Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak
Foto hanyalah pemanis



Aku merasa tak pantas.
Saat pesanmu itu melambung di obrolan bercanda kita.
Tiba-tiba, sesuatu hal serius terjadi
Dan aku mengikuti alurnya,
Sampai tahu ujung percakapan kita.

Ternyata, suatu hal tersampaikan. 
Entah ini sebuah ujung dari penantian,
atau justru sebuah ujian,
untuk diriku yang sudah terlalu lama sendirian.

Pikirku, aku harus kembali memulai
Melupakan semua hal lalu, kemudian kembali
aku berusaha meyakinkan diri,
tapi di sisi lain, keraguan itu muncul dari orangnya sendiri

Mungkin aku sudah cukup yakin,
tetapi keyakinan itu belum sefrekuensi.
Berharap ini hanyalah ujian,
tetapi nyatanya semakin samar.

Entah bagaimana ujungnya nanti,
yang jelas aku harus lebih banyak berdoa lagi.
Aku hanya tak ingin semua terjadi, 
oleh karena aku yang lelah dengan hidupku sendiri.

Semoga semesta turut membersamai proses kita,
dan Allah senantiasa menunjukkan jalan terbaik-Nya..


Halo teman-teman semua. Gimana kabarnya nih? Semoga kabar kalian sehat selalu dan diberikan keberkahan dalam hidupnya. Kali ini aku mau cerita tentang sebuah perjalanan baru yang semoga aja bisa meningkatkan kualitas diri aku dan juga memberikan kebaikan yang lebih banyak lagi di dalam hidupku.

Jadi, kemarin tepatnya pada tanggal 11 Maret 2023, aku ikut yang namanya orientasi dari universitas yang baru aku ikutin yaitu Universitas Terbuka. Belum lama ini aku memang terdaftar sebagai mahasiswa baru untuk program lanjutan dari D3 ke S1 dan aku meneruskan kuliahku di jurusan FHISIP mengambil Prodi ilmu komunikasi.

Sebenarnya kalau misalnya ditanya kenapa pengen kuliah lagi, aku merasa belum sebegitu yakin waktu itu. Tapi, suatu hal yang bikin aku maju untuk kuliah adalah aku percaya bahwa belajar itu nggak ada yang sia-sia. Jadi, ketika aku ditempatkan Allah waktu itu di jurnalistik itu artinya aku harus bisa meneruskan amanah dan juga mempelajari itu dengan tuntas.

Ditambah lagi aku merasa bahwa wanita itu memang sudah sepatutnya pintar dan seperti yang kita tahu pintar itu identik dengan ilmu. Walaupun bukan hanya dari akademik, ya, tetapi akademik itu bisa membantu mengasah pikiran kita supaya lebih fresh dan juga bisa lebih mudah menyerap ilmu-ilmu yang lain.

Untuk itu menurutku gak ada salahnya untuk meneruskan D-3 ke S-1 karena gelar juga cukup menunjang apapun yang akan kita lakukan ke depannya, misalnya dalam hal berbisnis, bekerja, berumah tangga, bahkan sampai kita nanti memutuskan untuk punya anak. Gelar memang bukan satu-satunya aspek yang sangat berpengaruh, tapi menurutku dengan kita punya gelar di dunia kita juga bisa mengangkat derajat orang tua kita walaupun orang tua kita nggak punya gelar.

Jadi, itu menurutku salah satu alasan atau salah dua alasan yang bikin aku yakin untuk lanjutin kuliah. Karena aku juga sudah merasa mampu untuk bayar sendiri tanpa harus membebani orang tua dengan uang mereka. Jadi, seharusnya aku bisa jauh lebih bertanggung jawab untuk kuliah yang kedua kali.

Oh iya, aku jadi pengen cerita tentang orientasi kemarin yang singkat tapi cukup memberikan aku sebuah reminder dan juga hikmah gitu ya. Semoga kalian bisa menemukan hikmah yang sama juga dari cerita ini dan punya semangat lagi untuk bisa kuliah.

Aku senang banget akhirnya aku bisa kuliah lagi dan aku kemarin benar-benar gak punya teman sama sekali, sampai aku harus memberanikan diri mencari teman chat di grup angkatan yang ada banyak banget itu sampai 1000 orang. Kemudian aku harus bisa memulai duluan walaupun aku tidak terbiasa dan akhirnya Alhamdulillah kemarin orientasi Aku berjalan lancar dan aku mendapatkan 3 teman baru waktu kemarin orientasi.

Kagetnya, ternyata peserta orientasinya ada banyak yaitu ada 300 orang dan aku kira orang yang hadir di sana adalah orang-orang yang umurnya di bawah aku. Tapi ternyata yang hadir ke sana, sebagiannya adalah guru-guru yang sudah mengajar tapi dia belum punya sertifikasi kuliah akhirnya mereka kuliah untuk mendapatkan gelar keguruan itu.

Oiya, aku juga menemukan salah satu bapak yang sekiranya udah 40 sampai 50 tahun baru kuliah dan mereka semangat untuk belajar hanya untuk bisa lebih baik lagi dalam mengisi kualitas dirinya. Itu alasan yang mereka bilang waktu ditanya sama panitia. 

Tak cuma itu, aku juga menemukan seorang ibu yang sudah beranak dua, ikut orientasi pada hari itu sambil membawa analnya yang ia gendong menghadap depan. Aaaa, gemasnya! Mana bayinya anteng banget lagi, xixixi. 

Ditambahl lagi ya, waktu orientasi panitianya tuh cerita, kalau mereka itu punya mahasiswa yang tertua di Universitas Terbuka se-indonesia ataupun seluruh negeri itu ada di Universitas Terbuka Bogor yang mana mahasiswanya sudah berumur lebih dari 80 tahun. Awalnya nggak nyangka sih! Tapi, kalau dipikir-pikir rasanya gak ada yang mustahil untuk orang yang masih semangat belajar terus dia mengejar apa yang ingin dia capai sampai akhir hayatnya.

Menurutku ini adalah sebuah tamparan bagi kita yang merasa sering banget males belajar karena memang pada dasarnya ilmu itu nggak akan ada habisnya. Seperti yang kita sadari, kita ditakdirkan di dunia ini salah satunya ya untuk belajar. Jadi, Sudah seharusnya kita semangat untuk terus berkarya, belajar, beribadah, menjadi diri yang lebih baik lagi.

Ya.. Semoga kita bisa jadi lebih baik ya sama seperti mahasiswa tertua itu yang nggak pernah lelah berhenti untuk belajar. Ini hanya sebuah ikhtiar kita mendapatkan yang terbaik dari Allah, mendapatkan kasih sayangnya, mendapatkan ilmu yang diridhoinya, mendapatkan perhatiannya, untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, untuk menjadi calon ibu yang baik untuk menjadi istri yang berpendidikan, hingga menjadi anak dari kedua orang tua yang bangga nantinya melihat anaknya nggak pernah berhenti belajar.

Semangat terus ya buat kita semua! Semoga Allah mudahkan jalannya menuju apapun yang baik-baik. Aamiin ya robbal alamin✨️

Hai, si Filosofis?

Bagaimana kabarmu? Rasanya aneh beberapa hari ini sudah tidak menunggu balasan pesanmu. Padahal kalau semua ini masih berlanjut, ini masih waktu yang memungkinkan untukmu balas pesanku. Ya, karena hilangmu pernah lebih daripada ini. Tujuh hari, iya. Menurutku itu sudah definisi menghilang, tapi bedanya kamu datang lagi waktu itu. 

Eh, iya, bagaimana kabar anjing kecilmu yang pernah kulihat di beranda media sosialmu? Lucu deh dia. Mungkin jika bertemu dengan kucing yang tiap hari ke rumahku, ia akan bertengkar selalu. Atau bahkan berteman ya? Main bersama, makan bersama, atau sekadar berlarian di halaman depan rumah. 

Oiya, beberapa hari lalu aku sudah membalas pesanmu. Tapi, tiba-tiba pikiranku berubah. Lalu, aku tarik seluruh pesan yang sudah terkirim itu, yang entah sudah kaubaca atau belum. Aku cuma tak ingin membuatmu semakin terikat dengan pesan pesan yang kauanggap harus kau balas. Ditambah lagi, kulihat tak ada lagi suatu hal yang perlu kita perpanjang. Lagi-lagi, percakapan menemui jalan buntu dan kamu selau tambah lagi dengan pertanyaan lagi apa dan how was ur day?

Sebenarnya aku senang dengan dua pertanyaan itu, tapi lama-lama bosan juga. Aku berharap kita bisa bicarakan hal lain; berdiskusi tentang suatu hal yang tidak kita pahami, saling sharing apa yang kita baca, bercerita tentang hal-hal kecil, atau sekadar mengirim foto keseharian yang lebih daripada cukup. Tapi, beberapa kali percakapan ini kutanyakan, kamu melewatkannya. Entahlah sengaja atau memang tidak, tapi sepertinya Tuhan tidak menakdirkan kita untuk terlalu jauh.

Kau tau, aku begitu senang berbincang denganmu; meski hanya berbalas sehari sekali. Aku jadi mendapatkan hal baru yang belum kutahui, mulai dari musik kesukaanmu, kegiatanmu, ilmu-ilmu yang kamu pelajari, hingga buku favorit yang kerap kali kaubaca. Aku cukup terkesima, karena ternyata kita adalah dua orang yang cukup berseberangan. Si filosofis bertemu si receh yang sukanya nulis hal romance menye-menye, suka cerita random dan gak jelas, hingga selera musik yang pasaran. 

Hal itu membuatku cukup insecure, sih. Berteman saja rasanya kita tak cocok. Kamu begitu jauh di atasku, sementara aku belum ada apa-apanya. Hahaha. Lucu memang. Ingin berteman dengan yang pinter, tapi malu dengan diri sendiri yang pinternya cuma sekian. Ah, sudahlah. Bukan saatnya membandingkan diri. Aku tetap bangga dengan diriku sendiri yang seperti ini. Hanya saja aku takut kamu tidak nyaman denganku yang apa adanya ini. 

Hei, filosofis. Jaga kesehatan, ya? Sepertinya kamu cukup sibuk menjalani hidup ini. Meskipun aku tidak  tahu apa saja keseharianmu, sih. Tapi tampaknya, kamu cukup fokus dengan apa yang kamu jalani sekarang. Kuharap Allah selalu memberkahimu, memberikanmu kelancaran atas pendidikan yang sedang kamu usahakan, serta pekerjaan apapun yang kamu jalani. 

Senang berkenalan denganmu, boy. Kapan-kapan sapa aku lagi, ya? Semoga kita bisa bertemu lagi nanti. Menuntaskan rindu yang terhalang dengan kegengsian ini. Hahaha. Bye! I will miss you, boy.

"Tidak mudah dimengerti, tidak mudah ditebak, dan filosofis. Persis. Seperti melihat gambaran Pak Fauzy selagi muda. Nyatanya tidak mudah memahami orang seperti beliau; terbukti banyak mahasiswa yang ragu, takut, bahkan enggan berdekatan. Tapi, nyatanya bisa-bisa saja,"
begitulah tweet-ku malam ini, dengan foto persis seperti di postingan kali ini. 

Tiba-tiba, aku teringat pada sosok beliau, seroang wali dosen yang sempat lupa pada tugasnya. Ya, singkat ceritanya begini...

Jadi, beliau adalah dosen wali kelasku saat kuliah. Biasanya tugas seorang dosen wali adalah datang ke kelas beberapa kali dalam seminggu untuk mengontrol absensi hingga pembelajaran. Namun, di semester pertama ia tidak pernah datang. Semua orang justru bahagia. Karena konon, dari kabar yang beredar, beliau adalah salah satu dosen yang rese, menyebalkan, jutek, pokoknya tidak ramah terhadap mahasiswa. Katanya begitu.

Hingga suatu ketika, saat aku diamanahi menjadi ketua kelas, aku berencana untuk menemuinya. Ragu memang, karena adanya kabar-kabar tadi. Tapi, aku memberanikan diri untuk menemuinya dan menegurnya untuk datang ke kelas dan bercengkrama dengan mahasiswanya.

Susah pada awalnya, karena ternyata beliau adalah sosok dosen psikologi yang ahli membaca air muka—katanya. Wkwkwk. Ya, ternyata semakin lama aku sadar bahwa sebenarnya dia ini bukan rese atau gak ngertiin mahasiswa. Tapi, karena beliau justru paham bagaimana kondisi mahasiswa hanya dari raut muka, beliau tidak pernah banyak bicara dan sudah tahu harus menghadapi mahasiswanya bagaimana. 

Ya, awalnya beliau gak asik. Ngomongnya terlalu jauh, gak sesuai teori, membosankan, bahkan kadang mahasiswa males sama beliau karena setiap ngomong pasti ada aja yang bilang, "Apaan sih." Kebayang ya dosen kayak gini gimana. 

Tapi, dari situ justru aku penasaran sebenarnya bagaimana sih sosok Pak Fauzy sebenarnya. Kenapa orang orang begitu gak suka dengan beliau? Bukankah seorang dosen psikologi justru asik untuk diajak berbicara karena pasti bisa mengerti lawan bicaranya?

Dari situ, aku cukup banyak bicara dengan beliau. Dari yang ngomongin kondisi kelas, teman-teman, pelajaran, hingga ada di titik berbicara soal apapun di luar itu semua; keluarga, masalah pribadi, hingga percintaan. 

Sosoknya yang filosofis kadang membuatku amazed karena beliau memang kelewat pintar. Sempat cerita banyak hal soal apa saja yang ia baca, dengar, tonton, hingga apapun yang membentuk dia sekarang. Kadang aku tidak mengerti bahkan gak tau apa yang ia bicarakan, tapi aku juga tidak bisa berpura-pura ngerti di depannya karena dia pasti tahu dan juga memahaminya. 

Kenapa tiba-tiba inget Pak Fauzy?

Haha, lucunya, saat ini aku sedang punya teman yang persis seperti beliau. Rasanya aku seperti bertemu Pak Fauzy selagi muda; mungkin gambarannya seperti itu. Sama-sama filosofis, suka akan sastra, pintarnya tidak tertakar, hingga pemahaman akan sesuatu yang luar biasa. 

Sementara aku, kadang-kadang kehabisan cara harus menghadapinya seperti apa. Tapi, di satu sisi aku menemukan ilmu baru dalam menghadapi orang yang jauh lebih pintar. Sesuatu yang tak pernah kudengar sebelumnya, tiba-tiba hadir di room chat aku dengannya. Beberapa kali juga aku searching kata-kata dan suatu hal yang tak pernah kutahu sebelumnya.

Ah, rasanya random bisa bertemu lagi dengan orang yang sama seperti Pak Fauzy. 

Sulit.
Sulit sekali.

Rasa insekyurnya ada, rasa senangnya ada, rasa sedihnya ada, rasa bingungnya juga ada. Kadang bingung harus melanjutkannya seperti apa. 

Tapi, dulu, berteman dengan seorang dosen seperti Pak Fauzy menyadarkanku bahwa kita tidak perlu menjadi seperti dia jika ingin berteman. Kita cukup memahaminya, mendengarkannya, menerimanya apa adanya, hingga ia merasa dihargai, dicintai, dan nyaman. Lalu, kebaikan juga datang setelah hal-hal tersebut dipenuhi. 

Ya, Pak Fauzy pasti tahu aku terbatas. Tidak semua hal yang dia katakan aku pasti mengerti. Tidak sama sekali. Bahkan aku tidak ragu berkata, "Maksudnya gimana, Pak, saya gak ngerti." Dan beliau sudah paham itu, dan sesekali dijelaskan lagi atau bilang, "Udah, nanti juga kamu ngerti sendiri."

Begitulah cara Pak Fauzy mengerti aku, begitupun sebaliknya. Meski kita seakan lahir dari latar belakang yang berbeda, justru perbedaan itu yang bikin kita sama-sama belajar menghargai dan membawa banyak kebaikan; beliau jadi akrab lagi dengan mahasiswa, suka kasih uang jajan buat anak sekelas, dan kebaikan lain yang muncul karena keakraban kita.

"Saya mau ucapin terima kasih sama kamu, karena kalau kamu gak datang untuk negur saya waktu itu, saya mungkin gak bisa akrab lagi sama mahasiswa," ucapnya padaku. 

Dan sekarang, ketika dihadapkan oleh orang yang mirip dengan beliau, yang muncul pertama kali adalah pertanyaan,

"Apakah aku bisa memahaminya seperti Pak Fauzy kala itu?"

Tiap orang, beda cerita. Aku gak tau kelanjutan pertemanan kami sampai mana. Tapi, ya sudah, jalani saja. Meski sesekali bingung dan insekyur karena merasa tidak sebanding dengannya. Huhuhu. Semoga dia bisa memahamiku juga keterbatasanku~

Aamiin.

Halo, Teman Cahaya. Kali ini izinkan aku cerita bagaimana pengalaman dari salah satu impian yang tercapai.

Ya, jadi di awal tahun ini salah satu impian aku adalah bisa bawa mobil. Gatau kenapa, dari dulu suka aja sama cewek bawa mobil, kayak kece, independent, pokoknya keren aja wkwk. Jadi, aku pengen jadi salah satu cewe keren ituu sih ahhaha. 

Lucunya, sudah lima tahun belakangan ini keluargaku gak pakai mobil. Jadi, kayak aneh aja gaksih punya mimpi bisa bawa mobil tapi mobil aja gak punya? Wkwk. Gak lah ya, gak ada yang aneh. Namanya juga impian.

Qadarullah, tiba-tiba di kantor butuh orang yang bisa nyetir. Dan penawaran itu datang ke aku karena pertama, aku orang kedua yang lebih tua daripada yang lain. Kedua, aku juga sering ada tugas keluar kantor. Ketiga, aku pernah belajar mobil juga. Jadi, alhasil aku harus belajar mobil deh. Ya, dibayarin les gitu. 

Sebenernya aku senang sih, karena mungkin ini adalah jalan dari Allah untuk mencapai mimpiku bisa bawa mobil. Tapi, di satu sisi, gatau yaa kenapa rasanya beda kalau belajar karena 'kerjaan', jadi kayak ada bebannya gitu hehehehe. 

Tapi, aku tetep mau ngucapin terima kasih ke kantor karena udah biayain aku les mobil. Ternyata lumayan mahal les 6x pertemuan dengan harga hampir dua juta. Kalo aku bayar pribadi sih mending belajarnya nanti kalau punya mobil sendiri wkwk. Tapi, ya Alhamdulillah. 

Akhirnya dengan 6x pertemuan, aku udah bisa bawa mobil manual. Ma shaa Allah Tabaarakallah. Kalau gini sih, husnudzonnya Allah bakalan kasih jalan buat punya mobil sendiri gak sih? Hehehe aamiin. Semoga ini salah satu tandanya ya. Allah lagi nyiapin aku biar punya skillnya dulu baru dikasih mobilnya hehe aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates