Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Kalau mengilas balik hidup 23 tahun ke belakang, selalu ada yang bikin senyum dan bersyukur. Ternyata banyak ya hal-hal yang dulu dirasa gak mungkin, akhirnya terlewati sudah. 

Banyak peristiwa yang bikin hampir menyerah, merasa gak kuasa atas kejadian yang menimpa, merasa gak pantas lagi jadi kebanggaan semua orang. Titik terberat dalam hidup juga pernah dilaluin.

Tapi, ketika menyadari bahwa Allah menyimpan kebaikan di balik itu semua, aku mulai belajar bagaimana caranya bersyukur. Aku sadar bahwa apa-apa yang dilalui adalah perjalanan (yang cepat atau lambat) akan terlewati juga. 

Kemudian, terlihatlah seseorang seperti di foto ini. Dengan segala aib yang Allah tutupi beserta tumpukan dosa yang tersembunyi. Semoga Allah jadikan aku—dan juga kamu yang baca—agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Aamiin yaRabbal'alamin..
Foto: Manos Anastasakis/Flickr

Beberapa waktu belakangan ini, Indonesia ikut berduka atas hilangnya seorang lelaki anak Gubernur yang kita kenal ramah dan bahagianya. Tak perlu kusebut namanya, semua orang pasti tahu. Meski tak semua orang mengenali pribadi beliau dan keluarganya—termasuk aku—tetapi kesedihannya benar-benar menyayat hati pada setiap orang yang membaca beritanya setiap hari, selama seminggu belakangan ini.

Seperti kebanyakan orang bilang, mungkin istilah yatim masih bisa kita sematkan pada mereka yang kehilangan ayah. Piatu juga bisa kita labeli pada seseorang yang kehilangan ibu. Duda juga menjadi istilah bagi mereka yang kehilangan istrinya. Pun disebut janda bagi mereka yang kehilangan suaminya.

Namun, adakah kata yang pantas untuk menggambarkan orang tua yang kehilangan anaknya? Bahkan, sampai saat ini tak ada yang mampu mengistilahkannya. Ya, sebegitu beratnya mendeskripsikan perasaan orang tua yang kehilangan anaknya. Sampai kita sendiri tak pernah tahu harus menyebutnya apa. 

Kesedihan yang mendalam itu seperti yang kita tahu berasal dari sebuah sungai di negara yang sangat indah. Dilintasi mata air dari Gunung Alpen membuat sungai itu bersuhu dingin dan hijau. Beningnya juga sangat memesona, sampai siapapun yang pergi ke sana rasanya tak afdal jika tak memijaknya.

Belajar dari peristiwa itu, kita menyadari bahwa seindah apapun rencana tetap rencana Allah yang terbaik. Meski beraaaat banget pasti bagi keluarga, tetapi yakinlah bahwa kebaikan itu ada pada peristiwa yang terjadi dan Allah takdirkan kepada kita.

Kita juga belajar, bahwa yang indah di luar sana ternyata bisa menjadi sumber kesedihan kita. Maka dari itu, kita tak sepantasnya mendewakan apa-apa saja yang indah, yang membahagiakan, yang membuat kita terlena, dan segala hal yang ada di dunia. 

Lagi-lagi kita diingatkan, bahwa sebaik apapun hal yang Allah titipkan, tetap akan kembali lagi kepada-Nya. Tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda itu, tetap saja kita harus menyerahkan kembali kepada-Nya. 

YaAllah, meski segala upaya sudah dikerahkan, tetapi tetap kepada-Mu lah segala tawakal dipersembahkan. Kita percaya bahwa Engkau lah yang Maha Tahu atas segala kebaikan. Pulangkanlah kami dalam keadaan baik & lindungilah kami semasa hidup agar bisa selalu berada di jalan-Mu. 

Aamiin.


Suatu hari, aku membuat sebuah pernyataan minta maaf perihal kesalahanku selama setahun belakangan ini. Ya, momen takbiran tepatnya. Aku membuat sebuah story untuk menyampaikan permohonan maaf kepada teman-teman semua dalam rangka membangun pribadi yang lebih baik lagi.

Tak spesifik ditujukan kepada siapa, ternyata banyak juga yang tiba-tiba membalas story tersebut dan mengucapkan permohonan maaf yang serupa. Maklum, momen maaf-maafan ini memang sangat wajar minimal setahun sekali. 

Namun, kagetku, satu di antaranya adalah seseorang yang sudah lama tak pernah menghubungiku. Bisa dibilang, ia teman lama. Pun beberapa kali--kalau kamu jeli--aku sering menceritakannya di blog ini. Memang tak pernah gamblang sih ceritanya. Mungkin banyak juga yang tidak menyadarinya.

Ia adalah seorang teman lama, yang dulu kita sempat merasa dekat sekali, tetapi hubungan itu sempat berhenti karena sebuah kesalahpahaman yang bahkan sampai saat ini masih suka menimbulkan pertanyaan. Entahlah, tiba-tiba ia meminta maaf juga di malam itu.

Harapku, dengan momen itu semua permasalahan yang dulu sempat hadir di tengah-tengah kita sudah selesai. Aku juga merasa dia sudah lebih baik meresponsku. Aku juga ingin bisa dekat lagi dengannya seperti sedia kala.

Beberapa momen selanjutnya, tiba-tiba dia memesan buku keduaku. Sebenarnya, aku cukup bertanya-tanya sih, "Kok dia beli buku aku, ya?" Tapi, aku juga tidak munafik, aku senang ketika dia memesan bukuku. Rasanya seperti dihargai.

Setelah itu, percakapan kita berhenti setelah transaksi buku selesai. Sedih sih, seperti ada satu jalan terang dalam hubungan pertemanan kita, tetapi hal itu seakan masiha da yang menghalanginya. Kita benar-benar bercakap karena ada kepentingan, ia tidak memanjangkan percakapannya pun dengan aku yang merasa takut untuk bisa berlama-lama bercakap dengannya.

Sejujurnya, aku inginnya sih bisa sesimpel dulu; bisa saling cerita, balas story dengan bercanda, berlama-lama bercakap hanya karena balesin jokes yang gak jelas. Hahaha, menyenangkan rasanya saat itu sebelum kecanggungan ini melanda huhu.

Beberapa hari setelahnya, ternyata harapanku tetap terus bersemayam di dalam pikiran. Berharap setiap kubalas story dan mencoba mencairkan suasana, ia kembali menyambutnya. Nyatanya belum demikian, bahkan beberapa kali pun tidak ia jawab entah sengaja atau tidak.

Pun suatu ketika, ia menyanyikan 2 buah lagu di hari yang berbeda, lalu ia posting di story instagramnya. Setiap ia bernyanyi, aku semakin merindukannya. Kutilik lagunya, liriknya seakan mewakili hubungan pertemanan kita. Benar-benar se-relate itu. 

Entah perasaan ini memang bentuk dari angan-anganku saja, atau memang itu ditujukan untukku. Rasanya ingin membalas, tapi aku sadar diri aja. Seringnya justru tak pernah ada balasan langsung darinya, jadi kemungkinan besar aku saja yang terlalu berharap.

Tapi, aku tak henti-hentinya berdoa supaya Allah meluruskan kembali hubungan pertemanan ini. Semoga Allah segera membuang canggung ini dan kembali mempersatukan kita dalam kenyamanan kita masing-masing.

Salam rinduku padamu.

Bukan hanya untuk seseorang yang kuceritakan di postingan ini, 

tetapi juga pada kalian yang sudah lama tak pernah bercengkrama, 

sibuk menghadapi realitas, dan lupa pada masa lalu yang pernah bersama.


Bismillah. 

Hari ini pertama kalinya bisa bagi-bagi THR ke adik-adik keponakan. Sebenarnya uang yang kupunya gak seberapa, project terakhir yang aku kerjain juga gak mahal bayarannya. Tapi, entah kenapa tahun ini aku sudah meniatkan diri untuk memberi sebagian rezekiku sama mereka. Walaupun nominalnya receh banget sih. Selain itu  aku juga kasih ke uwa-uwa yang juga sudah kuanggap sebagai orang tua aku lainnya. 

Ternyata vibesnya berbeda ya dari yang sekadar minta-minta dengan yang ngasih THR. Bukan jumlahnya, tapi proses perpindahan rezekinya yang menyenangkan. Bahkan, sebenarnya orang-orang tuh sangat menghrgai "pemberiannya", bukan karena jumlah uangnya. 

Aku gak bakal nyangka bahwa uwa-uwaku sebahagia iti bisa dikasih sama orang yang keliatannya pengangguran seperti aku. Mereka meragukan aku sih. Mereka nanya, "Asikk, Sasa udah dapet kerja ya?" Jawabku hanya, "Belum sih, tapi ya lumayan lah kemarin lagi ada rezeki. Maaf ya uwa, baru bisa ngasih dikit."

Kukira mereka bakal bercandain balik karena aku gak enakan sama pemberianku yang sedikit ini. Tapi, ternyata mereka menghargai itu. Bahkan mereka bilang, "Kajeun teuing dikit, yang penting mah niat baiknya. Makasih ya, Sa. Sing dilancarkeun rezekina..."

Artinya, "Gapapa sedikit juga, yang penting niatnya baik. Maksih ya, Sa. Semog rezekinya dilancarkan." 

Itu feedback terbaik. Didoakan. Mulai dari perkara rezeki, hingga didoain dapet jodoh. Wkwk. Lumayan kan dapat doa dari orang-orang. 

MasyaAllah sih, ternyata memberi itu bahagianya lebih double daripada sekadar menerima. Emang sih, ngasih sesuatu itu gak harus besar atau mahal, yang penting ikhlas dan berniat bahagiakan mereka. Aamiin... 

Semoga aku masih diberikan umur dan kesempatan sama Allah untuk bagi2 lagi di tahun berikutnya ya. Aamiin. Semoga juga rezekinya makin melimpah, biar ngasihnya bisa banyak dan manfaatnya semakin meluas hehehe aamiin.

Kalo kamu, ada cerita apa di lebaran tahun ini?

Oiya, mohon maaf lahir dan batin, ya!


Sedikit tentang "Cahaya"

Dari dulu, saya suka nulis cerpen: di blog, di buku tulis, bahkan saya sering nulis cerita untuk sahabat saya dalam secarik kertas buku yang disobek. Setelah masuk kuliah jurnalistik, saya merasa itu menjadi penting karena ternyata dari pengalaman sekecil itu bisa memudahkan saya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Sejak saat itu saya merasa mempelajari berbagai jenis tulisan rasanya bisa menyenangkan dan memudahkan--meskipun sampai saat ini saya juga belum menguasai semuanya, tapi saya akan terus belajar. Pada detik itulah salah mulai coba belajar menulis berbagai jenis tulisan, dimulai dari tulisan yang lebih panjang, yaitu menulis novel.

Bermula ikut kelas-kelas nulis, baca-baca buku, cari tahu pengalaman orang, dan berakhir pada pengalaman bikin buku antologi, ternyata menyenangkan juga, ya. Setelah itu, di tahun 2018, saya mencoba membuat kisah bersambung di blogger pribasi, dan saya coba bagikan kepada teman-teman supaya saya tahu penilaian dari orang lain.

Alhamdulillah, saya gak menyangka waktu itu banyak yang komen baik, banyak yang dukung, banyak minta episode selanjutnya, dan banyak yang minta dibukukan. Saya 'kan jadi semangat, hehe. Terima kasih support-nya teman-teman.

Diam-diam saya melanjutkan naskah ini dan saya coba ajukan di salah satu penerbit. Rencananya sih waktu itu mau jadi buku pertama, makanya judulnya "Cahaya" supaya jadi masterpiece yang iconic aja hehe. Eh.. Qadarullah, keduluan sama naskah lain. Alhamdulillah ini jadi "anak kedua" yang baru bisa terbit di tahun 2022.

Alhamdulillah, tapi gak apa-apa. Yang penting naskahnya terbit. Biar saya bisa mengabadikan karya-karya saya dan membersamai metamorfosis gaya penulisan saya dari waktu ke waktu. Semoga diwajarkan apabila buku ini belum sebaik karya di luaran sana. Tapi, saya bangga karena buku ini yang menjadi saksi perjuangan saya di dunia tulis menulis.

Mau baca?
Ikutan Preorder aja, yuk. Langsung klik link WA di bawah ini aja:
https://wa.link/soolep

Preorder hanya akan dibuka satu kali, jadi jangan sampai ketinggalan, ya!
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates