Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Kalau sudah kumpul keluarga, kini hanya aku seorang yang jadi bulan-bulanan di keluarga mama. Selalu ditanya kerja apa dan kapan nikah. Saudara lain yang seumuranku sudah lebih dulu menikah, sementara satunya lagi sudah jarang bertemu akibat divorce dan pisah rumah. Dan saudara perempuan lainnya masih pada sekolah dan masih jauh untuk membahas soal nikah.

Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu menyiksaku, bahkan seringnya aku justru mengaminkan doa-doa mereka yang berharap aku cepat segera menikah. Dan setiap ditanya, aku selalu iseng menjawab "Doain, ya, tahun depan." Lucu sih, setiap aku balas dengan jawaban itu, wajah-wajah mereka terlihat bahagia dan segera menanyakan hal itu lebih detail.

"Siapa calonnya?"
"Emang udah ada?"
"Kerjanya apa?"
"Coba liat mukanya."
"Bagus gak sholatnya?"

Aku cuma bisa jawab, ada. Ya memang ada, cuma siapanya itu yang masih belum tau. Hahaha. 

Sementara keluarga intiku, seperti mama dan kakak perempuan, selalu mendukung aku untuk segera mengurus CV untuk taaruf. Meskipun pernah gagal sekali, mereka terus menyemangatiku untuk tidak takut memulai lagi. Yaa... sebenarnya aku juga gak terlalu buru-buru bahkan gak merasa trauma juga untuk proses yang gagal kemarin. Tapi, kalau melihat target dan impian, tahun depan adalah batas waktu untuk aku menikah sesuai harapan, alias menikah di usia 23 tahun. 

Selagi menanyakan kesiapanku, aku sesekali membahas perasaanku kepada Ibrohim Fadlannul Haq, alias Boim97 yang sudah kukagumi sejak lama. Entahlah, sudah hampir lima tahun menyukainya memang terlihat mustahil untuk benar-benar didapatkan. Ditambah lagi, kisahku dengan Boim hanya terlihat sebagai kisah fiksi dalam sebuah novel. 

Tak hanya itu, ketika aku bercerita tentang perasaanku ini kepada mereka (keluarga intiku), mereka cuma menganggapnya sebuah guyonan. Padahal, aku sesekali merasa ini bukan hanya perasaan terhadap fans kepada idolanya, melainkan seperti layaknya suka sama orang yang benar-benar sudah dikenal. Ya padahal aslinya juga gak saling kenal hahaha. 

"Yah, itumah gak mungkin," kata kakakku. 
"Ya nggaklah, itu cuma khayal-khayalan, kayak kamu dulu ke artis-artis korea," timpa mama.
"Orang mana dia?" tanya Papa, "Indo, tapi lagi di Yaman." Jawabku.
Lalu, papa menambah lagi, "Wah, jauhlah itumah pokoknya, kirain beneran."

Sedih sih, tapi ya memang bener juga. Ngapain berharap sama seseorang yang sudah jelas gak kenal sama kita. Padahal, ya di satu sisi gak ada yang mustahil bagi Allah 'kan? 

Tapi, ya memang harus realistis sih. Kadang kita juga gak baik berharap sesuatu yang berlebihan sama manusia. Pun, aku juga ngerasa gak mungkin menang bertarung doa dengan fans boim lainnya. Hahaha. Gile, dari 400 ribuan followersnya pasti gak cuma aku yang berharap bisa kenal lebih jauh sama dia. 

Hahaha, sudahlah, lupain aja. Itu cuma cerita intermezzo wkwk. Yang jelas, realitasnya aku kepikiran tentang kata-kata dan harapan keluarga soal aku yang belum menikah. Aku cuma kepikiran di mana ya nanti aku ketemu sama jodohku, kira-kira siapa ya yang nantinya mau mempersuntingku, dan kapan ya semua itu terjadi? 

Ah, sudahlah! Gak perlu dipikirkan terlalu jauh. Aku yakin kalau memang sudah waktunya, Allah pasti akan hadirkan. Pun dengan siapa dan kapan, Allah paling tahu mana yang cocok dan kapan waktu yang tepat. Sekarang-sekarang ini Allah masih ingin lihat sabarnya aku dalam menanti dan memperbaiki diri. 

Aku juga tidak begitu resah sih soal ini. Karena hidup kan bukan hanya soal menikah. Ada kematian pun yang harus dipikirkan, ada banyak amal sholih lain yang harus dikerjakan, dan ada banyak juga kewajiban yang harus diselesaikan. 

Semangat! 
Buat calonku, yuk buruan yuk datang ke rumah. Minimal kenalan dulu lah~
Hahaha, gak deng! Bercanda. 

Waktunya berdoa aja ya, gak cuma untuk aku tetapi juga untuk kalian. Semoga dipertemukan ya dengan orang yang tepat di waktu yang tepat. Semoga jodohnya baik, sholih/sholihah, pokoknya yang bisa bawa kita ke surganya Allah. Hehe aamiin. 

Selamat menunggu, ya. 


Welcome November, satu bulan yang kelihatannya sudah siap menyambut akhir tahun sebelum Desember datang. Menginjak bulan ke-11 ini membuat aku semakin tersadar bahwa waktu lebih cepat berlalu untuk sekarang ini. Padahal, beberapa waktu lalu aku baru saja lulus, bingung mau kerja apa dan di mana, serta gak tau harus ngapain.

Tapi, setelah dipikir-pikir ternyata aku sudah melewati banyak hal ya sampai November ini. Dulu, kalau menghadapi permasalahan batin dan pikiran rasanya berat sampai menumpahkan air mata yang tidak terhingga. Tapi ternyata, semuanya bisa berlalu juga, walaupun kalau diingat lagi prosesnya tidak semudah yang dipikirkan saat ini.

Ya, terkadang keraguan pada diri sendiri adalah penghambat kita yang paling utama ketika harus menyelesaikan suatu masalah. Apalagi kalau permasalahan itu bukan hanya menyangkut pribadi, tetapi juga melibatkan batin dan pikiran orang lain. Hal itu tentu tidak bisa kita hindari. Tapi, percaya tidak percaya, Allah pasti memberikan kekuatan kepada kita hingga akhirnya bisa melewatinya. Ya, seperti yang aku rasakan saat ini.

Meski November kali ini langitku belum terlihat terlalu cerah, aku yakin suatu saat badai juga akan berlalu. Matahari akan kembali bersinar dengan terang tanpa harus berseteru dengan hujan. Cahaya akan kembali benderang meski harus melewati gelap yang diciptakan awan mendung. Semua pasti ada masanya berlalu, aku yakin itu.

November, izinkan aku tersenyum bahagia seperti yang foto yang kusematkan di postingan kali ini. Aku ingin segera bebas dengan beban-beban hidup yang sangat berat belakangan ini. Aku ingin segera melalui masa-masa tersulit yang kupendam dan selesaikan sendirian. Sejujurnya, aku merasa sangat tertekan.

Tapi, di satu sisi, aku percaya beban dan masalah inilah yang akan mengantarku pada fase kedewasaan. Hal-hal yang kulalui adalah segala sesuatu yang Allah percayakan kepadaku. DIA yakin bahwa aku bisa melewatinya. Itulah mengapa fase ini tak kunjung selesai agar aku bisa semakin mengambil amanat dan nilai dari permasalahan yang terjadi.

November, aku tak pernah berharap lebih selain kepada Allah. Doa-doa yang kupanjatkan tentu akan selalu ditujukan kepada-Nya, salah satunya mengharapkanmu menjadi bulan yang kembali bersinar dan ringan beban. Aku sudah cukup lelah dengan masalah di bulan-bulan sebelumnya. Sampai-sampai aku yang jarang lagi menangis, eh.. Tangisnya tumpah berkali-kali di bulan sebelum kamu.

Aku harap, November bisa lebih pengertian. Segala masalah satu per satu aku harap bisa selesai. Kemudian, ada kabar-kabar baik yang akan menyertai kehidupan dala menyambut bulan dan tahun yang baru ini. Aku percaya, Allah akan selalu memberikan kemudahan bagi kita yang bersabar.

Aamiin.

Satu kalimat yang belakangan ini sering terdengar di telingaku. Ya emang sih, belakangan ini sering banget dokumentasiin perjalanan aku, mulai dari beberapa pekan lalu ke Semarang, lalu ke Solo, terus mampir ke Yogyakarta sebentar. 

Jalan-jalan? No. Ini semua dilakukan atas dasar pekerjaan. Pasti tau kan rasanya disuruh pergi ke suatu tempat dengan alasan bekerja? Ya enak sih, cuma pergi bawa beban dan tanggung jawab adalah satu hal besar yang tentu harus dipikirkan. 

Aku cukup terenyuh juga ketika orang-orang berkomentar "enak ih jalan-jalan mulu." Mungkin kelihatannya iya, enak, kerjaannya ke mana-mana jadi bisa sekalian jalan-jalan. Aku juga bersyukur akan hal itu dan memang dari dulu punya harapan bisa coba pekerjaan semacam ini.

Tapi, mereka gak tahu aja di balik jalan-jalan itu, ada sebuah "perjalanan". Ya, proses yang panjang, perdebatan batin dan pikiran, semuanya sempat terjadi dalam waktu yang bersamaan. Entah saat sebelum berangkat, saat berangkat, atau ketika kegiatan sedang berlangsung.

Sebagai introver yang payah, lagi-lagi aku merasa ini bukan pekerjaan yang cocok untukku. Sebab, aku sangat amat kelelahan ketika harus pergi dan jalan-jalan jauh, apalagi untuk bekerja sekaligus. Butuh banyak effort sih sebenarnya bagiku. Aku benar-benar sering merasa kelelahan dan butuh recharge diri.

Memang begitu ya, pencapaian orang lain memang terlihat enak-enaknya saja. Tapi untuk terlihat seperti itu, tentu ada banyak hal yang sudah dilewati sebelumnya, ada banyak usaha yang dikerahkan untuk tetap bertahan, dan juga ada banyak doa yang selalu dipanjatkan, apalagi untuk meminta sebuah pertolongan.

Ya Allah, terima kasih.

Aku begitu bahagia bisa diberikan kesempatan seluar biasa ini. Bahkan, aku tidak menyangka hal-hal yang aku keluhkan setiap hari bisa terlewati juga--meskipun semuanya belum selasai 100 persen. Tapi aku yakin, semuanya bisa berlalu karena aku punya Allah yang Mahabesar.

Bismillah.

Percayalah kawan, kesempatan terbaik gak akan pernah melewatkan kita. Hal-hal yang kita inginkan mungkin tidak bisa terwujud saat itu juga, tetapi kalau itu ditakdirkan untuk kita, maka kita akan mendapatkannya suatu hari nanti. 

Semangat, ya!


Berawal dari cerita yang bisa kalian baca di sini, aku menjadi terperangkap pada pekerjaan di luar kebiasaan. Awalnya, aku memang benar-benar tau untuk bisa terjun ke dunia videografi. Pasalnya, aku juga memang punya kemampuan yang payah soal itu. Tapi, saat diberikan kesempatan itu, aku akan sangat menyayangkan ketika aku tidak mengambilnya. Akhirnya, saat itu aku bergabung pada bisang Tata Kecantikan Rambut untuk membuat Bahan Ajar Audio Visual (BAAV).

Setelah itu, aku mendapat banyak sekali pelajaran. Ya, aku benar-benar belajar. Saat itu, aku merasa belum menjadi anggota yang baik karena tak bisa seaktif teman lainnya. Bahkan, memegang kamera pun sangat jarang, kemampuan editing pun tak seberapa, pun dengan kemampuan komunikasi dengan orang baru juga adalah keterbatasanku yang mungkin tidak bisa dilakukan secara instan.


Dari kekurangan itulah aku belajar pada project kedua BAAV ini, di mana saat ini aku diamanahkan menjadi ketua. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali mengepalai grup tugas di kelas atau bahkan jadi ketua kelasnya. Tapi, kurasa berbeda ya jika harus menjadi ketua di antara orang-orang yang baru dikenal dalam waktu singkat.

Di project video ini, aku sebenarnya ingin sekali memperbaiki kekurangan saat menjalankan project yang pertama. Aku ingin sekali meningkatkan performa dan kerja kerasku untuk bisa jauh lebih baik. Namun, entah kenapa ada baik buruknya ketika aku menemukan anggota-anggota tim yang ternyata jauh luar biasa daripada aku, jauh berkemampuan dan jauh berpengalaman daripada ketuanya sendiri.

Pasalnya, anggota tim justru terlihat lebih aktif dan lebih giat dalam mengejar scene per scenenya. Yang dua tak lepas daripada kamera, yang satu lagi tak lepas memegang naskah. Padahal, awalnya aku sudah membagi tugas agar semua adil memegang tanggung jawab. Sementara aku lebih banyak diam, memantau, bahkan tidak kerja apa-apa selain bertugas menjadi back-up.

Entah ini terdengar menyenangkan atau justru buruk, tapi sejujurnya aku justru merasa gagal dan insecure. Sebab, ternyata aku masih belum bisa maksimal dalam memimpin tim di lapangan. Hal-hal yang tadinya ingin aku perbaiki saat project kedua ternyata belum bisa tercapai. Bahkan, rasanya "menjadi sia-sia" lagi seperti dahulu kala.

Aku benar-benar merasa tidak berguna. Tapi di satu sisi, sangat bersyukur bisa mendapatkan tim yang hebat-hebat. Bahkan, mungkin tanpa adanya aku mereka akan tetap bisa berjalan. Namun, dari dua project yang sudah kulewati ini aku belajar bahwa ternyata kembali kerja di lapangan bukan sesuatu yang terlihat menyenangkan bagiku.


Dari sini aku tersadar bahwa sepertinya aku memang bukan terlahir sebagai "anak lapangan". Aku bukan seseorang yang bisa beradaptasi cepat pada lingkungan baru, aku selalu merasa lelah ketika menghadapi situasi kerja dengan suasana keramaian, aku juga bukan orang yang mudah meng-improvisasi sesuatu dalam waktu cepat.

Berseberangan dengan itu, aku adalah orang yang harus berlama-lama untuk bisa akrab dengan orang lain, aku juga bisa lebih maksimal bekerja dalam keadaan sepi atau bahkan sendirian, aku juga tipe orang pemikir yang kalau memutuskan sesuatu harus dengan pertimbangan dan matang. Sementara, project video ini adalah kondisi yang berseberangan dengan kepribadianku.

Ya, memang belajar di luar kemampuan dan bekerja di lapangan memang tidak mudah. Mungkin itu yang bikin aku merasa tidak cocok menjadi jurnalis, meskipun aku lulusan jurnalistik. Sejatinya, memang diri kita sendiri itu paham dan sadar atas diri kita sendiri. Iya gak sih? Kalian sering gak ngerasa kayak gitu?

Ketika segala sesuatunya gak enjoy, itu sebenarnya menjadi alarm untuk diri kita sendiri dan tanda bahwa sebenarnya ada yang tidak beres di dalam diri kita. Sama halnya ketika kita tiba-tiba kebelet, itu artinya perut kita kepenuhan, jadi harus dikeluarkan. Sama juga seperti emosi yang tertahan terlalu lama, akhirnya keluar sebagai tangisan tanpa kita minta. Hal itu menjadi tanda bahwa kita sudah tidak kuat menahannya.

Ya, sama seperti satu malam di hari syuting kemarin. Tanpa sengaja, aku melupakan satu meeting penting untuk persiapan syuting video ketiga (sama juga bikin BAAV). Amanah baru lagi, mengetuai satu bidang untuk video selanjutnya yang tidak bisa ditolak. Saat itu, aku benar-benar bergegas join meeting di tengah-tengah syuting yang sedang berjalan malam hari.

Sampai di satu titik, aku sudah tak bisa lagi menahan. Ya, di situ aku menangis sendirian. Teman-teman lainnya sibuk di lobi hotel untuk syuting. Sementara aku, nangis di depan lift lantai 4, sendirian, sambil mendengarkan segala hinaan, caci maki, serta hal-hal yang sebenarnya tak ingin didengar.

Pasalnya, aku sama sekali memang tidak ada persiapan untuk meeting malam itu. Aku benar-benar lupa. Bahkan belum ada briefing apa-apa dengan tim karena memang sibuk dengan syuting video kedua ini. Rasanya hancur sekali malam itu. Tangis benar-benar pecah dengan sendirinya. Air mata yang keluar menumpuk di masker putihku dan membasahi seluruh mukaku malam itu.


Rasa bersalah, insecure, dan perasaan gagal memimpin di tim perhotelan belum selesai, tetapi sudah ditambah lagi dengan beban baru. Aku benar-benar merasa hancur saat itu. Rasanya ingin meluapkannya, tapi tidak bisa apa-apa selain diam, menangis, dan tidak mood ngapa-ngapain. Huft. 

Mungkin di antara teman-teman perhotelan menyadari itu. Aku terlihat sering sibuk sendiri, sering diam tak bisa apa-apa, sedikit bicara, bahkan ada kalanya benar-benar tak merespons apapun. Ternyata begitu rasanya menyimpan beban sendirian, apalagi bebannya ini sangat amat di luar dari kebiasaan, kemampuan, dan kemauanku.

Teruntuk tim perhotelan, maaf ya belum bisa jadi ketua yang baik. Bahkan sepertinya gak bantu apa-apa selain bantu angkat peralatan syuting. Mungkin, kalau untuk membantu membuat naskah, menyusun RAB, dan tugas-tugas semacam itu masih bisa dihandle dengan baik, meskipun gak mudah juga. Tapi, untuk kembali kerja di lapangan adalah satu beban berat buat aku, sehingga tidak bisa semaksimal kalian. Mianhae.

Setelah ini, kalau ditanya ingin terjun lagi ke dunia yang sama atau engga, jawabannya: kalau bisa ditolak, kenapa enggak? Hahaha. Lelah, bund.

Rasanya sudah cukup mencicipi pekerjaan ini. Pengalaman manis pahitnya sudah dicoba, kok. Bahkan mungkin setelah ini rasanya ingin menikah saja wkwkwk. Gak deng, bercanda. Eh tapi ya gapapa juga kalau emang udah waktunya. Wkwkw. Dahlah.

Tapi, aku juga tidak memungkiri bahwa banyak banget segala hal yang Allah kasih buat aku. Bukankah setiap amanah dan tugas yang datang adalah sebuah pembelajaran? Kalau kita merasa itu ujian, bahwa ujian tak pernah salah pundak. Itu artinya, seberat apapun yang aku hadapi sekarang itu artinya Allah percaya aku mampu melewatinya.

Itu yang selalu aku tanamkan dalam diri. Semoga sih harapannya bisa menjadi diri yang lebih baik lagi. Aku juga berharap semua lelah menjadi lillah dan segala rintangan segera berakhir. Ujian akan membuat kita semakin kuat, bukan? 😉

Cukup sekian aja ceritanya, deh. Kalau kebanyakan nanti bosen juga. Sebenarnya ini dokumentasi aja sih untuk pribadi, pun jadi tempat berkeluh kesah saat emang gak ada teman yang bisa aku ceritakan detail soal ini. Hehe. Semoga bisa diambil baik-baiknya, ya.



Assalamualaikum, gais! Sudah baca postingan sebelumnya? Kalau belum, baca dulu deh. Karena sedikit ada kaitannya sama postingan kali ini. Kalau sudah, lanjut aja kuy. Anggap saja postingan sebelumnya adalah pengantar sebelum aku bercerita soal kisah-kisah perjalananku ke Semarang kemarin. Jadi, enjoy ya!
Sebenarnya aku nulis selain untuk dokumentasi, juga untuk meluapkan segala emosi yang aku rasakan. (Emosi? Emangnya kenapa?) Haha. Ya, emosi. Jangan berpikir emosi itu cuma soal kemarahan, tetapi emosi adalah segala rasa yang kita rasakan. Mulai dari senang, sedih, bahagia, kesal, dan semuanya.

Kenapa emosi? Yya karena perjalanan ke Semarang ini ternyata merajut kisah-kisah yang menggabungkan segala emosi. Mungkin keliatannya aku baik-baik saja, seru-seru saja di Semarang, bisa main ke sana ke mari, bisa kerja sambil main. Ya, tapi ternyata tidak semudah itu. Ada banyak tangis dan usaha yang ada di baliknya.

Sejujurnya, aku juga ingin sekali bercerita sedetail mungkin kepada orang soal ini. Tapi, sayangnya aku tidak tahu harus berbicara kepada siapa. Rasanya aku benar-benar sendirian dan cuma bisa memendam. Alhasil aku memutuskan untuk bahas di blog aja, supaya lebih lega.

Emangnya aku mau cerita apa saja, sih?

Keindahan Semarang



Semarang, salah satu nama daerah yang sudah kutulis di wishlist buku planner. Beberapa kali Semarang sempat jadi topik perbincangan dalam kehidupanku karena beberapa orang terdekat pernah berbagi kisah-kisah mereka berkaitan dengan Semarang. Jadi, sempat kebayang keindahannya seperti apa.

Sejak saat itu, aku menulis tempat apa saja yang ingin aku kunjungi kalau aku ke Semarang, salah satunya Lawang Sewu. Alhamdulillah, tersampaikan sudah menginjakkan kaki ke sana. Namun, sayangnya karena waktu yang terbatas, jadi gak bisa lama-lama di sana.

Semarang itu kotanya indah dan cerah, mataharinya terik sekali. Menyenangkan, sih. Apalagi berada di sekitaran Kota Lama lumayan seru juga. Kehidupannya ramai sampai pukul 9 malam, tapi di atas itu benar-benar menyeramkan dan sepi. Kebayang gak sih kalau jalan malam-malam di tengah gedung-gedung tua dan kosong? haha.

Ada satu wishlist lagi yang belum kesampaian kemarin, yaitu ke Masjid Agung Jawa Tengah. Entah kenapa setiap mengunjungi daerah baru, yang kutuju adalah masjid-masjid bersejarahnya. Tapi sayang, gak semua orang punya wishlist yang sama, sehingga kalau bertemu dengan orang yang tiak tepat ya susah untuk mewujudkan harapan itu.

Tapi, gapapa. Mungkin ada kesempatan lain nantinya yang bisa bawa aku balik ke Semarang dan menuntaskan mimpi-mimpi yang tertunda. Udah sih, sekilas itu aja tentang Semarang. Kotanya puaaanas banget! Panasnya di Bogor ternyata masih wajar banget, karena ada yang lebih panas hehe.

Safar Tanpa Keluarga


Sejujurnya, ini salah satu safar yang terjauh tanpa keluarga--selain waktu itu jalan-jalan sama teman angkatan, ya. Biasanya kan banyakan, dan sekarang cuma ber 8 (6 orang mahasiswa dan 2 dosen). Tergolong sedikit memang, jadi vibesnya justru berasa lagi jalan-jalan, bukan untuk kerja. Hahaha.

Sebelumnya, aku juga ditawarkan sebuah business trip oleh salah satu klien di penerbit. Jadi, waktu itu tawarannya adalah aku harus meneliti dan cari data di 4 kota di Jawa Timur. Sayangnya, tawaran itu hanya untuk aku sendiri dan hanya ditemani oleh seorang laki-laki dewasa (bapak-bapak) yang menawarkan proyek. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Nah, intinya saat itu aku gak jadi berangkat karena gak dapat izin dari papa. Maklum, anak perempuan gak dibolehin safar tanpa mahram. Jadi, aku ikut aja deh. Awalnya merasa sayang karena sudah menolak tawaran itu, tapi alhamdulillah ketika kita mengikhlaskan sesuatu karena mau taat kepada Allah, eh.. Diganti sama kesempatan pergi ke Semarang ini. Alhamdulillah.

Makan enak, tapi ...


Ada satu hari saat itu yang bikin aku gak nyaman. Apa? 

Jadi, suatu hari dosenku bertemu dengan temannya yang tinggal di Semarang. Tidak disengaja, aku bertemu mereka di lobi. Gak cuma aku, dua temanku juga ikut berkenalan. Beberapa waktu berbincang menjelang makan siang, eh.. Akhirnya diajak makan siang bareng.

Awalnya senang, karena ada kesempatan nih untuk makan makanan Semarang. Sekalian kulineran, pikirku. Tau-taunya, aku dibawa ke tempat kuliner kuno di Semarang. Aestetik sih, tapi tampilannya mencurigakan. Sebab, tak melihat orang-orang berhijab di sana. Ada sih, tapi sedikit. Sisanya orang-orang berpakaian mini wkwk. Bisa bayangin kan pas aku masuk ke sana diliatinnya kaya apa?

Tapi, karena emang ini diajak, ya apa boleh buat. Aku cuma bisa ikut. Ya sudah deh ceritanya aku masuk aja tuh ya, cuek. Pas duduk di meja makan, jeng-jeng.......Menu datang. Isinya ada menu-menu yang dilarang di agama, alias ada bibubebonya wkwk. Gausah dijelasin lah ya.

Dari situ aku sudah makin pusing deh tuh, gak tau mau mesen apa. Aku juga inget dan pernah denger, kalau ada sesuatu yang halal dan haram di satukan, ya... Pokoknya jadi ragu gitu deh.Walaupun ada menu halalnya, tapi kita kan gak pernah tau ya alat dan bahan apa aja yang digunain di dalam dapur. 

Akhirnya aku gak pesan makanan karena ragu dan takut. Padahal katanya makanannya enak-enak, tapi ya gimana, masa menggadaikan keimanan cuma untuk makanan enak? Haha. Dari situ aku ngeliat dosenku dan temannya kayak menyadari ketidaknyamanan aku di sana. Tapi ya gimana, gapapa lah. 

Kerja di Luar Zona Nyaman


Selanjutnya, pekerjaan ini. Ya, pekerjaan jadi videografer dan tim editing agak ribet juga. Dulu, aku gak pernah mau ambil kerjaan selain nulis. Karena ya nyaman dan ngerasa bisanya cuma di bidang penulisan. Tapi, sekalinya coba kerjaan di luar itu, eh malah jadi terjebak di sini wkwk.

Sebenarnya seru, aku jadi belajar hal baru. Tapi, asli, aku merasa benar-benar "sendirian". Pertama, aku ngerasa gak ahli di bidang videografi, sementara teman-teman lain sudah lebih berpengalaman. Kadang ngerasa bisa dibantuin, tapi kadang-kadang harus ngerasa kalau yang namanya udah turun ke dunia kerja, pasti pada akhirnya akan sendiri-sendiri.

Ya, intinya keegoisan akan berlaku di dunia kerja. Gak ada saling tunggu-tungguan, gak enakan, kasihan, dll. Segala hal di luar zona nyaman harus siap-siap diterima. Walaupun emang berat banget buat aku. Contohnya tadi malam, baru banget dapat kabar satu orang di timku mengundurkan diri......

Ah, kepala kayak mau pecah rasanya! Mencari orang baru dalam waktu singkat memang lumayan berat. Ditambah lagi beban-beban lain yang lagi bermunculan di waktu yang bersamaan. Tapi, ya itulah dunia kerja. Gak ada yang bisa kita terka. Tapi, bismillah, berdoa selalu supaya minta dikuatkan pundaknya sama Allah:')

Perjalanan ke Semarang


Terakhir, aku mau ceritain perjalanan saat ke Semarang. Waktu dari Jakarta ke Bogor, sejujurnya aku excited bisa naik kereta jarak jauh. Maklum, gak pernah. Tapi, ternyata flat aja gitu selama perjalanan karena sedikit ngobrol sama orang-orang. Karena teman-temanku sibuk sama doi masing-masing wkwkw. Sedih sih, karena aku gak ada teman ngobrol dan emang gak ada doi juga. Tapi, yaudah, mau gimana lagi ya kan?

Terus, pas perjalanan pulang, aku lumayan deg-degan sih. Karena kita ambilkereta jam 3 pagi dari Semarang.  Alhasil, kita (cuma berempat) gak berani tidur karena takut kebablasan. Padahal saat itu benar-benar capek dan pegel banget, cuma gimana ya kan.

Nah, di tengah perjalanan, aku tidur deh tuh, yang lain juga. Tapi, pas azan subuh berkumandang dari hp aku, akhirnya aku kebangun. Tapi, melihat kondisi perjalanan kayaknya saat itu masih jauh dari stasiun. Pun kalau memang berhenti, ya gak akan lama. Itu yang bikin aku gak punya waktu buat sholat. Aku kebingungan.

Saat itu aku coba searching bagaimana cara terbaik untuk bisa sholat. Melihat teman-teman lainnya masih tertidur, aku ke kamar mandi saja dulu jaga-jaga mengambil air wudhu. Pas balik dari kamar mandi, aku melihat di sebrang kursi kami ada seorang laki-laki lagi sholat dengan duduk. Dari situ aku terinspirasi untuk sholat duduk juga.

Sebenarnya seperti yang aku tahu, hukum sholat duduk itu bisa dilakukan kalau memang benar-benar mendesak. Nah, yang aku ragu, aku gak tahu saat itu mendesak banget atau enggak. Atau memang akunya yang kurang ilmu? Tapi, karena aku ngerasa gak ada pilihan lain, akhirnya aku cari tempat duduk kosong dan sholat sambil duduk juga.

Aku cuma bisa berdoa sama Allah atas ibadah yang aku lakuin saat itu. Aku yakin Allah tahu kok niat baik kita. Bismillah aja saat itu kwkk. Alhamdulillah, aku mau berterima kasih sama mas-mas yang waktu itu sholat di kereta, aku jadi ada jalan keluar dari kegelisahan.

Udah deh, udah cukup panjang ceritanya sih wkwk. Segitu dulu ya, teman-teman. Makasi sdah mau baca sampai kalimat terakhir. Sejujurnya cuma bisa nuangin lewat blog aja. 
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates