Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Seketika aku teringat dengan sebuah cerita masa lalu ketika aku melihatnya di ruangan itu. Ya, aku sudah tahu dirinya akan datang. Aku telah membaca namanya di grup proyek yang kita jalani bersama. Sebut saja Romeo, yang jelas namanya disamarkan. 

Romeo dan aku tergabung pada proyek yang sedang kita jalani bersama. Awalnya, aku juga tampak kaget dengan kehadirannya. Sebab, sudah lama sekali kami tidak bercengkerama. Kenapa? Jadi, begini ceritanya.

Romeo adalah salah seorang adik tingkat di jurusanku, tetapi kami memiliki usia di tahun kelahiran yang sama. Mungkin hanya berbeda beberapa bulan saja. Saat itu, pertemuan kami pertama kali adalah saat aku mempromosikan himpunan dan mendatangi kelas adik tingkat, termasuk kelasnya. 

Kebetulan, Romeo ini adalah ketua kelas. Dan kebetulannya lagi, saat itu aku sedang bertugas mempromosikan himpunan ke kelasnya. Di sanalah interaksi pertama terjadi. Kami saling bertanya tentang himpunan, jurusan, kelas, beserta tugas-tugasnya.

Lalu, kami saling terkoneksi di media sosial. Lambat laun, kami pun semakin dekat karena interaksi. Rasanya sudah tak heran jika teman kelas Romeo meledeknya dengan namaku. Ya, aku menjadi bulan-bulanan di kelas mereka. Pasalnya, banyak yang bilang Romeo ini menaruh rasa padaku. Secara langsung memang Romeo tak pernah mengungkapkannya saat itu, tetapi aku tahu betul ketika sikap Romeo mulai berubah dan lebih peduli kepadaku. 

Saat itu, aku benar-benar bingung. Sebab, aku memang sedang tak ingin menjalin cinta dengan siapapun. Teman-teman Romeo mendesakku untuk terus dekat dengannya. Tapi, di sisi lain, tanpa aku harapkan ternyata ada seorang perempuan seangkatannya yang sangat berharap pada Romeo. 

Jujur, aku tak pernah ada rasa pada Romeo. Aku hanya menganggapnya teman baik karena dia memang seseorang yang baik hati. Aku suka kepribadiannya, namun bukan berarti aku jatuh hati padanya. Tentu, semakin dewasa kini kita harus bisa membedakan itu. Sayangnya, semua itu disalahartikan. Seseorang yang mengharapkan Romeo itu sepertinya tidak rela jika pujaan hatinya dekat denganku.

Wanita itu kemudian memberanikan diri untuk unjuk gigi. Setiap bertemu, dia selalu menatapku sinis. Di samping itu, dia juga membicarakanku dengan Romeo. Dia tak rela jika Romeo menaruh hati padaku. Dia juga sempat menjelek-jelekkan aku di hadapan temannya dengan nama samaran. 

Mendengar hal itu, lantas saja aku sebal. Akuu juga cukup sakit hati karena wanita itu. Sejak saat itu, aku mulai berusaha untuk menjaga jarak pada Romeo. Sayangnya, Romeo tidak menyadari gerak-gerikku. Ia terus mengejarku, mengirim pesan padaku, dan terus mendekatiku.

Hingga pada akhirnya, dengan bantuan temanku, dia mengatakan bahwa dia ingin aku menjadi pacarnya. Mendengar hal itu, aku langsung berkata pada temanku itu. "Kalau mau nembak, jangan ke aku. Karena aku gak akan terima. Daripada ditolak, lebih baik gak usah utarain itu," kataku yang memang tidak mau pacaran.

Setelah percakapan itu terjadi, Romeo mendapatkan kabar dariku itu. Kemudian perlahan pergi dan tahu apa maksudku menjauh selama ini. Tak lama kemudian, datanglah kabar Romeo berpacaran dengan seseorang. Dan yang mencengangkan lagi, dia berpacaran dengan wanita yang menghina dan menjelek-jelekkan aku. 

Kamu cemburu, Ca?

Nggak. Aku hanya kaget. Mana bisa seseorang yang ditolak cintanya, kemudian langsung memiliki hubungan dengan orang lain. Entahlah, aku tidak permasalahkan itu sih sebenarnya, aku hanya heran. Tetapi, semua kembali lagi pada pribadi masing-masing. Tentu aku tidak bisa membatasi dia karena dia pun punya hak untuk berbuat demikian.

Sejak saat itu, hubunganku dengan Romeo semakin asing. Entahlah, padahal aku tetap berharap kami bisa berteman baik. Sayangnya, semenjak dia pacaran, kurasa Romeo sudah berubah 180°. Semua media sosial kami tak lagi berhubungan, bahkan mungkin ada yang diblokir(?) Kami tak lagi berteman di instagram, tak lagi saling balas whatsapp, tak lagi senyum kalau bertemu. 

Aku bahkan sakit hati ketika menyadari itu semua. Ya, Romeo benar-benar berubah. Dia bahkan tak seperti temanku lagi, kita kerap kali dipertemukan namun sekarang rasanya beda. Menyapa pun tak pernah. Sama seperti 3 hari lalu saat aku bertemu dengannya di ruang rapat.

Dear Romeo, 
Jujur, aku rindu pada sosokmu yang sebenarnya ramah. Tetapi, mengapa saat ini kamu berubah? Apa mungkin wanitamu itu yang melarangmu untuk berhubungan baik padaku? Jika iya, kamu salah untuk menurutinya. Kita ini teman baik, mana mungkin seketika jauh begitu saja hanya karena status pacarnya?

Romeo, aku bahkan tak peduli pada siapa kamu melabuhkan hati setelah berharap padaku. Maaf, jika kala itu aku menyakitimu. Tapi, bukankah saat itu kamu menerimanya dengan sangat baik? Dan kamu menerima keputusanku itu.

Romeo, mengapa kita jadi canggung begini?
Ini mungkin kisah kesekian yang menyebalkan dalam hidupku, yaitu bertemu dengan teman baik, namun meninggalkan teman baiknya hahya karena status pacaran. Ya, aku sedih sekali pacarmu membatasi pertemananmu. 

Semoga suatu saat nanti kita bisa berteman lagi, ya. Meski kita tidak bisa bersama, tentu bukan menjadi alasan untuk saling membenci, Rom. Maaf, aku tak inginkan perasaanmu, yang kuinginkan hanyalah pertemanan baik kita yang seperti dulu. 


Selamat hari ibu, Ma. 

Mungkin tulisan ini belum tentu kamu baca hari ini atau kapanpun. Aku cuma ingin mengabadikan perasaanku kepadamu, yang mungkin gak pernah aku utarain semuanya secara langsung karena kegengsianku. Maaf, ya, Ma. 

Kalau bicara soal mama, rasanya air hujan pun terlalu sedikit untuk menganalogikan kasih sayangnya kepada anak-anak. Sebab, air hujan tentu akan berhenti dan kering, sementara kasihmu tidak akan. Sesederhana apapun kesanmu di mata orang lain, kamu tetap terbaik untuk anak-anaknya.

Ada sebuah kisah kita, Ma. Mungkin kita tidak akan pernah melupakan ini. Saat itu, kita sedang berdua saja di rumah. Papa sedang ditugaskan ke luar kota, sementara adik yang seharusnya tinggal bersama sudah merantau untuk kuliahnya.

Malam itu, gerimis-gerimis manja pada pukul 10 malam, kamu kedinginan dan bersembunyi di balik selimut coklat milik kita. Kita yang hendak tertidur seketika menjadi gelisah, sebab napasmu berbunyi dan merasa kesulitan. Ya, saat itu kamu sedang sakit yang tak seperti biasanya.

Memang saat itu kamu sedang menjalani pengobatan berjalan, di mana kamu harus kontrol setiap sebulan sekali untuk memeriksa kesehatan paru-parumu. Segala kemungkinan sudah kamu bayangkan, mulai dari hal baik sampai hal yang tidak ingin aku dengarkan. Tetapi, kamu berbicara banyak hal tentang itu padaku.

Di malam yang dingin itu, kamu juga berbicara hal yang sama seakan mengulang ungkapan-ungkapan itu dan berpikir yang tidak-tidak. Aku marah, rasanya tidak pantas seorang hamba memikirkan sesuatu yang belum tentu menjadi takdirnya. Aku terdiam, lalu membiarkanmu sementara.

Namun, sakit itu tak tertahankan olehmu. Napasmu mulai pendek, raut wajahmu mulai tak biasa. Lalu, kamu memintaku mengantar ke dokter di malam yang hampir saja tengah malam. 

Awalnya, aku berencana memesan taksi online agar perjalanan kita lebih pendek. Namun, kurasa saat itu pertolongan cepat harus segera dilakukan. Dengan kondisi apa adanya kita saat itu, akhirnya kuberanikan diri untuk membawamu dengan sepeda motor milik kita.

Baru kali itu sepertinya aku bawa motor di tengah malam, apalagi sambil membawamu kedinginan untuk ke rumah sakit. Dengan gerimis-gerimis itu kita terpaksa menerobosnya agar cepat mendapatkan pertolongan di rumah sakit. Nahasnya, malam itu hujan semakin besar dan kita kebasahan.

Meski saat itu kami sedang terburu-buru, aku tetap berusaha melambatkan laju motorku. Sebab, aku tahu keselamatanmu lebih penting. Segala hal yang mengelilingi kepalaku membuat air mataku menetes saat menyetir. Ma, saat itu aku benar-benar sedih.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung membawamu ke IGD. Sayangnya, petugas rumah sakit saat itu tidak mengindahkan kita dengan segera. Padahal, aku sudah meminta dokter untuk memerika ibuku yang napasnya sangat pendek. Kasian, saat itu kamu hanya bisa duduk sambil menunggu dokter memeriksamu.

Ma, saat aku memperhatikanmu yang sedang sakit itu, hatiku benar-benar sakit. Aku takut semua perkataanmu saat itu jadi kenyataan. Aku bahkan takut kehilanganmu saat itu juga. Aku tak bisa menahan tangisku saat melihat kerut wajahmu yang mulai pucat saat itu.

Lalu, kamu ingat gak, Ma, saat itu aku izin pergi ke toilet dan bilang mau ambil tisu. Ya, sebelum mengambil tisu aku berdiam diri di kamar mandi dan nangis sebanjir-banjirnya. Aku benar-benar sakit melihatmu dengan kondisi seperti itu. 

Kejadian ini sangat berkesan untuk aku, Ma. Mungkin mama juga gak lupa sama peristiwa ini. Semoga kejadian itu gak akan terulang lagi, ya, Ma, karena kamu pasti akan sehat selalu. Tetaplah bertahan sampai aku bisa membuatmu bahagia, Ma. 

Maaf selama ini aku belum bisa membahagiakanmu dengan seutuhnya. Sehat dan bahagia selalu untukmu. Kumohon doa dan kebaikanmu untuk anak-anakmu, ya. Terima kasih sudah menghadirkan aku ke dunia. Semoga dengan tulisan ini kamu tahu bahwa aku mencintaimu.


Pandangan ini ditulis oleh seorang perempuan yang justru belum menikah. Ia ingin membagikan pandangannya perihal pernikahan yang selama ini ia lihat di depan matanya. Meski belum pernah merasakan bagaimana perjalanannya, perempuan ini seorang pemerhati yang baik. Sehingga, ia selalu merasa haus akan ilmu tentang pernikahan yang ingin ia pelajari.

Pernikahan adalah ibadah yang panjang. Itu artinya, tidak ada kata henti dalam belajar mengenai pernikahan. Tentu ada banyak bekal yang perlu disiapkan sebelum mendaki gunung, ada banyak alat dan bahan yang perlu kita beli jika belum memilikinya, dan ada banyak strategi yang harus kita kuasai sebelum menapaki tempat yang belum pernah dikunjungi.

Begitu juga pernikahan, rasanya tidak ada kata habis untuk itu. Beberapa kali aku bertanya kepada orang terdekat perihal apa saja yang telah mereka pikirkan tentang ini. 

Macam-macam:

Ada yang cukup yakin karena telah berguru pada banyak sumber, ada yang justru ketakutan karena belum memikirkan sejauh itu, ada yang justru kebingungan harus memulai semuanya dari mana. Sampai pada akhirnya, mereka balik bertanya, "Memangnya apa yang harus dipersiapkan?"

Sejujurnya, aku juga tidak tahu betul. Tentu persiapan setiap orang menuju pernikahan tidak bisa disamaratakan. Setiap orang punya perjalanan masing-masing yang mungkin takkan terulang. Tapi, yang aku yakini di sini adalah, menikah itu adalah belajar—menjadi diri lebih baik lagi, mengeksplor keahlian lain dalam berperan, mengasah kemampuan yang ada, dan belajar menerima seseorang untuk melengkapinya (dan keluarganya).

Kalau kata kakakku bilang, "Berani menikah berarti harus berani punya keturunan." Ya, itulah. Mental adalah salah satu hal yang perlu disiapkan. Sebagai perempuan, ketika sudah diijab qabul oleh pasangannya, tentu perannya akan mengganda, yaitu menjadi seorang istri. Tentu ada tanggung jawab dan tugas baru dalam kehidupannya, salah satunya melayani suami.

Dengan begitu, perempuan harus rela mengorbankan waktunya untuk bangun lebih pagi, menyiapkan mental untuk mengandung, menghadapi mual-mualnya kehamilan di usia muda, menyiapkan sarapan untuk suaminya, dan segala hal-hal kecil yang tentunya harus kita persiapkan pula.

"Kamu nulis tentang ini karena sudah mau menikah?"

Jawabannya, enggak! wkwk. Aku bahkan sedang tidak dalam keadaan taaruf, dekat dengan seseorang, pacaran, atau punya seseorang spesial. Ya, aku sedang jomlo saja. hihi. cuma mau berbagi pandangan tentang pernikahan, yang ternyata masih banyak orang-orang belum concern ke arah sana. 

Tapi, aku teringat tentang pandangan seorang teman dekat yang mengatakan, "Meskipun belum tahu siapa jodohnya dan akan nikah kapan, belajar dari sekarang gak ada salahnya, 'kan?"

Betul, aku sependapat dengannya. Memang mempersiapkan segalanya harus sedini mungkin. Melihat kisah-kisah pernikahan yang gagal seharusnya bukan membuat kita takut, melainkan menjadi semangat untuk belajar agar tidak seperti itu.

Kisah-kisah manis dari sebuah pernikahan juga bisa dijadikan motivasi bahwa setiap orang akan ada masanya memiliki pasangan, merajut kebahagiaan bersama, berbagi suka dan duka, bergandengan tangan sampai maut memisahkan. Tentu hal itu patut kita harapkan bukan?

Jadi, menurutku tidak ada salahnya kita belajar, kok. Aku juga beberapa kali ikut kajian pernikahan, baca-baca ilmu yang berkaitan, memperhatikan hubungan seseorang untuk dipelajari, mengambil hikmah dari setiap hal yang terjadi. Itu sebuah kesempatan dan hal lumrah yang bisa kita dapatkan.

Gak usah malu belajar ginian. Ini bukan hal tabu yang memalukan. Ini kebaikan, apalagi kalau kita tanamkan sejak dini bahwa ada hal luar biasa di balik ibadah pernikahan. Tentu ibadah panjang itu akan berkah bila dilakukan dengan ilmu dan persiapan yang matang, bukan?

Semangat semua, yang jomlo kayak aku semoga segera dipertemukan jodohnya, ya. Hehehe. Aku nulis malam minggu tentang ini rasanya relate aja, setelah membolak-balikka beranda medsos yang dipenuhi oleh status kondangan di malam minggu dengan tanggal spesial.

Selamat 12.12.

Semoga kita bahagia selalu, sehat terus, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.



Saat ini,

tidak semudah itu memutuskan untuk jatuh cinta

Meski sesekali perasaan rindu itu merasuk ke dalam jiwa

Entah rindu itu ditujukan kepada siapa,

Sebab, sebenarnya tak ada seseorang pun yang sedang bertahta


Mungkin sesekali memori itu terulang kembali

Teringat lagi tentang beberapa waktu yang sempat kita lalui sejak awal pandemi

Jujur, aku merasa kita belum pernah sedekat itu sebelumnya

Tapi pandemi yang membuat kita saling berbagi saat itu


Mungkin kita ditakdirkan hanya untuk saling menyapa

Menemani kesendirian kita masing-masing, tetapi bukan untuk saling melengkapi

Mungkin aku yang terlalu perasa saat melihat tingkah baikmu padaku

Padahal bisa saja kau lakukan hal sama kepada orang selain aku


Payahnya, perempuan memang lembut hatinya

Dan aku belum sekuat itu dalam menghadapinya

Maaf, karena aku telah menaruh rasa

Meski kutahu, sepertinya tak ada balasan atas ini semua


Sejak saat itu, kamu membuat sebuah alasan

Dan secara perlahan, kamu seakan menghindari aku

Aku tahu betul dirimu seakan kecewa padaku

Ketika aku dan kamu belum sempat bertatap muka


Biarlah, aku tahu mungkin bukan waktu yang tepat untuk memutuskan jatuh cinta

Pun dengan orangnya, kamu bukan yang tepat untukku

Entah untuk saat ini atau memang bukan untukku


Yang jelas, memang tak semudah itu memutuskan kembali untuk melabuhkan hati

Setelah banyak kecewa yang terlewati

Setelah banyak rintangan yang dihadapi

Biarlah waktu dan orang terbaik yang menghampiri



Nak, izinkan ibu menuliskan surat terbuka untukmu, yang kelak akan lahir dari rahim ibumu yang tidak sempurna ini. 

Hari ini, aku sedang proses memulihkan energi setelah 3 hari kemarin menjalani satu tugas yang cukup berat, Nak. Kondisi tubuhku sedang down, bahkan beberapa kali rasanya ingin muntah. Tapi aku harus kuat, Nak, sebab aku ingin anakku lahir dari ibu yang tegar dan kuat, agar dirimu bisa lebih kuat daripada aku, hehe. 

Jadi, ceritanya selama tiga hari kemarin aku diamanahkan untuk turut andil dalam pembuatan video bahan ajar dari Dirjen Diksi. Bagiku, amanah ini sangatlah besar. Terlebih, ada keraguan dalam diri ini yang rasanya tak percaya diri untuk melakukannya.

Namun, di sisi lain, aku tidak bisa menolaknya. Aku percaya bahwa seberat apapun sesuatu yang Allah berikan, itu artinya Dia percaya bahwa diriku kuat dan mampu melewatinya. Mungkin aku saja yang terlalu tidak percaya diri, sehingga banyak ketakutan yang luar biasa sebelum menjalani semua ini.

Dalam proses pembuatan video ini, sebenarnya banyak hal yang menghambat perjalananku. Kamu tahu, Nak, di antara 3 teman satu tim yang lain, hanya aku yang rumahnya jauh dari lokasi syuting. Hari pertama, aku harus berangkat pagi buta untuk sampai di lokasi pukul 8. Setelahnya, aku pulang ke rumah pukul 22.30. Betapa lelahnya aku hari itu, Nak. Pagi berikutnya aku juga harus berangkat lebih pagi dan memilih untuk menginap bersama timku di lokasi syuting, demi menghindari pulang yang akan larut malam lagi. 

Di hari terakhir, ternyata lebih berat, Nak. Aku ini alergi dingin, selain akan timbulnya bercak merah-merah di kulit, batuk-batuk juga seringkali mengganggu ketika alergi sedang muncul. Bekerja 3 hari nonstop di bawah dinginnya AC membuatku bekerja tidak maksimal. Keadaanku tidak fit, sayang. Benar-benar saat itu aku ingin mengeluh, tapi entah kepada siapa. 

Semuanya terlihat baik-baik saja, tetapi diriku benar-benar merasa tidak baik. Bahkan selama syuting berlangsung, aku lebih banyak diam dan mengambil pekerjaan-pekerjaan ringan daripada teman-teman. Selain karena kondisi tubuh, aku juga tidak terlalu mahir dalam memainkan kamera. Sehingga, aku merasa tidak enak dengan teman-teman yang usahanya sungguh luar biasa itu, Nak. Sementara aku cuma banti ala kadarnya. Malu sebenarnya, huhu.

Tapi, tahukah kamu, selama 3 hari lalu, ibumu ini sungguh mendapat banyak kebaikan di balik semuanya. Aku sadar bahwa Allah memberikan kesempatan padaku untuk belajar hal baru tentang videografi. Aku juga sadar bahwa Dia mengizinkanku untuk berjuang, mencari kolega baru dan pengalaman luar biasa bersama orang-orang profesional. MasyaAllah. Aku, tim, dan rekan-rekan lainnya juga diberikan dana insentif yang mungkin di luar perkiraan kami.

Nak, kalau suatu saat nanti kamu merasakan hal yang sama seperti aku, ingatlah ceritaku ini. Bulatkan niatmu, jangan pernah takut mencoba, dan jangan pernah mengharap "imbalan" lebih dari apapun, selain mendapatkan rasa ikhlas dalam bekerja yang harus kamu tujukan kepada Allah SWT, ya. Sebab, jika kita mengandalkan Allah dalam setiap langkah, akan ada hasil yang baik dari sebuah perjuangan, Nak. 

Aku bahkan tidak pernah berharap bayaran yang besar untuk hal ini, diberikan kesempatan seperti ini saja sudah Alhamdulillah. Dan MasyaAllah nya ya, Sayang, aku bisa pulang membawa uang. Dan aku melihat betapa bahagianya kedua orang tuaku melihat aku membawa hasil dari perjuanganku."Nah, gini bagus, belajar cari uang sendiri," ucap Papaku malam itu, saat perjalanan menuju rumah. 

Ya, Allah kasih hasil yang luar biasa sekali. Senyum dari orang tua yang menyambut anaknya kembali dengan kabar bahagia tentu lebih dari segalanya, Nak. Aku juga senang ketika mereka bahagia, aku semakin bersemangat bisa melanjutkan perjuangan lainnya demi melihat bahagia dari cahaya mata keduanya. 

Nak, jika suatu saat nanti kamu tumbuh besar, aku selalu berharap bisa menjadi saksi dalam perjuanganmu menuju sukses. Inilah perjuangan hidup, Nak. Banyak hal yang tak terduga terjadi begitu saja. Ada yang baik dan terang-terangan datang padamu, adapula kebaikan yang tersembunyi di balik keragu-raguan. Intinya, semua pasti ada kebaikannya, Nak, dan kamu akan menemukannya di balik rintangan yang akan kamu hadapi. Mungkin pada zamanmu nanti rintangannya akan lebih berat dari yang aku rasakan ini. Tentu, kamu perlu keimanan yang kuat agar bisa terus menyandarkan diri kepada Allah, ya. 

Mungkin sekian saja cerita perjuanganku mencari sesuap nasi di masa pandemi ini. Semoga bisa menjadi penyemangatmu, ya.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates