Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak
Ilustrasi Coklat dan Surat/Pinterest


Pagi itu, suasana sekolah begitu hangat oleh sinar matahari yang menyelimuti. Murid- murid meramaikan suasana sekolah dengan obrolan hangat bersama temannya. Tak sedikit murid yang menyapa guru-guru dengan sapaan selamat pagi. Itulah kegiatan rutin di sekolah tersebut sebelum bel berbunyi dengan lantang.

Hati yang senang dan bahagia menghiasi pagi itu, Rasya siap berangkat sekolah dengan angkot sebagai alat transportasi yang menghubungkan rumah dan sekolahnya. Kini dia masuk kelas 5 SD, masih kecil mungkin, tapi pada masa ini adalah dimana masa kanak-kanak akan tenggelam dan tergantikan oleh masa remaja.

Ya, pubertas. Masa pubertas memang identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan lawan jenis. Dalam proses itulah pola pikir kanak-kanak akan diuji coba kedewasaannya. Tak hanya pola berfikir saja yang diuji, tapi hati dan perbuatan akan selalu dilihat oleh Allah, apalagi kalau sudah menginjak usia remaja, semua dosa dan segala halnya harus dipertanggung jawabkan sendiri.

Hari itu, Rasya datang tepat waktu, ia selalu datang 30 menit sebelum bel berbunyi. Terkadang sekolah memang masih tampak sepi, tapi dengan datang pagi, Rasya bisa selalu absen dengan kehadiran pertama di kelasnya. Tak lama setelah Rasya datang, satu persatu temannya datang dan segera memasuki kelas. Saat itulah 5C lengkap dengan seluruh penghuninya, termasuk walikelas tercinta, Bu Nita.

Bel berbunyi tepat ketika jarum pendek menunjuk diantara angka 7 dan 8, sedangkan jarum panjangnya mengarah tepat ditengah angka 6. Ya, gerbang sekolah ditutup pukul 7.30 WIB. Rasya dan teman sekelasnya segera berbaris didepan kelas dan berikrar.

“Siaaap gerak! Lencang depaaaan, gerak! Tegaaaaak, gerak!” Ketua kelas berteriak lantang menyiapkan barisan, kemudian disambung dengan ikrar syahadat.

“Ikrar Syahadat! Asyhaduallaailaahaillallah. Waasyhaduannamuhammadarrasulullah. Aku bersaksi tiada illah selaih Allah, dan aku bersaksi nabi Muhammad itu utusan Allah. Janji pelajar muslim! Satu, Allah tujuan hidup kami. Dua, rasulullah teladan hidup kami. Tiga, Islam pedoman hidup kami. Empat, berbakti kepada ibu bapak kewajiban hidup kami. Lima, taat dan patuh kepada guru syiar hidup kami. Enam kasih sayang sesama saudara seiman hidup kami.”

Seluruh murid memang rutin berbaris dan mengucapkan ikrar syahadat serta janji pelajar sebelum masuk kelas, kemudian ketua kelas memilih barisan yang rapi untuk masuk kelas lebih dulu. Lalu setiap anak wajib bersalaman kepada walikelas dan pendamping. Setelah semua masuk kelas, murid segera duduk di bangkunya masing-masing.

Setelah rapi, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk berdoa bersama. Lalu disambung dengan Morning Meeting yang biasa diisi dengan cerita berhikmah. Setelah itu, guru mata pelajaran memasuki kelas, yang saat itu Matematika adalah pelajaran pertama. Anak-anak menyiapkan buku paket dan buku tulisnya lalu merapikan tempat duduknya dan mempersilahkan guru memberi salam. Kemudian pelajaran dimulai. Lalu dilanjut PAI sebagai mata pelajaran kedua.

Setelah itu bel istirahat berbunyi pukul 10.00 WIB. Semua murid berkeliaran melakukan kegiatannya masing-masing. Ada yang sholat dhuha, jajan, bermain, olahraga, bahkan ada yang mengisi waktu luangnya dengan membaca buku di perpustakaan.

Permainan yang sering kali teman-teman ikhwan 5C adalah bermain KJT (Kena Jadi Temen). Semacam lari-larian, setiap musuh harus mengenai lawan untuk dijadikan teman, begitulah permainannya. Tapi, ada dua orang ikhwan mencurigakan. Sebut saja Ryan dan Dino.

Saat itu Ryan dan Dino tidak ikut dalam permainan KJT tersebut, padahal biasanya seluruh ikhwan di kelas 5C ikut menjadi peserta dalam permainan tersebut. Namun kali ini, Ryan dan Dino seperti sedang merencanakan sesuatu. Mereka berdua berdiri didekat rak sandal di depan kelas dengan wajah yang takut. Setelah selesai menyelesaikan rencananya, mereka berdua lari seperti tak tahu apa-apa. Rasya yang saat itu menyaksikan kejadian juga tidak tahu apa yang Ryan dan Dino lakukan. Maka dari itu, Rasya hanya mengabaikan peristiwa tersebut.

Kemudian bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah habis. Ikhwan langsung menyelesaikan permainannya dan kembali ke kelas dengan keadaan basah. Terkecuali Ryan dan Dino yang saat itu bajunya masih kering tanpa keringat. Lalu guru IPA memasuki kelas dan memulai pelajaran.

Saat pelajaran berlangsung, Rasya izin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Sebelum ke kamar mandi, bu Nita membiasakan murid 5C untuk selalu ke kamar mandi menggunakan sandal. Saat Rasya mengambil sandalnya, Rasya menemukan sebatang coklat beserta surat bertinta merah. Kemudian, Rasya ambil coklat dan surat tersebut yang entah darimana asalnya. Suratnya memang ditujukan untuk Rasya, kemudian Rasya memasukin coklat dan surat tersebut kedalam kantong. Rasya memang bingung dari siapa surat dan coklat itu, namun saat itu waktu masih jam pelajaran berlangsung, jadi Rasya berfikir untuk memikirkannya setelah pelajaran berakhir.

Jam kelas telah menunjukkan pukul 11.45, menandakan bahwa pelajaran IPA harus segera berakhir. Murid ikhwan dipersilahkan ke Masjid sedangkan yang akhwat mengambil wudhu dan bersiap melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah di kelas masing masing. Rasya masih curiga dengan surat dan coklat tadi, Rasya masih belum tahu siapa yang memberikan itu kepadanya.

“Oke, ini misteri. Sebaiknya aku sholat dulu daripada pusing mikirin ginian.” Batin Rasya.

Setelah sholat dzuhur, Rasya menemui bu Nita untuk mendiskusikan surat dan coklat tersebut. Beginilah isi suratnya.

“Untuk Rasya, dari Ryan. Gue sebenernya suka sama lo. Kalau lo mau terima gue, lo terima dulu coklat dari gue. Kalau lo udah resmi jadi cewek gue, lo boleh telp ke nomer rumah gue yang ini 7534567. Sampe rumah telp gue ya J -Ryan”

“Ibuu, gimana dong, ternyata ini dari Ryan. Aku nggak suka dia ibu.” Protes Rasya kepada Bu Nita.

“Loh, kenapa marahnya ke ibu? Hahaha. Yaudah anggap aja ini rezeki.” Jawab Bu Nita dengan santai.

“Ibuu, kok gitu siiih, kalau saya terima berarti saya suka sama dia juga, bu. Kan saya ngga suka…” Rasya tetap saja protes.

“Hmm.. Yaudah, begini saja. Coklatnya buat ibu saja, rela nggak?” Bu Nita memberikan sarannya.

“Boleh sih bu, terus gimana?” Tanya Rasya.

“Udah tenang saja.. Serahin semuanya sama ibu. Hehehe” Bu Nita memegang semua tanggung jawab atas surat dan coklat itu dengan senyumnya yang ramah.

Kemudian, pelajaran Bu Nita dimulai. Bu Nita adalah guru Bahasa Indonesia yang baik sekali, ramah, dan tenang kalau mengajar. Tegas dan bijaksana, tapi kalau lagi bercanda masih bisa tetap menyenangkan kok.

“Selamat Siang Anak-anak…. Mari kita mulai pelajaran kali ini dengan Bismillah..”

“Bismillahirrahmaanirrahiim…”

Pelajaran dimulai dengan tenang. Dengan wajah yang ceria, Bu Nita bercerita sedikit sebelum belajar.

“Sebelumnya, ibu mau cerita.”

“Yeaaaaaay!!!!” Anak 5C memang paling suka bercerita.

“Hari ini, ibu senang sekali. Karena ada yang kasih coklat, hehe” Bu Nita bercerita tanpa ragu.

“Ibuuu, aku mau doooong.” Teriak Hani, anak 5C yang paling heboh.

“Boleh boleh, mumpung gratiiiiiis.” Bu Nita menawarkan coklatnya kepada Hani.

Disatu sudut kelas, Ryan dan Dion berbincangan.

“Yon, itu kok kayak coklat gua yang gua kasih ke Rasya yah?” Ryan bingung dengan coklat Bu Nita.

“Iya yan, bener bener. Apa emang coklat itu yang lu kasih buat Rasya ya?” Dion ikut bingung.

“Waaah, kalau bener, parah banget ya si Rasya, ga ngehargain gua banget.”

Ryan dan Dion semakin bingung. Coklat yang Ryan kasih kepada Rasya sama persis, mulai dari merk, rasa, dan jenis coklatnya.

“Buuu, dapet coklat gratis darimana buu…..” Teriak Ryan penasaran.

“Dari kamu kan?” Jawab Bu Nita dengan lantang dari depan kelas.

“Hah?” Ryan kaget.

“Jadi teman-teman, hari ini Rasya dikasih coklat dan surat oleh Ryan sebagai bukti kalau Ryan punya perasaan spesial untuk Rasya, tetapi karena Rasya tidak mau, jadi ibu saja yang makan coklatnya, lumayan kaaan…” Cerita bu Nita kepada anak-anak 5C.

“Hahahaahaha.” Anak-anak 5C saat itu tertawa mendengar cerita Bu Nita. Ryan yang saat itu menundukkan kepalanya karena malu atas perbuatannya.

Diakhir cerita, Bu Nita menjelaskan bahwa kita memang sedang berada di masa remaja, dimana masa yang labil dan indah dengan virus merah jambu. Tapi apa yang kita rasakan, tidak perlu semuanya kita ungkapkan, apalagi perasaan lain terhadap lawan jenis. Hal yang Ryan lakukan memang tidak dilarang, bahkan memberi hadiah itu memang dianjurkan. Tetapi apa pula jika kita memberikan hadiah dengan maksud lain? Tentunya akan muncul pula pernyataan tak enak dari mulut oranglain nantinya.

“Lain kali, kalau mau memberikan hadiah kepada lawan jenis, harus lewat ibu dulu yaa.”

“Iya Bu…”

“Oiya, ayo kita lanjutkan belajarnya, kenapa jadi ngelantur gini.”

“Wooo, Ryan siiiiiih.” Sorak teman-temannya.

Bu Nita puas saat menguak kejadian itu, Rasya pun lega dengan berakhirnya peristiwa tersebut. Anak-anak 5C saat itu sedikit terhibur dengan cerita lucu Rasya, Ryan dan Dion menanggung malu dihadapan teman-teman sekelasnya. Diakhir cerita, Ryan tidak menyimpan perasaan lagi kepada Rasya, karena dia malu apa yang telah dia perbuat.

----------

Cerita ini harta karun dari folder di laptop yang sudah lama banget. Ternyata, cerpen ini aku buat saat kelas 5 SD, di mana saat itu aku menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang pernahaku alami.

Persis seperti cerita di atas, itu adalah kisahku. Aku hanya mengubah tokohnya demi menjaga nama baik seseorang hahaha. Lucu banget, aku masih inget banget dulu dikasih coklat dan surat di rak sepatu. 

Lucunya menulis, kita bisa ketawa sendiri lihat tulisan yang telah lalu. Selain itu, kita juga bisa membandingkan tulisan lama dengan yang sekarang sebagai bahan evaluasi.
Lihat, penulisannya sama sekali belum rapi, 'kan? WKWKW. Dulu memang belum tahu apa-apa, jadinya nulis apa adanya aja. 



Kehidupan itu tidak semudah yang dibayangkan. Bukan hanya tentang hura-hura, bersenang-senang, meraih cita-cita, ataupun mencari jodoh yang sejalan. Banyak yang harus kita benahi dari dalam atau luar diri kita untuk siap menghadapinya.

Keluarga, merupakan salah satu sumber penting untuk belajar. Lahir dari sebuah keluarga yang sederhana dan berkecukupan mungkin adalah takdir masing-masing orang. Keduanya bisa jadi suatu hal yang menyenangkan atau justru menyedihkan. Bisa juga positif atau negatif. Maka dari itu kita harus benahi diri kita sendiri untuk mulai memikirkan hal-hal baik dari setiap yang kita miliki dan ajalani.

Aku terlahir sebagai keluarga yang tidak kaya, tapi alhamdulillah Allah mencukupkan rezeki kepada kami sehingga masih bahagia sampai detik ini. Melihat teman-teman yang lebih berada dan sejahtera memang kadang kala menjadi kesedihan tersendiri, tapi keluarga yang sederhana ini membuatku lebih bersyukur dan belajar untuk ikhlas.

Pun dengan mereka--anggota-anggota keluarga--mulai dari keluarga kecil sampai keluarga besar, semua memberikan aku pelajaran.



Keluarga papa benar-benar sederhana. Mereka hidup di Bandung dengan rumah-rumah kecil di gang-gang kecil. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang memang hidup berdampingan padahal sudah berkeluarga masing-masing. 

Namun, dari mereka aku belajar bahwa kesederhanaan itu menyatukan semuanya. Kebersamaan begitu tercipta. Hal sekecil apapun bagi mereka mampu membahagiakan, tak perlu yang berlebihan. Dari mereka juga aku terinspirasi untuk bisa 'lebih' daripada mereka, untuk bisa membantu mereka, dan juga bisa membantu orang lain.



Berbeda dengan keluarga mama yang kebanyakan dari mereka sudah punya rumah sendiri. Hidupnya berkecukupan bahkan ada yang berlebihan. Namun, semua itu juga memberikanku pelajaran bahwa tidak selamanya kekayaan mengharmoniskan hubungan. Ya, ada saja plus minusnya dari dua keluarga ini.

Bahkan soal cinta, aku belajar banyak dari mereka semua. 

Jadi, ceritanya hari ini mama dan uwa (kakaknya mama) pergi ke pantai bersama teman-temannya. Kebetulan, memang mereka dulu satu sekolah sehingga sering menghabiskan waktu bersama. Sementara, ada satu uwa perempuanku yang kini hidup sendirian. Ia ditinggal mati oleh suaminya. Sedangkan ketiga anaknya kini sudah punya rumah masing-masing.

Di malam minggu ini, beliau ngechat aku di whatsapp.

"Sa, mama sama uwa ke pantai ya? Kamu bukannya ke sini nemenin uwa, nginep aja," ajaknya tanpa basa basi.

"Loh, emang uwa masih sendirian?" tanyaku memastikan. Kukira ada anaknya yang sudah pulang untuk menemaninya.

"Iya atuh, selamanya sampai mati  soalnya anak-anak udah punya rumah sendiri," jawabnya.

Aku dibuat kaget. Perkatannya singkat namun mampu menampar aku. Benar-benar membuatku iba. Uwa ini memang orang yang setia. Dia pernah bilang kalau dia tidak akan menikah lagi selepas suaminya pergi lebih dulu. Dan terbukti sampai sekarang, dia sendirian.

Yang tidak menyangka lagi, dia terlihat kesepian setelah ketiga anaknya pergi--menikah dan tinggal bersama pasangannya masing-masing. Padahal, rumahnya lebih besar dari rumah yang kutinggali sekarang. Kebayang betapa sepinya rumah itu saat ini.

Sayangnya aku tidak bisa menemaninya malam ini. Tapi, aku sudah mengatakannya bahwa suatu hari nanti aku akan menemaninya tidur. Aku benar-benar iba dan aku berpikir tentang masa tua.

Bagaimana jika mama dan papa nanti demikian?

Apakah aku sanggup membayangkannya kesepian seperti itu?

Apakah aku harus menemani mereka sampai akhir hayatnya?

Apakah aku bisa setia pada pasanganku nanti seperti apa yang dilakukan uwa kepada suaminya?

Ah, begitu rumit membayangkan kehidupan masa tua. Tapi aku sangat bersyukur bisa belajar banyak hal dari mereka--orang-orang yang sudah lebih berpengalaman. Aku sangat menyayangi mereka meski keluargaku termasuk kerluarga gengsi yang gak pernah ucapin perasaan apapun. 

Semoga Allah memberkahi kehidupan kita, memperpanjang usia kita, melindungi kita dari marah bahaya dan terus menjaga kita untuk berada di jalan Allah. Aaamiin.. semoga yang baca juga demikian ya. Jaga keluargamu sebaik mungkin, belajarlah mengambil hikmah dari sekecil apapun kejadian. Semua yang ada di bumi berhak mendapatkan kebaikan. 

Jadi, mari kita lakukan itu. Salam semangat!

Foto/Pinterest


Kali ini, izinkan aku bercerita tentang seorang teman yang menyukai temannya. Jika dirasa ada kesamaan tokoh, kejadian, keadaan atau lain halnya, mohon dimaklumi. Tulisan ini hanya aku tulis dengan tujuan untuk mengingatkan kita semua bahwa kisah ini harus berjalan sebagaimana mestinya.

Jadi, orang ini adalah temanku. Lebih tepatnya dia pernah sekelas denganku. Dia adalah salah satu teman lawan jenis yang agak pasif saat di kelas. Dia jarang menunjukkan eksistensinya di depan siapapun. Sedikit irit bicara dan memang tak banyak yang tahu tentangnya.

Suatu ketika, ada banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di telingaku. Ya, tentang si orang ini. Ada kabar A sampai Z yang satu per satu tidak bisa aku percaya begitu saja. Termasuk salah satunya kabar bahwa orang ini menaruh rasa untukku.

Aku biasa aja. Selama kabar itu belum aku dapatkan dari dirinya sendiri, aku hanya bersikap tak acuh seakan tidak tahu apa-apa. Tapi, tidak bisa dipungkiri, bahwa hadirnya kabar itu membuat aku sedikit berhati-hati agar tidak memberikan harapan lebih saat berteman dengannya.

Memang, dia tidak menunjukkan apapun kepadaku secara langsung. Artinya, dia menyimpan rasanya dengan sangat baik. Atau, bisa saja kabar itu hanya segelintiran angin yang berhembus saja, alias hanya gosip. Wallahu'alam, aku tidak terlalu fokus untuk hal itu.

Kemudian, kami sudah tak lagi satu kelas. Setelah lulus, kami menempuh pendidikan dan tempat yang berbeda. Hal ini cukup menenangkanku karena tidak perlu lagi berhati-hati. Bahkan bertemu pun sudah jarang.

Namun, beberapa waktu setelah itu, dia justru muncul dengan beberapa eksistensinya. Entah dia hanya sekadar berekspresi atau memang ingin menarik perhatian. Yang jelas, beberapa hal tersebut seringkali menyangkut namaku meski dia tidak menandaiku dalam postingannya.

Misalkan, dia seringkali menghubungkan sesuatu yang dia buat dengan cahaya. Ya, cahaya sendiri adalah suatu hal yang sering aku gunakan dalam setiap karyaku. Cahaya menjadi branding diriku. Lalu, lelaki itu juga sering menghubungkan hal itu dalam tulisan, gambar, atau statusnya di media sosial.

Pernah lagi, ia benar-benar mengopi kutipanku dan memasangnya di status media sosial miliknya. Dan ia tidak mencantumkan namaku di sana. Pun pernah juga kubuat status tentang muhasabah diri, lalu beberapa menit kemudian, ia membuat status yang sama dengan topik muhasabah diri yang sama, dengan background yang serupa pun dengan isi kutipannya.

Parahnya, suatu ketika aku pun pernah update fotoku sendiri di media sosial. Kemudian, tak berselang lama, lelaki itu memasang ilustrasi yang gambarnya mirip sekali dengan foto yang aku posting. Sungguh luar biasa pengintaian ini.

Dalam hal ini, sejujurnya aku sangat amat terganggu. Bahkan, pernah aku berbicara jujur padanya tentang apa yang dia lakukan, lalu, dia malah menjawab dengan alasan. Aneh, bahkan tak masuk diakal. Padahal, aku tahu betul semua yang dipostingnya saat itu adalah tentangku.

Dari kejadian ini, aku hanya ingin mengingatkan kita semua--termasuk aku juga--untuk berhati-hati dalam mengagumi seseorang. Tidak semua orang menyukai hal-hal tentangnya ditiru begitu saja, apalagi dengan teman sendiri yang kita kenal. 

Kalau memang menyukainya, maka sewajarnya saja. Bicaralah langsung padanya agar semuanya bisa lebih terbuka. Perkara ditolak atau diterima, itu memang risiko dari jatuh cinta. Tapi, kalau begini keadannya, kita hanya menjadi pengintai dalam persembunyian. Gak etis, dan justru menganggu dirinya.

Jadi, aku termasuk orang yang males banget diikutin dalam hal itu. Bener-bener ngerasa diintai. Aku akan lebih menghargai perasaan seseorang dan apapun yang dilakukannya selagi ia meminta izin, berteman baik, atau sudah membicarakannya baik-baik. That's okay kalo menurut aku. Tapi, kalau keadaannya berbanding terbalik, aku mohon jangan pernah lakukan sesuatu yang orang itu gak suka.

Ketika berharap dia menyukai kita, dia malah benci sama kita karena kesalahan kita. Gak enak kan? Kalau sudah terlanjur? Ya.... minta maaf aja sama dia. Jalin komunikasi yang lebih baik lagi. Jangan sampai membuat kebencian yang semakin berlarut. Apalagi sama temen sendiri. 

Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, ya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung dan menyakiti. Aku hanya mengutarakan kegelisahan serta mengingatkan kita semua untuk mencintai seseorang dengan wajarnya. Tolong, mengagumi sewajarnya saja, ya. 

Terima kasih.




Menyusun tugas akhir di tengah pandemi ini cukup menguras batin dan pikiranku. Pasalnya, dari awal aku sudah tidak mendapatkan semangat karena kondisi tiba-tiba berubah seperti ini. Qadarullah sih, kita sebagai manusia tidak bisa menolak ketetapan-Nya. Jadi, aku hanya bisa menjalaninya semmapu dan sekuat tenagaku.

Awal menyusun tugas akhir ini sebenarnya ada sesuatu hal yang sempat mengganjal saat itu, yaitu tentang dosen pembimbing. Di awal aku berpikir untuk mencari teman seperbimbingan yang nantinya bisa berproses bersama. Tapi, di sisi lain aku memikirkan kembali tentang topik yang aku bahas nanti. Apa mungkin lebih mementingkan teman daripada dosennya?

Jadi, banyak kabar-kabar tak mengenakkan mengenai tugas akhir ini. Ada yang bilang, dosen A ini killer banget kalau sidang, jadi sebisa mungkin cepet-cepetan dapetin dosen A ini jadi pembimbing biar nanti gak ketemu di sidang. Ya, begitulah, ada beberapa dosen yang diantisipasi orang-orang biar gak ketemu di sidang tugas akhir nantinya.

Lalu, bagaimana dengan aku? Hahaha, dari sekian banyak teman-teman, aku adalah salah satu mahasiswa yang takut mendengar kabar itu. Tapi, bagaimana jika semuanya menyerbu dosen itu? Bagaimana dengan kuotanya, apakah akan terpenuhi? Apakah aku akan mendapatkan dosen pembimbing dia?

Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil jalan lain. Jadi, aku justru mencari dosen pembimbing yang bisa membantuku untuk menyelesaikan tugas akhir dengan cepat. Ya, mungkin banyak orang yang tidak sependapat. Tapi, aku justru memprioritaskan proses penyusunan tugas akhir daripada sidangnya.

Dari keputusan itu, sebenarnya masih ada hal mengganjal lainnya. Misalnya, aku jadi gak punya teman seperbimbingan. Ya, teman kelasku gak ada satu bimbingan yang sama denganku. Ada sih di kelas, tapi sayangnya mereka mengambil tentang fotografi, berbeda dengan aku yang mengambil tentang reporter. Ah, pokoknya sedih banget saat itu.

Berproses di tengah pandemi ini cukup menyesakkan hati. Aku harus mandiri dan berproses sendiran, gak ada temen deket, gak ada yang bisa diajak diskusi, dll. Sedih banget perasaan aku saat itu. Sementara teman-teman lain berdiskusi bersama antardosen pembimbing yang sama. Sedangkan aku? Diam, sendirian, tanpa diskusi sama siapa-siapa.

Yaudah deh, aku akhirnya berproses aja sendirian. Gak peduli orang udah sejauh mana, sampai mana, yang jelas aku terus berjalan tanpa peduli sekitar. Sambil mencari teman-teman baru yang mau diajak berproses bareng.

Alhamdulillah, tidak disangka Allah memberikan kejutan luar biasa. Dari kesedihan yang aku jalanin di awal, aku diberikan kemudahan dalam menulis tugas akhir dan akhirnya aku bisa selesai lebih dulu. Bahkan, aku juga diberikan teman seperjuangan yang mau diajak sama-sama, hahaha alhamdulillah.

Aku juga bersyukur akhirnya semua ada hikmahnya. Ake daftar sidang duluan, lalu dapat jadwal duluan, dan sidang duluan. 

Begitulah, keluar dari zona nyaman emang akan terasa pahit pada awalnya. Aku yang gak biasa sendirian harus memaksa diri untuk bekerja sendirian. Berusaha bersifat cuek sama orang lain dan gak membanding-bandingkan proses orang dengan diri kita. Tapi, keberkahan Allah itu nyata. Dari kesedihan aku belajar banyak hal hingga akhirnya bisa bahagia.

Akhirnya, kini drama tugas akhir sudah selesai aku jalani. Tidak ada lagi berburu tanda tangan, tidak ada lagi drama stress nunggu bimbingan dan revisian, tidak ada lagi rasa deg-degan sidang. Semuanya bisa aku jalani. Begitulah kadang kita merasa tidak mampu, padahal Allah akan selalu memberikan kita  ujian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Aku percaya, proses orang akan selalu beda. Hasil pun tak akan pernah mengkhianatinya. Semangat terus, ya, kawan-kawan. Selamat yang sudah berhasil melewati ujian dalam hidup kalian. Bagi yang sedang menjalani, nikmati saja. Semua akan indah pada waktunya. 


Aku tahu mungkin kita hanya berteman
Tapi, entah mengapa aku merasa nyaman
Setiap kali kamu memulai percakapan,
Sampai diskusi pun masih dipertahankan

Tapi, ngerti kan maksudnya peduli?
Iya, aku benar-benar merasa peduli.
Tanpa ada perasaan melebihi kepedulian itu.
Meski aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti
Yang jelas aku nyaman, nyaman kepada sang teman

Setiap hari aku berdoa kepada Ilahi
Untuk meluruskan hati,
Agar tak terbelit dalam emosi atau ambisi
Kuserahlan hatiku dengan ikhlas
Menerimamu apa adanya tanpa meminta apapun lagi

Namun, ketakutan terus saja menghantuiku
Bagaimana jika kenyamanan ini membludak pada akhirnya?
Akankah kita bisa menerima perbedaan rasa?
Atau kita akan saling menjawab semuanya?
Atau jika tidak, apakah kita bisa tetap seperti ini?

Entahlah, yang jelas aku akan bersedih saat kamu pergi
Aku tidak mengerti apakah nyaman ini masih pada batasnya,
Atau aku sudah berharap lebih...



Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates