Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak



Ril, beberapa hari lalu, aku menginjakkan kaki di usia 23. Dan seharusnya, 19 hari setelahnya adalah giliran kamu yang menginjakkan kaki di usia yang sama. Ya, kita sama-sama anak 99 yang lahir di bulan Juni. 

Namun, nasib nahas menimpamu di beberapa hari sebelum Juni dimulai. Kamu hanyut dalam derasnya Sungai Aare yang indah, di negara yang cantik, dalam ikhtiarmu mencari tempat untuk melanjutkan sekolah S-2. 

Entah mengapa, kabar itu langsung melebar ke mana-mana. Sampai-sampai, aku yang tak kenal kamu saja langsung mengenali kamu, mencari tahu tentangmu, terus mencari kabar tentang hilangnya dirimu yang cukup mendadak. 

Keadaan hari itu pasti membuat ayah ibumu kacau balau. Aku melihat banyak berita yang memperlihatkan mereka mencarimu dengan keras, menyusuri sungai Aare dengan tangan dan kaki mereka sendiri, menangisimu di pinggir sungai seraya berharap kamu kembali, Ril.

Perjuangan mereka terekam jelas pada video, foto, dan berita yang beredar. Banyak dari kami--dan aku juga--belajar banyak dari kasih sayang dan cinta seorang Ridwan Kamil dan Atalia Praratya sebagai orang tuamu yang mendidikmu luar biasa.

Mereka hebat, ya, Ril? Betapa kerennya mereka mendidik kamu, mempersiapkan kamu menjadi anak yang sholih, dan bisa mengambil hati banyak orang atas kerendahan hati kamu yang bahkan gak pernah lihat kamu atau kenal kamu sebelumnya.

Ril, satu hal yang menjadi pertanyaank setelah kabar kehilanganmu: "Ibadah apa sih yang kamu lakukan selama hidup di dunia?"

Aku sampai terheran-heran, banyak sekali yang sayang padamu meski dia tidak mengenal kamu. Hampir seluruh masyarakat di Indonesia itu berduka dan khawatir ketika kamu menghilang. Ditambah lagi, ketika kedua orang tuamu mengikhlaskanmu bahwa kamu sudah wafat meski jasadmu saat itu belum ditemukan.

Aku, salah satu di antaranya, yang gak kenal kamu, gak pernah ketemu kamu, gak pernah liat-liat juga instagram kamu, tiba-tiba ikut hanyut dan sedih setiap lihat beritamu di sosial media. Aku benar-benar ikut merasakan hancurnya hati orang tua yang ditinggalkan. Aku ikut merasakan menjadi seorang adik yang ditinggalkan kakaknya. Aku juga merasakan menjadi orang-orang terdekat yang ditinggalkan teman terbaiknya.

Setelah kabar itu terus naik di permukaan timeline, satu per satu kebaikanmu terangkat juga, Ril.

Ternyata, semasa hidupmu, kamu sangat mencintai anak yatim dan dhuafa. Kamu sering sedekah sama mereka yang lebih membutuhkan. Kamu sangat dekat dengan orang-orang kecil dan tak pernah menunjukkan sikap sombong meskipun kamu adalah anak dari seorang Gubernur.

Bahkan, mungkin ada hal-hal baik lainnya yang gak pernah orang lain tahu, sehingga Allah memuliakanmu meski kamu telah tiada.

Emmeril Kahn Mumtadz, begitulah nama lengkapmu yang kini sudah menghiasi hati-hati setiap orang. Kamu mengajarkan kami semua untuk terus bersyukur dan selalu berbuat baik. Sebab, sebaik-baiknya usia hidup kita, tentu kebaikan yang akan terus menolongmu di akhir hidupnya.

Kamu, begitu mahir dan cinta akan air. Ternyata, Allah takdirkan pula untuk kembali kepada-Nya melalui apa yang kamu suka--yaitu air. Benar, ya, ternyata kita akan "dimatikan" dalam keadaan apa yang sering kita lakukan.

Ril, masih banyak anak muda di sini yang masih egois memikirkan diri mereka sendiri--untuk kebahagiaan yang mungkin belum tentu tercapai: menikah, bisa jadi kaya, panjang umur, dsb. Padahal, usia tidak menjamin itu semua. Tapi, kamu mengajarkan kami untuk memahami bahwa hidup harus lebih berharga daripada itu, sehingga 22 tahun yang kamu punya begitu menakjubkan bagi kami, Ril.

Kami semua akan selalu mendoakanmu, mengirimkanmu al fatihah setiap habis shalat, dan selalu berharap kematianmu husnul khotimah. Kita semua berdoa, insyaAllah matimu syahid karena Allah tenggelamkanmu, di tengah kondisi perjalananmu dalam ikhtiar menuntut ilmu. InsyaAllah kuburmu akan dilapangkan, ya. Aamiin.

Ril, kemarin, jasadmu ditemukan dan hari ini beritanya ramai lagi. Seketika aku juga tersayat lagi saat membaca kabar-kabar itu. Tapi, aku bersyukur, sebab pada akhirnya keluargamu bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya dan bisa mengistirahatkanmu dengan layak, sehingga mereka bisa mengunjungimu sewaktu-waktu dengan sangat ikhlas.

Sabar, ya, ayahmu sebentar lagi akan menjemputmu ke sana dan membawamu kembali ke Indonesia.

Bismillah, Eril, terima kasih sudah menginspirasi.
Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah. Semoga keluargamu yang kuat itu menjadi semakin kuat. Semoga kita semua selalu diberikan kebahagiaan dan jalan yang terang hingga akhir hayat, aamiin.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un...
Selamat tinggal Eril.


Kalau mengilas balik hidup 23 tahun ke belakang, selalu ada yang bikin senyum dan bersyukur. Ternyata banyak ya hal-hal yang dulu dirasa gak mungkin, akhirnya terlewati sudah. 

Banyak peristiwa yang bikin hampir menyerah, merasa gak kuasa atas kejadian yang menimpa, merasa gak pantas lagi jadi kebanggaan semua orang. Titik terberat dalam hidup juga pernah dilaluin.

Tapi, ketika menyadari bahwa Allah menyimpan kebaikan di balik itu semua, aku mulai belajar bagaimana caranya bersyukur. Aku sadar bahwa apa-apa yang dilalui adalah perjalanan (yang cepat atau lambat) akan terlewati juga. 

Kemudian, terlihatlah seseorang seperti di foto ini. Dengan segala aib yang Allah tutupi beserta tumpukan dosa yang tersembunyi. Semoga Allah jadikan aku—dan juga kamu yang baca—agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Aamiin yaRabbal'alamin..
Foto: Manos Anastasakis/Flickr

Beberapa waktu belakangan ini, Indonesia ikut berduka atas hilangnya seorang lelaki anak Gubernur yang kita kenal ramah dan bahagianya. Tak perlu kusebut namanya, semua orang pasti tahu. Meski tak semua orang mengenali pribadi beliau dan keluarganya—termasuk aku—tetapi kesedihannya benar-benar menyayat hati pada setiap orang yang membaca beritanya setiap hari, selama seminggu belakangan ini.

Seperti kebanyakan orang bilang, mungkin istilah yatim masih bisa kita sematkan pada mereka yang kehilangan ayah. Piatu juga bisa kita labeli pada seseorang yang kehilangan ibu. Duda juga menjadi istilah bagi mereka yang kehilangan istrinya. Pun disebut janda bagi mereka yang kehilangan suaminya.

Namun, adakah kata yang pantas untuk menggambarkan orang tua yang kehilangan anaknya? Bahkan, sampai saat ini tak ada yang mampu mengistilahkannya. Ya, sebegitu beratnya mendeskripsikan perasaan orang tua yang kehilangan anaknya. Sampai kita sendiri tak pernah tahu harus menyebutnya apa. 

Kesedihan yang mendalam itu seperti yang kita tahu berasal dari sebuah sungai di negara yang sangat indah. Dilintasi mata air dari Gunung Alpen membuat sungai itu bersuhu dingin dan hijau. Beningnya juga sangat memesona, sampai siapapun yang pergi ke sana rasanya tak afdal jika tak memijaknya.

Belajar dari peristiwa itu, kita menyadari bahwa seindah apapun rencana tetap rencana Allah yang terbaik. Meski beraaaat banget pasti bagi keluarga, tetapi yakinlah bahwa kebaikan itu ada pada peristiwa yang terjadi dan Allah takdirkan kepada kita.

Kita juga belajar, bahwa yang indah di luar sana ternyata bisa menjadi sumber kesedihan kita. Maka dari itu, kita tak sepantasnya mendewakan apa-apa saja yang indah, yang membahagiakan, yang membuat kita terlena, dan segala hal yang ada di dunia. 

Lagi-lagi kita diingatkan, bahwa sebaik apapun hal yang Allah titipkan, tetap akan kembali lagi kepada-Nya. Tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda itu, tetap saja kita harus menyerahkan kembali kepada-Nya. 

YaAllah, meski segala upaya sudah dikerahkan, tetapi tetap kepada-Mu lah segala tawakal dipersembahkan. Kita percaya bahwa Engkau lah yang Maha Tahu atas segala kebaikan. Pulangkanlah kami dalam keadaan baik & lindungilah kami semasa hidup agar bisa selalu berada di jalan-Mu. 

Aamiin.


Suatu hari, aku membuat sebuah pernyataan minta maaf perihal kesalahanku selama setahun belakangan ini. Ya, momen takbiran tepatnya. Aku membuat sebuah story untuk menyampaikan permohonan maaf kepada teman-teman semua dalam rangka membangun pribadi yang lebih baik lagi.

Tak spesifik ditujukan kepada siapa, ternyata banyak juga yang tiba-tiba membalas story tersebut dan mengucapkan permohonan maaf yang serupa. Maklum, momen maaf-maafan ini memang sangat wajar minimal setahun sekali. 

Namun, kagetku, satu di antaranya adalah seseorang yang sudah lama tak pernah menghubungiku. Bisa dibilang, ia teman lama. Pun beberapa kali--kalau kamu jeli--aku sering menceritakannya di blog ini. Memang tak pernah gamblang sih ceritanya. Mungkin banyak juga yang tidak menyadarinya.

Ia adalah seorang teman lama, yang dulu kita sempat merasa dekat sekali, tetapi hubungan itu sempat berhenti karena sebuah kesalahpahaman yang bahkan sampai saat ini masih suka menimbulkan pertanyaan. Entahlah, tiba-tiba ia meminta maaf juga di malam itu.

Harapku, dengan momen itu semua permasalahan yang dulu sempat hadir di tengah-tengah kita sudah selesai. Aku juga merasa dia sudah lebih baik meresponsku. Aku juga ingin bisa dekat lagi dengannya seperti sedia kala.

Beberapa momen selanjutnya, tiba-tiba dia memesan buku keduaku. Sebenarnya, aku cukup bertanya-tanya sih, "Kok dia beli buku aku, ya?" Tapi, aku juga tidak munafik, aku senang ketika dia memesan bukuku. Rasanya seperti dihargai.

Setelah itu, percakapan kita berhenti setelah transaksi buku selesai. Sedih sih, seperti ada satu jalan terang dalam hubungan pertemanan kita, tetapi hal itu seakan masiha da yang menghalanginya. Kita benar-benar bercakap karena ada kepentingan, ia tidak memanjangkan percakapannya pun dengan aku yang merasa takut untuk bisa berlama-lama bercakap dengannya.

Sejujurnya, aku inginnya sih bisa sesimpel dulu; bisa saling cerita, balas story dengan bercanda, berlama-lama bercakap hanya karena balesin jokes yang gak jelas. Hahaha, menyenangkan rasanya saat itu sebelum kecanggungan ini melanda huhu.

Beberapa hari setelahnya, ternyata harapanku tetap terus bersemayam di dalam pikiran. Berharap setiap kubalas story dan mencoba mencairkan suasana, ia kembali menyambutnya. Nyatanya belum demikian, bahkan beberapa kali pun tidak ia jawab entah sengaja atau tidak.

Pun suatu ketika, ia menyanyikan 2 buah lagu di hari yang berbeda, lalu ia posting di story instagramnya. Setiap ia bernyanyi, aku semakin merindukannya. Kutilik lagunya, liriknya seakan mewakili hubungan pertemanan kita. Benar-benar se-relate itu. 

Entah perasaan ini memang bentuk dari angan-anganku saja, atau memang itu ditujukan untukku. Rasanya ingin membalas, tapi aku sadar diri aja. Seringnya justru tak pernah ada balasan langsung darinya, jadi kemungkinan besar aku saja yang terlalu berharap.

Tapi, aku tak henti-hentinya berdoa supaya Allah meluruskan kembali hubungan pertemanan ini. Semoga Allah segera membuang canggung ini dan kembali mempersatukan kita dalam kenyamanan kita masing-masing.

Salam rinduku padamu.

Bukan hanya untuk seseorang yang kuceritakan di postingan ini, 

tetapi juga pada kalian yang sudah lama tak pernah bercengkrama, 

sibuk menghadapi realitas, dan lupa pada masa lalu yang pernah bersama.


Bismillah. 

Hari ini pertama kalinya bisa bagi-bagi THR ke adik-adik keponakan. Sebenarnya uang yang kupunya gak seberapa, project terakhir yang aku kerjain juga gak mahal bayarannya. Tapi, entah kenapa tahun ini aku sudah meniatkan diri untuk memberi sebagian rezekiku sama mereka. Walaupun nominalnya receh banget sih. Selain itu  aku juga kasih ke uwa-uwa yang juga sudah kuanggap sebagai orang tua aku lainnya. 

Ternyata vibesnya berbeda ya dari yang sekadar minta-minta dengan yang ngasih THR. Bukan jumlahnya, tapi proses perpindahan rezekinya yang menyenangkan. Bahkan, sebenarnya orang-orang tuh sangat menghrgai "pemberiannya", bukan karena jumlah uangnya. 

Aku gak bakal nyangka bahwa uwa-uwaku sebahagia iti bisa dikasih sama orang yang keliatannya pengangguran seperti aku. Mereka meragukan aku sih. Mereka nanya, "Asikk, Sasa udah dapet kerja ya?" Jawabku hanya, "Belum sih, tapi ya lumayan lah kemarin lagi ada rezeki. Maaf ya uwa, baru bisa ngasih dikit."

Kukira mereka bakal bercandain balik karena aku gak enakan sama pemberianku yang sedikit ini. Tapi, ternyata mereka menghargai itu. Bahkan mereka bilang, "Kajeun teuing dikit, yang penting mah niat baiknya. Makasih ya, Sa. Sing dilancarkeun rezekina..."

Artinya, "Gapapa sedikit juga, yang penting niatnya baik. Maksih ya, Sa. Semog rezekinya dilancarkan." 

Itu feedback terbaik. Didoakan. Mulai dari perkara rezeki, hingga didoain dapet jodoh. Wkwk. Lumayan kan dapat doa dari orang-orang. 

MasyaAllah sih, ternyata memberi itu bahagianya lebih double daripada sekadar menerima. Emang sih, ngasih sesuatu itu gak harus besar atau mahal, yang penting ikhlas dan berniat bahagiakan mereka. Aamiin... 

Semoga aku masih diberikan umur dan kesempatan sama Allah untuk bagi2 lagi di tahun berikutnya ya. Aamiin. Semoga juga rezekinya makin melimpah, biar ngasihnya bisa banyak dan manfaatnya semakin meluas hehehe aamiin.

Kalo kamu, ada cerita apa di lebaran tahun ini?

Oiya, mohon maaf lahir dan batin, ya!
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates