihnya bisa banyak dan manfaatnya semakin meluas hehehe aamiin.

Kalo kamu, ada cerita apa di lebaran tahun ini?

Oiya, mohon maaf lahir dan batin, ya!


Sedikit tentang "Cahaya"

Dari dulu, saya suka nulis cerpen: di blog, di buku tulis, bahkan saya sering nulis cerita untuk sahabat saya dalam secarik kertas buku yang disobek. Setelah masuk kuliah jurnalistik, saya merasa itu menjadi penting karena ternyata dari pengalaman sekecil itu bisa memudahkan saya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Sejak saat itu saya merasa mempelajari berbagai jenis tulisan rasanya bisa menyenangkan dan memudahkan--meskipun sampai saat ini saya juga belum menguasai semuanya, tapi saya akan terus belajar. Pada detik itulah salah mulai coba belajar menulis berbagai jenis tulisan, dimulai dari tulisan yang lebih panjang, yaitu menulis novel.

Bermula ikut kelas-kelas nulis, baca-baca buku, cari tahu pengalaman orang, dan berakhir pada pengalaman bikin buku antologi, ternyata menyenangkan juga, ya. Setelah itu, di tahun 2018, saya mencoba membuat kisah bersambung di blogger pribasi, dan saya coba bagikan kepada teman-teman supaya saya tahu penilaian dari orang lain.

Alhamdulillah, saya gak menyangka waktu itu banyak yang komen baik, banyak yang dukung, banyak minta episode selanjutnya, dan banyak yang minta dibukukan. Saya 'kan jadi semangat, hehe. Terima kasih support-nya teman-teman.

Diam-diam saya melanjutkan naskah ini dan saya coba ajukan di salah satu penerbit. Rencananya sih waktu itu mau jadi buku pertama, makanya judulnya "Cahaya" supaya jadi masterpiece yang iconic aja hehe. Eh.. Qadarullah, keduluan sama naskah lain. Alhamdulillah ini jadi "anak kedua" yang baru bisa terbit di tahun 2022.

Alhamdulillah, tapi gak apa-apa. Yang penting naskahnya terbit. Biar saya bisa mengabadikan karya-karya saya dan membersamai metamorfosis gaya penulisan saya dari waktu ke waktu. Semoga diwajarkan apabila buku ini belum sebaik karya di luaran sana. Tapi, saya bangga karena buku ini yang menjadi saksi perjuangan saya di dunia tulis menulis.

Mau baca?
Ikutan Preorder aja, yuk. Langsung klik link WA di bawah ini aja:
https://wa.link/soolep

Preorder hanya akan dibuka satu kali, jadi jangan sampai ketinggalan, ya!

Hari ini, akun @menebar.cahaya mendapat 10k followers. Gimana perasaannya? Gak nyangka! Sejujurnya aku juga kaget banget kenapa akun ini bisa melesat dengan cepat kayak gini. Ada ceritanya loh di balik ini semua.

I love sharing. Aku suka banget berbagi sesuatu sama orang. Mungkin ada kaitannya dengan love language aku yang 30% receiving gift, alias suka dikasih sesuatu dan suka memberikan sesuatu. Entah kenapa ketika kita kasih sesuatu ke orang lain atau bisa bermanfaat orang lain tuh, aku seneng aja. Jadi kayak kasih satu kontribusi untuk hidup seseorang.

Ya, aku bahagia ketika melihat orang lain bahagia. Sering sih, mendahulukan orang lain daripada diri sendiri selama hal itu gak merugikan aku juga. Bisa dibilang, bahagiaku ketika melihat orang lain bahagia, apalagi bahagia karena aku. MasyaAllah.

Mungkin itu semua terjadi dan terbenam dalam diri aku sendiri semenjak aku meyakini bahwa namaku ini adalah doa. Nur artinya cahaya, Nafisah adalah yang bernilai. Aku tak tahu pasti apa harapan orang tuaku akan nama itu. Tapi aku percaya, namaku ini menjadi doa untukku agar aku bisa memberikan manfaat ke banyak orang, agar aku bisa berdampak bagi sekitar, agar aku bisa menerangi orang lain dengan cahaya yang aku punya.

Itulah kenapa muncul tagline #MenebarCahaya. Sebelumnya belum aku buat akun khusus, masih sekadar hashtag aja sih setiap aku posting sesuatu di media sosial. Awalnya untuk branding diri aja supaya orang lain lebih mudah mengenal aku. Alhamdulillah, lumayan berdampak juga dengan tagline itu. Semakin lama aku jadi melekat dengan menebar.cahaya.

Nah, kebetulan, aku merasa terbantu sama nama itu. Cahaya adalah kata yang aku jadikan motivasi banget. Aku pengen banget jadi cahaya buat orang lain, meskipun cuma setitik, lalu mati dan pergi. Setidaknya, cahaya itu bisa menuntun orang dari kegelapan dan pernah jadi bagian dalam proses hidup seseorang.

Kemudian, setelah hashtag itu aku pasang terus di instagram pribadi, kok rasanya ada redup-redupnya ya. Kadang di instagram pribadi tuh aku malu untuk posting tentang diri sendiri terus. Ditambah lagi pernah tuh aku dapet komenan negatif gitu ketika aku sharing sesuatu. Bukannya baper sih, cuma malu aja ngerasa gak pantes ngajarin orang gitu. Jadi, pernah deh ngerasa down banget dan gak tau harus berbuat apa lagi supaya bermanfaat.

Nah, ditambah lagi, kalau mengandalkan aku pribadi sendiri tuh kadang kehabisan momen. Mikir2, kalau sharing pakai akun pribadi tuh bebannya lumayan. Setidaknya aku harus jadi 'ahli' dulu untuk bisa sharing ke orang. Aku ngerasa gitu sih. Padahal ya sebenernya enggak juga. Intinya aku malu aja sih untuk bikin konten di instagram. Aku tuh masih gak percaya diri gitu buat lakuin yang menarik perhatian banyak orang.

Aku sadar akan kekurangan itu. Aku tuh gak bisa jadi pusat perhatian. Dalam dunia nyata juga begitu, gak cuma di dunia maya. Kadang malu kalau postingan tiba-tiba viral atau dikomen ini itu sama orang lain. Tapi di satu sisi, kayak pengen bangun suatu akun yang dampaknya luas gitu. Tapi gimana caranya, ya?

Dari situlah muncul ide bikin akun berbeda. Awalnya niat untuk portofolio diri. Berhubung aku suka menulis, desain tipis-tipis, dan suka ngelola instagram, yaa.. Aku coba aja deh buat akun @menebar.cahaya ini sebagai salah satu investasi kebaikan, yang semoga bisa berdampak luas untuk teman-teman dan menjangkau orang-orang baru di luar sana.

Dulu, buat akun ini khusus untuk kalau lamar pekerjaan, sih. Biasanya suka insert link akun ini, karena awalnya aku sharing tentang desain aku, tulisanku, buku apa aja yang sudah aku tulis, dll. Aku juga ngefollow teman-teman dekat aja yang aku kenal. Dan dari akun baru inilah muncul pendapat bahwa "Kayaknya di akun ini bebas deh mau sharing apa aja tanpa takut-takut." Gatau kenapa bisa muncul pikiran kayak gitu, padahal kayaknya sama aja gaksi (?) hahaha.

Ya sudah deh, berjalan berjalan berjalan, ngonten, daaaannn tiba-tiba segini~ Gak nyangka banget banyak yang follow semenjak aku belajar bikin reels video sholawat. Padahal simpel doang sih, pakai apps android seadanya, modal stock video gratis, terus cari audio sholawatnya. Udah, tiba-tiba tembut 1,2 M viewers wakut itu. Ini awal mula akun ini naik, tiba-tiba banyak yang follow sampai ratusan.

Sejak saat itu aku semakin semangat. Senang? jelas. Karena goals supaya bisa bermanfaat inilah yang mulai tercapai. Ternyata bisa sebahagia itu ketika satu goals kecil diijaba oleh Allah. Dari situ yang awalnya ngonten seminggu sekali, terus ke 3 hari sekali, sampai hari ini belajar coba konsisten untuk posting minimal 1 konten sehari. Alhamdulillah, semoga istiqomah.

Huaaa, gak nyangka sih! Semoga sih akun ini gak cuma sekadar share-share atau bahkan repost karya orang, tapi justru jadi tempat aku berkarya dengan bebas dan bisa bermanfaat terus untuk orang lain. Aamiin.

Tapi jujur, akun ini jadi kerasa ada beban: mau dibawa ke mana akun ini?
Akun komunitas bukan, aku pribadi bukan, aku dakwah atau gerakan sesuatu juga bukan. Lantas apa ya? Aku sendiri bingung wkwk yaudah lah jalanin aja. Semoga ke depannya mulai ada pencerahan. Aamiin.

Terima kasih teman-teman yang sudah membersamai aku dan akun ini. Semoga bisa bermanfaat ya, aamiin!

Bismillah. Postingan pertama di bulan Maret. Aku berkesempatan cerita lagi tentang seseorang yang namanya di tulis di judul ini. Sebenarnya, "dear, .." ini biasanya aku tujukan tulisan ini khusus untuk beliau. Tapi, kali ini nggak kok, aku nulisnya untuk semua yang mampir aja di postingan ini. Karena kebetulan aku mau cerita aja tentang Boim lagi, hehe. Enjoy!

Jadi, hari ini aku berkesempatan ikut kajian yang dihadiri Boim. Kajian itu berlangsung secara virtual melalui Zoom dengan peserta lebih dari 400-an. Kalian tau, pas aku mau masuk ruangan meeting itu berasa banget deg-degannya. Apalagi syaratnya harus on camera apabila tidak ada uzur atau halangan. Dan kebetulannya lagi, aku sedang bisa on camera. 

Entah kenapa, baru kali ini aku kajian sedeg-degan itu. Entahlah, kayaknya gara-gara secara personal memang aku mengagumi sosoknya. Tapi, sudah dari beberapa waktu lalu aku mencoba untuk mengurangi perasaan ini agar tidak berkepanjangan dan terlalu mendarah daging, takutnya makin berharap terus nanti jatuhnya sakit hehe. 

Sebenarnya hal itu yang bikin aku baru memberanikan diri ikut kajian yang dihadiri Boim. Kok gitu? Fyi, biasanya kan seseorang kalau kagum sama seseorang lainnya pasti diikutin ya dari A sampai Z. Bahkan mungkin, misalnya seperti aku ke Boim, mungkin banyak di luar sana perempuan-perempuan yang sengaja mengikuti kajian Boim terus menerus tanpa absen. Sementara aku, justru kebalikannya.

Selama punya rasa kagum sama Boim, aku justru malah gak berani untuk ikut kajiannya. Kenapa? Sebenarnya sih ngerasa kayak gini karena pernah mimpiin dia yang aneh-aneh itu. Kalian baca deh di sini, aku pernah cerita. Intinya, pesan moral dari mimpi itu adalah jangan pernah ikut kajian hanya karena kita suka sama orangnya. Ya khawatir aja nuntut ilmunya jadi gak karena Allah, jadi gak berkah nantinya. 

Awalnya, aku pernah ikut kajian Boim secara langsung waktu di kampus. Itu sekitar tahun 2017. Udah lama banget, tahun di mana awal mula Boim itu booming banget dan aku mulai ngefans sama dia. Nah, setelah kajian itu, beberapa waktu selanjutnya aku mimpi itu tuh yang tadi aku jelasin. Maka dari situlah aku gak berani lagi ikut kajian Boim. 

Ya... Sebenarnya itu bukan satu-satunya alasan. Bahkan, setelah itu berkali-kali muncul keinginan untuk bisa ikut kajian Boim. Namun, beberapa kali juga sepertinya belum Allah takdirkan aja. Aku gak jadi terus ikut kajiannya karena waktunya gak pas, atau pendaftarannya berbayar namun aku lagi gak punya uang, dll. Kayaknya ada aja yang bikin gagal.

Mungkin saat itu Allah sangat tahu bahwa hatiku masih belum lurus nih dalam meniatkan ikut kajiannya. Aku masih ada bayang-bayang kajian karena ada Boimnya, bukan karena benar-benar ingin belajar. Ya sudah, dari situ aku mulai terbiasa untuk gak berharap, sedikit-sedikit belajar mengikhlaskan dan tidak terlalu mencari kesempatan untuk bisa dinotice sama Boim lagi. Ya, intinya aku harua mulai menata perasaan biar gak berlebihan.

Alhamdulillah, sih, perasaan itu sudah tidak terlalu menggebu-gebu seperti dulu. Bahkan, hari ini ada yang mampir pun tidak terlalu gimana-gimana. Senang sih, cuma gak terlalu yang kayak dulu banget. InsyaAllah sih dengan begitu aku bisa terus meluruskan niat untuk tidak menyimpan harap berlebih pada Boim. Oiya, izinkan aku simpen fotonya di sini ya (foto Boim mampir ke instagram stories aku, hehe)


Sudah deh, demikian kali ya cerita hari ini. Gak penting sih. Tapi, aku cuma mau cerita dan mengabadikannya di blog aja sih, supaya suatu saat nanti ketika aku baca postingan ini aku bisa kembali ambil pelajaran yang mungkin akan aku lupakan suatu hari nanti.

Oke deh, semoga ada hikmahnya ya. Kalau gak ada ya semoga menghibur aja sih, hehee. See you next post!

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates