Ketika kamu melihat orang lain, apa yang kamu perhatikan lebih dulu? Parasnya, sifatnya, atau hanya sekadar pandangan pertamamu terhadapnya? Tentu, setiap orang pasti punya jawaban yang berbeda tentang bagaimana kita menilai seseorang.
Bicara tentang orang lain, pasti tidak semua tentangnya sesuai dengan ekspektasi di pikiran kita. Misalkan kita menyangka orang tersebut memiliki sifat A, ternyata sifatnya malah mengarah ke B. Kalau begini keadaannya, kira-kira siapa yang disalahkan?
Mungkin satu atau sebagian dari kita langsung menyalahkan orang tersebut, bahwasannya ia telah berdusta tentang apa yang ia tampilkan pada parasnya dengan apa yang sebenarnya ada dalam dirinya. Tapi, coba deh sebelum kita menyalahkan dan menilai orang lain, kita berkaca dulu pada diri sendiri. Apakah kita juga bersalah?
Ya, bisa jadi! Mungkin saja kita terlalu mengatur pikiran kita ke sifat-sifat negatif, jadi kita membuat orang lain terlihat jelek di pikiran kita sendiri. Padahal, bisa jadi kitalah yang belum mengenalnya lebih jauh, atau terlalu berekspektasi, atau kesalahan lainnya?
Pernah suatu ketika, aku mengunggah status di WhatsApp-ku tentang kisah perjuangan seorang public figure yang meraih sukses di usianya sekarang. Di sana aku mengutip kalimatnya sebagai bahan motivasi untuk disebarkan ke teman-teman WhatsApp-ku.
Tapi, tiba-tiba seseorang membalasnya.
"Sayang ya, orang kayak gitu ibadahnya kurang," katanya padaku.
"Maksudnya?" kataku berdalih dan memastikan.
"Iya, orang sukses, banyak uang, tapi ibadahnya berantakan," jawabnya menjelaskan.
"Jangan gitu, kita kan gatau dia ibadahnya seperti apa," jawabku.
"Iya, tapi pernah dapet cerita dari orang sekitarnya, waktu itu pas dia syuting orang-orang break ishoma, dia malah tidur," jelasnya lagi.
Dari percakapan singkat itu, aku sedikit terdiam. Adakah yang salah dariku dan dari perkataannya?
Begini ya, teman-teman. Mungkin di percakapan itu aku seakan membela. Tapi, bukan itu maksudku.
Setiap orang memang berhak menilai siapa dan bagaimana orangnya. Tapi, perkara ibadah dan keimanannya, kita gak bisa langsung menjudge seseorang baik atau buruk. Kita bahkan gak bisa menilai seseorang ibadahnya rajin, baik, ataupun enggak karena mungkin kita hanya melihat apa yang terlihat. Kalaupun perkataan orang lain ada benarnya, kita juga tidak berhak menilai kadar takwanya. Coba pertanyaannya dibalik lagi ke diri kita, emangnya ibadah kita sudah baik selama ini?
Sadar gak sih, banyak di antara kita bahkan aku sendiri mungkin masih khilaf karena sering menilai orang sembarangan. Apalagi ketika kita tahu satu kesalahannya, kita bisa melupakan beribu kebaikannya. Artinya, kita lebih sering merusak banyaknya kebaikan dan sisi positif seseorang hanya dengan satu kesalahan atau satu hal negatif yang ada pada diri seseorang.
Hal semacam itu terkadang menjadi akar mula sebuah kebencian, tidak respect, hingga akhirnya tidak bisa menerima kebaikan yang lain dari orang tersebut. Ujung-ujungnya kita hanya terus menilai seseorang itu menjadi jelek menurut pandangan kita. Padahal, mungkin saja selama ini kita hanya tahu 'bungkus' dari orangnya saja, bukan isi dirinya secara utuh.
Teman, ketika kita tidak menyukai suatu hal, bukan berarti kita harus menolak keberadaannya. Namun, kita bisa mengambil sisi positifnya.
Ketika orang bilang tentang sifat-sifat buruknya, maka tugas kita adalah mencari kebaikannya tanpa menjelekkan lagi yang buruk-buruknya. Itulah kenapa banyak yang bilang "Ambil baiknya, buang buruknya." Tapi, emang benar begitu adanya. Aku pun setuju dengan perkataan itu.
Kita gak bisa memandang seseorang hanya dari satu sisi. Apalagi hanya dengan satu kehilafan yang tidak kita maafkan. Kita bahkan punya dua mata yang bisa melihat ke berbagai arah. Jadi, manfaatkanlah mata itu untuk melihat semuanya dari berbagai sisi.
Yuk, biasakan memandang sesuatu dengan positif. Jangan mudah menjudge seseorang atas satu kekurangannya. Percayalah, kita pun pasti punya kelebihan di balik kekurangan yang ditampakkan. Iya gak?☺️
Jadi, mari kita sama-sama membiasakan diri. Ikuti dan ambil aja baik-baiknya dari orang lain dan adaptasikan kepada diri. Semoga kita selalu dilindungi ya, dibersihkan hatinya, dijernihkan pikirannya, serta selalu memandang sesuatu dengan positif, aamiin.
Semangat ya, semua.