Hari ini aku berbagi cerita dengan seorang teman, kami fokuskan tema cerita kali ini adalah tentang pasangan. Entahlah, seketika topik ini relatable dengan usia yang sedang kami pijak.
Di tengah kondisi yang super meresahkan, rasanya permasalahan di umur kepala dua memang banyak halang rintang. Jangankan soal percintaan, hubungan dengan teman dan pekerjaan kadang-kadang juga tak selesai diperdebatkan.
"Sudah melamar kerja?" tanyaku padanya.
"Entahlah, aku sudah hampir frustrasi mencarinya," jawabnya.
Ya, memang mencari pekerjaan di masa pandemi begini keadaannya. Tidak pandemi saja rasanya pekerjaan sulit digapai, apalagi bersaing dengan banyaknya orang yang lulus berbondong-bondong dan dikelilingi orang-orang yang juga kena PHK akibat merosotnya ekonomi semenjak datangnya Corona. Huft, memang gak gampang bagi semua pihak.
Seketika pembicaraan itu buyar dengan sebuah pemikiran.
"Huft, enak ya jadi orang-orang, lagi frustrasi gini terus ada yang nyemangatin."
"Bener."
Saat itu kami mengerti posisi masing-masing. Lalu, kami bercerita tentang kisah percintaan kami yang jauh dari kebucinan yang orang-orang lakukan. Di sini kami benar-benar saling menguatkan, berharap suatu saat kisah pilu ini bisa terbayarkan.
"Kadang sedih ya, ngelist orang lain yang udah ada temen deket, terus dia lupa aja sama temennya sendiri. Ya... sebenernya hak mereka sih punya pasangan atau temen deket gitu, cuma kita yang gak punya pasangan tuh jadi ngerasa ditinggalkan gak sih?"
"Iya! Bener banget. Ada yang salah gak sih dari kita sampe ngerasa kayak gini? Udahmah ga punya pacar, temen deket juga gak ada, eh temen main juga asik sama pasangannya."
Aku tersenyum. Kira-kira begitulah percakapan singkatnya.
Sejujurnya, memang kadang-kadang aku sendiri merasa ditinggalkan oleh teman-teman yang kuliah sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Ya, lebih dari itu, ada juga yang sudah gak dekat karena memang sudah ada teman dekat yang lain—yang bisa dibilang pacar atau sekadar suka sama suka.
Jujur lagi, berat sih sebenernya kalau dipikir-pikir. Bodohnya, kadang aku merasa iri dengan mereka. Yaa.... punya temen deket. Setelah sekian lama entah kenapa aku belum berani memulai sebuah percintaan lagi. Tapi kalo dibilang pengen mah, ya pengen! Paham gak sih situasi ini? Wkwkw.
"Emangnya lu gak ada yang deketin, Ca?"
Pertanyaan itu sering bangef aku dapetin. Ketika jawab enggak, semua gak percaya. Ya... sebenernya kalau dibilang ada sih ya ada. Tapi, gak tau kenapa sekarang aku membentengi diri untuk jauh dari cinta yang bukan pada waktunya. Aku gamau pacar-pacaranagi, gais. Aku sudah cukup malu sama Allah dengan dosa-dosa yang aku perbuat. Jadi, aku sadar kalau dekat sama lawan jenis kan akan menimbulkan fitnah, zina, dan semacamnya. Ini prinsip aku aja loh, ya.
Tapi kalau dibilang, "Emangnya gak mau ada temen deket?" Jawabannya, mau! Aku bahkan sangat terbuka sama semua orang saat ini. Tapi, aku juga gak mau merusak hubungan baik pertemanan dengan adanya bumbu-bumbu cinta. Semoga sih pertemanan yang baik gak ada baper-baper, ya, gais. Hehehe.
"Terus lu maunya apa, Ca? Dideketin gak mau, tapi pengen deket sama orang. Gimana sih?"
Hahaha bingung aku juga jawabnya gimana. Tapi lebih pengen punya temen yang selalu ada sih. Yang mau nemenin kapan pun, chatan kek, atau apa kek. Tapi gamau pacar-pacaran gitu loh. Aduh jadi susah gini ya? Wkwk.
Pokonnya gitu.
Yaaa.. gak ada salahnya memulai kedekatan. Tapi, harus sesuai koridor yang baik. Kalau dirasa memang melenceng, ya harus dihindarkan. Tapi kalau dirasa hubungannya sehat dan baik untuk agama dan juga jiwa, ya kenapa engga?
Gitu aja deh, semoga ga bingung ya kali ini aku nulis apa. Hahaha. Doain aku semoga 2021 ada yang mau seriusin aku.
Maksudnya seriusin temenannya. Hehe.