Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Assalamualaikum. Hai! Apa kabar semua? Semoga sehat selalu. Kali ini mau cerita di balik cover lagu Thank God I Found You. Kalian ada yang tahu lagu itu gak? Kayaknya sih ini lagu bukan lagu yang terkenal banget. Bahkan sebagai anak yang suka lagu 90-an, aku juga gak bakal tau lagunya kalau gak denger di bioskop sekitar 10 tahun yang lalu. Gimana ceritanya?

Jadi, suatu hari aku, Hanifah (teman yang jadi partner cover lagu ini), dan mungkin beberapa teman lain (maaf, lupa.) mau nonton bioskop gitu. Nah, biasanya sambil nunggu film diputar, ada iklan-iklan atau lagu-lagu gitu kan ya yang diputar. Kebetulan, lagu ini yang waktu itu diputar di bioskop itu. Waktu lagu ini terdengar, kayaknya langsung suka dan ngerasa "Ini kayaknya lagu 90-an deh." Soalnya taste musiknya beda aja gitu sama lagu-lagu 2000-an waktu itu.

Nah, karena aku punya beberapa teman yang punya taste musik yang sama dan suka lagu-lagu 90-an juga, aku nanya lah ceritanya ke mereka. Tapi, gak ada salah satu dari mereka yang tahu. Mungkin kayak yang tadi aku bilang, lagunya emang gak terlalu terkenal di Indonesia. Tapi, mungkin di luar sana cukup populer apalagi untuk penggemar setianya Mariah Carey, pasti tau.

Karena gak ada yang tahu, akhirnya aku cari liriknya di google. Asli, dengerin cuma sepotong lirik dan gak terlalu mahir bahasa Inggris, rasanya susah saat itu nyari di google. Yaudahlah, cari aja. Karena suara Mariah Carey sangat khas dan terkenal, aku langsung ketik aja lirik lagu Mmariah Carey dengan kata-kata yang aku dengar waktu itu.

Alhamdulillah, walaupun dulu informasinya belum sebanyak sekarang, akhirnya nemu judul lagu ini! Ternyata lagunya Mariah Carey ft Joe & 98 Degrees, Thank God I Found You. Sejak saat itu lagu ini masuk ke playlist-ku. Sampai cari mp3 nya lalu didownload wkwk.

Pernah suatu ketika, aku dan Hanifah ini coba cover lagu di sekolah. Padahal waktu itu pengetahuan tentang musik sangat minim, kita berdua cuma sama-sama suka nyanyi. Kita juga ngefans sama nasyid di sekolah, jadi ketika dengar lagu ini langsung suka, karena ada acapella-nya. Keren deh pokoknya. Aku dan Hanifah ini emang selera musiknya gak beda jauh. Jadi cukup nyambung.

Saat itu, bermodalkan dua smartphone minimalis dan lirik, pengucapan yang ala kadarnya, serta waktu yang terbatas, kita cover. Hasilnya lucu banget kalo didenger. Fals, sok tau, aahh pokoknya gak banget wkwkwk. Setelah mendengar audio 10 tahun lalu itu, tiba-tiba Hanifah mengajak saya untuk membuat ulang dengan kualitas yang lebih bagus.

Tapa pikir panjang, aku mau. Aku emang udah lama banget ga cover-coveran lagu lagi. Terlebih lagunya emang suka. Penasaran dan merasa tertantang aja sih pas Hanifah ngajak cover lagu itu. Soalnya lagu ini tuh susah banget, asli! Coba deh dengerin. 

Ya sudah deh, setelah kesepakatan terbangun, kita bener-bener meeting via zoom dan ngomongin part-part mana yang bakal dinyanyiin Hanifah dan aku. Kita bagi-bagi tugas vocal, ngomongin teknis mengambilan suaranya, dll. Setelah itu, bermodalkan hp dan headset seadanya, kita rekaman deh pakai aplikasi online gitu.

Alhasil, ketika semua sudah dimixing, eh.. Hanifah bilang enaknya bikin video juga. Sebenarnya malu sih jujur. Wwkwk. Apalagi pas Hanifah bilang mau diposting tuh kayak "Aduh, gimana ya..." Sebenarnya aku udah gak mau post nyanyi-nyanyi gitu, malu aja sih wkwk. Aku juga kan udah jarang posting instagram gitu ya, terus emang lagi coba ngurang-ngurangin tampil di ig gitu. Cuma, yaudahlah, aku juga seneng sih kalau sahabat seneng. Gapapa deh sekali-kali aja.

Sejujurnya, aku juga agak males sih sama pendapat orang kalau aku posting nyanyi gitu. Soalnya, aku pernah ada pengalaman, jadi kan kebanyakan circle aku dari SD-Kuliah tuh yang Islami2 gitu. Banyak dari mereka yang memang 'alim atau 'menjaga banget lah ya istilahnya'. Sampai waktu aku nyanyi iseng di whatsapp aja ada yang bilang "Biar apa sih?" :)

Maklum sih, emang macem-macem tipe temen tuh. Ada yang mungkin gak terbiasa ya ngeliat orang kayak aku, yang keliatannya 'alim, paham agama, pendiam, dan sebagainya eh tau-taunya suka nyanyi dan posting2 segala. Aku ngerasa juga sih banyak yang berharap lebih gitu dari aku. Mereka ngerasa aku mungkin keliatannya ini dan itu, ternyata gak seperti pikiran mereka. Paham kan ya maksudnya? 

Padahal aku juga manusia biasa. Ya banyak kan yang suka musik? Mungkin ada banyak yang beda pendapat atau gak suka liat 'akhwat nyanyi'. Its okay, semua orang punya pilihan beda-beda. Tapi, yang kusayangkan, banyak di antara mereka yang tidak sependapat justru menjatuhkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya. Sedih sih.

Lah, jadi curhat. wkwkw. Intinya gitu deh. Pernah dapat kata-kata itu. Jadi, sebenarnya jadi agak males aja posting-posting nyanyi atau apalah itu. Tapi, ternyata pas posting banyak juga yang suka. Ya sekadar menghibur aja sih, walaupun nyanyi ini bukan bentuk dakwah. Sesekali upload hobi gapapa dong, ya? Hehehe.

Ya sudah deh, sejak saat itu sebenarnya gak mau lagi urusin omongan orang. Orang kan emang berhak menilai, tapi kita juga berhak memilih mana yang baik untuk diri kita dan mana yang bisa bikin kita sedih. So, kita yang bisa menyikapinya lebih bijak :)

Btw, kalau kalian mau nonton videonya, bisa mampir di YouTube aku, ya. Klik link ini aja biar langsung ke videonya. Oiya, mohon maaf ya kalau selama jadi pribadi Nurnafisah, aku gak bisa mencontohnya yang baik-baik terus, atau justru mengecewakan, gak sesuai bayangan kalian dll. I'm sorry.....

Tapi, pesan yang paling harus digarisbawahi adalah: jangan pernah berharap sama orang lain. Oke? Aku cuma manusia biasa, yang terbiasa hidup di lingkungan mayoritas, dibilang 'alim enggak pun dibilang nakal juga engga sih. Aku juga suka seni, terlebih mantan anggota nasyid, jadi wajar aja kalau suka lagu dan cover-cover gini hehe. Mohon dimaklumi, ya~


Halo, gais. Gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat, ya. Soalnya, belakangan ini lagi ramai lagi nih kasus covid omicron. Hampir setiap hari aku melihat postingan teman-teman yang sedang isolasi mandiri. Semoga yang sedang sehat jaga kesehatan, ya, dan yang sedang sakit disembuhkan dari penyakitnya. aamiin.

Kali ini, sebenarnya gak enak sih postingannya, soalnya berkaitan sama perasaan hehe. Tapi, gapapa deh ya, kalau ada yang tersinggung atau merasa postingan kali ini "kok kayak gue, ya?" maaf, ya. Semoga aja bisa menjadi sebuah jawaban atau pencerahan hehe.

Ceritanya gini, aku senang sekali punya teman. Itulah kenapa aku tidak menutup kemungkinan untuk berteman dengan siapa saja. Laki-laki atau perempuan, semua ada. Tapi, karena memang minimnya lingkungan dengan lawan jenis menyebabkan teman laki-lakiku lebih sedikit daripada teman perempuan. Ditambah lagi, sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu membuatku harus lebih teliti dalam memilih teman, khususnya laki-laki.

Nah, suatu ketika, aku menemukan seorang laki-laki yang aku kenal melalui media sosial. Sebenarnya dia teman kampusku, tetapi kami tidak pernah bertemu sebelumnya. Hanya kenal nama dari mulut ke mulut. Beberapa kali juga bertemu di acara kampus, namun tidak pernah bertegur sapa karena gak kenal. Jadi, kami dekatnya hanya dari media sosial atau secara virtual saja.

Suatu ketika, kami menjadi sering untuk berbagi cerita, masalah, diskusi, dll. Aku senang memiliki teman seperti dirinya. Namun, kesenangan itu lama-lama mengubahnya. Dan kalian tahu apa? Kayaknya dia suka, hmm..

"Kamu aja yang terlalu percaya diri, ca!"

Mungkin iya. Tapi, kalian pasti bisa menilai sendiri bagaimana ketika kita sudah mengenal seseorang, kemudian orang tersebut berubah sikapnya karena ada sesuatu. Pasti keliatan banget. Emang sih, beliau ini biasanya kalau bercanda suka bersinggungan dengan hal-hal sensitif; soal cinta, masa depan, dll. Tapi, ada bahasan-bahasan yang masih bisa aku bercandain balik. Ngerti kan ya maksudnya? Yaudah, pokoknya masih baik-baik aja kalau dibahas atau untuk "tidak diseriuskan".

Tapi, suatu hari setelah sudah lama gak chatting karena kesibukan masing-masing, sikapnya semakin mulai mencari perhatian. Lalu, tiba-tiba dia juga menanyakan hal-hal yang sebelumnya gak ada percakapan. Paham gak sih, rasanya gak pernah chatting lagi tapi tiba-tiba dichat dengan bahasan yang gak bisa kita jawab? Hahaha, aneh pokoknya rasanya. 

Saat itu, aku merasa "benar" dengan perasaanku belakangan itu; bahwa dia menyukaiku. 

Sejujurnya, selama ini menghargai dia karena dia juga menghargaiku untuk tidak suka denganku. Alias, kita benar-benar saling menghargai hanya karena pertemanan ini. Kukira hal itu benar adanya. Laki-laki dan perempuan bisa saling berteman tanpa adanya perasaan. Soalnya, perasaan terkadang bikin semuanya menjadi runyam.

Benar saja, setelah pertanyaan itu melayang di obrolan kami, dia menghilang. Entah karena malu, takut, atau merasa tidak enak. Sebab, saat itu aku menjawabnya dengan bercanda. Aku menunjukkan bahwa aku menghindar untuk membahas hal itu--pura-pura gak ngerti, padahal emang ngerti dan gamau bahas aja. Dan di saat yang sama juga aku tidak mau pertemanan yang selama ini terjalin jadi gak nyaman satu sama lain.

Dan benar saja, setelah itu terjadi, kita benar-benar menjadi tidak enak. Ternyata benar ya, laki-laki dan perempuan memang susah untuk menjaga hatinya dalam pertemanan. Wajar saja banyak yang tidak berhasil. Aku juga pernah bahas nih soal ini, yuk cek postingan ini!

Tapi, dengan postingan kali ini, aku mau meminta maaf untuk dia, dan untuk beberapa teman di luar sana yang mungkin pernah ada di posisi yang sama. Maaf kalau selama ini aku membatasi kalian untuk tidak menyukaiku, apalagi kalau tiba-tiba membahas ke bercandaan soal cinta, masa depan, atau lebih-lebih soal pernikahan. Rasanya hal itu sudah tak lagi etis untuk menjadi bahas bercandaan di usia sekarang.

Ditambah lagi, aku juga merasa tidak nyaman jika memiliki teman laki-laki yang diam-diam menyimpan perasaan, karena hal itu bikin aku canggung, merasa bersalah karena membiarkan sebuah kedekatan, atau lainnya. Itulah mengapa aku tiba-tiba pergi dan menjauh. 

Aku menjauh karena ingin menjaga hatimu dan diriku. Aku tidak ingin semua terjadi di luar kendali. Aku tidak mau memperkeruh pertemanan kita. Kalau kedekatan selama ini membuat harapan-harapan, aku minta maaf, karena itu mungkin tidak sengaja dilakukan. Semoga postingan kali ini cukup dimengerti, ya.

Terima kasih sudah bersabar dan mau berteman. Jangan biarkan harapan itu muncul berkepanjangan. Biar masa depan kita bisa sama-sama menyenangkan. Semangat, ya. Maaf. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

Apa kalian ada juga yang lagi di posisi seperti aku?

Awal tahun yang menakjubkan. Adalah satu kalimat yang menggambarkan kejutan awal tahun yang Allah berikan kepadaku. Masih berkaitan dengan Kesempatan Besar di Awal Tahun sekarang aku mau cerita bagaimana proses bekerja sama dengan penulis besar.

Cerita awalnya sudah aku ceritakan di postingan pada link yang aku tautkan sebelumnya. Awalnya iseng, tapi karena isengnya disertai niat, eh.. Alhamdulillah Allah kabulkan untuk bisa mendapatkan pengalaman bersama penulis besar.

Ya, seperti foto yang aku taruh di sampul postingan kali ini, aku berkesempatan untuk menata letak bukunya karya Harun Tsaqif yang berjudul Jangan Jauh-Jauh Nanti Allah Kangen. Suatu kehormatan bisa ikut berkontribusi dalam perjalanan dakwah yang luar biasa melalui buku ini.

Sebagai freelance layouter pemula, rasanya ini sudah menjadi pencapaian terbesar di usia karier yang masih belia. Walaupun dalam perjalanannya, ternyata tidak semudah yang kukira. Membersamai proses penulis besar itu benar-benar rasanya luar biasa.

Dari awal komunikasi dengan Kak Harun via Zoom (yang kukira wawancara itu), beliau langsung menjelaskanku detail-detail pekerjaan yang harus aku lakukan. Dari pertemuan virtual itu aku langsung berpikir bahwa beliau sosok yang sangat kritis, detail, dan perfeksionis.

Benar saja, selama menata letak buku bersampul biru itu, aku beberapa kali mendapatkan revisi. Kalau dihitung-hitung kayaknya dalam sehari saja bisa revisi banyak poin! Hahaha. Kenapa hal itu bisa terjadi?

Pertama, seperti yang kujelaskan singkat, Kak Harun punya taste yang keren. Dia juga punya sifat teliti dan perfeksionis, sehingga sekecil apapun kesalahan harus benar-benar diperbaiki dengan baik. Sampai-sampai aku dikasih pesan terus sebelum revisi, "Mohon lebih teliti lagi, ya, Aca." Wkwkwk.

Ya, itu menjadi alasan keduanya. Aku memang kurang teliti, terlebih kalau masalahnya tentang pekerjaan di laptop. Sejujurnya aku memang agak pusing kalau harus editing/proof reading lewat laptop. Matanya juga mudah lelah, sehingga ketika  berkali-kali menggulir layar dan baca sedetail mungkin, pasti ada aja yang kelewat. Maaf ya, Kak Harun, hehe.

Dua hal itu yang membuat proses menata letak sedikit melelahkan. Apalagi dikejar waktu yang hanya 2 minggu. Permintaan kak Harun, kemampuan diriku, hingga waktu yang disediakan rasanya agak tidak seimbang. Kalau ditanya bagaimana rasanya, jawabannya adalah seru, ada keselnya, ada capeknya, tapi hal itu selalu balik lagi ke rasa bersyukur, karena Allah sudah kasih kesempatan yang mungkin gak bisa datang dua kali.

Kak Harun begitu sabar menghadapi anak bawang seperti aku. Tapi, aku juga bersyukur beliau mau menjelaskan secara detail setiap aku bertanya soal sesuatu. Luar biasa, ternyata penulis keren seperti Kak Harun Tsaqif ini memang punya hati dan pemikiran yang luas, sama seperti isi-isi bukunya. Gak heran banyak penggemarnya dari platform media sosial manapun.

Enaknya jadi layouter itu, kita bisa menilik isi buku sebelum bukunya terbit. Dan, MasyaAllah, buku kali ini isinya benar-benar keren! Tertampar sendiri dari judulnya. Bab-bab dalam isinya juga sangat mendalam ketika aku desain satu per satu. Baca berkali-kali pun gak bikin bosen. Bahkan, sampai aku ingin beli bukunya langsung.

Nah, berhubung hari ini sedang buka PO sampai tanggal 14 Februari, yuk ikutan pre-order bukunya sekarang juga. Kemarin, kak Harun bilang, bukunya terbatas loh! Jadi, jangan sampai kehabisan, ya.

Bersama postingan ini, aku mau berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan aku kesempatan berkarya dan berkarier sejauh ini. Mungkin aku belum bisa membuat buku dan jadi penulis keren seperti Harun Tsaqif, tetapi mendapatkan kesempatan ini membuatku belajar banyak hal dan semoga saja menular (aku bisa nulis buku dan jadi penulis keren seperti beliau) hehe aamiin.

Kedua, aku juga mau mengucapkan terima kasih kepada Harun Tsaqif yang sudah memilih aku untuk membersamai proses menerbitkan bukunya. Sebuah kehormatan bisa ikut andil dalam menebarkan kebaikan melalui karya. Semoga segala hal dalam kebaikan selalu Allah lancarkan kepada Kakak. Terima kasih juga sudah melapangkan dada teramat lebar sealama kemarin membimbing aku mewujudkan buku kakak, maaf sudah sering menjengkelkan, ya, kak, hehehe.

Selanjutnya, aku juga mau berterima kasih kepada diriku sendiri yang sudah sangat bekerja keras untuk membantu orang lain dalam mewujudkan karyanya. Mungkin kali ini kamu berkesempatan membantu orang lain dulu, siapa tau di kemudian hari kamu lah yang membutuhkan orang lain untuk membantu kamu.

Terima kasih juga karena kamu sudah sabar dan tabah, meskipun belum juga mendapatkan pekerjaan yang bisa menjamin hidupmu di hari esok, tapi kamu tak pernah lelah berjuang untuk mengambil pekerjaan apa saja yang bisa kamu lakukan tanpa melihat gaji-gaji yang besar. Aku berharap keikhlasanmu bisa benar-benar tulus dan Allah bayar langsung dengan kebaikan-kebaikan di kemudian hari.

Sudahlah, cukup sekian. Yuk, kita berkarya lebih banyak lagi. Jangan sampai kita hanya jadi penonton untuk karya-karya orang, tanpa kita berusaha untuk menghasilkan karya kita sendiri. Percayalah, bahwa Allah punya kuasa atas apa yang kita harapkan; selagi kita berusaha dan terus berdoa.

Tetap semangat semuanya, semoga hari-hari kalian menyenangkan!

Kalian pernah gak terjebak dalam suatu hubungan yang kalian sendiri gak tahu bagaimanya cara menyudahi hubungan yang mungkin sudah kalian anggap terlalu jauh?

Kalau pernah, artinya kita sama. Aku pernah berada di masa-masa itu. Masa di mana pada waktu itu aku sedang dekat dengan seseorang, menjalin komunikasi yang intens, pertemuan yang terlalu sering, sampai-sampai sering menghabiskan waktu bersama. 

Namun, di satu sisi, aku dibesarkan keluarga di lingkungan yang paham agama. Aku disekolahkan di sekolah Islam yang karena itulah sebenarnya aku sudah tahu betul hal yang sedang aku jalani itu memang bukan pilihan terbaik. 

Dekat dengan lawan jenis membuat aku senang, tetapi di satu sisi aku merasa sangat berdosa karena telah mengiyakan perasaan itu datang dan menguasai diriku lama-lama. 

Kalau kata temanku, saat itu pikiran dan hati sedang tak jalan beriringan. Hati saat itu merasa tak nyaman, tetapi di dalam pikiran, ini adalah hal yang wajar aku lakukan ketika dua orang saling mencintai dan memendam perasaan.

Saat itu aku benar-benar bingung dengan apa yang aku lakukan. Aku tahu aku berdosa, tetapi aku juga seang mencintainya--seseorang yang saat itu menjadi pemeran utama di kehidupanku. Rasanya sangat menyenangkan bisa menikmati perasaan itu bersama, tetapi di wakt yang bersamaan perasaan bersalah pada diri sendiri selalu bergentayangan.

Mungkin, kondisi ini bukan cuma aku yang pernah alami. Aku yakin, banyak di antara kalian juga pernah ada di posisi ini. Apalagi kalau pada diri sudah tertanam sebenarnya perihal pondasi keagamaan yang sedikit banyaknya sudah menjadi bagian dalam prinspi hidup dan keseharian.

Kalau ada di kondisi ini, segeralah berkaca dan cari jalan terbaik.

Mungkin menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis memang sangat menyenangkan. Namun, kita harus yakini satu hal, bahwa perasaan yang muncul sebelum pernikahan adalah cinta yang Allah sebut ujian. Di sanalah tujuan Allah untuk mengetahui, apakah cinta ini membuat kita mendekat pada-Nya atau justru semakin menjauhkan-Nya.

Pilihan yang bijaksana pasti jatuh pada mereka yang mendahulukan Allah di atas segalanya. Kita juga perlu meyakini bahwa perasaan cinta yang datang kepada kita itu berasal dari Allah juga. Jadi, seharusnya mau senyaman apapun hubungan itu, Allah harus tetap menjadi nomor satunya. Sudahkah kita menempatkan-Nya dengan tepat?

Kalau belum, kita tidak perlu ragu untuk meninggalkan seseorang demi merebut kembali keridhoan-Nya. Mungkin, setelah kita memutuskan untuk meninggalkan si dia, kita khawatir akan merasa kesepian, merasa bersalah karena telah meniggalkannya, merasa sedih karena tak lagi bisa bersama dia.

Tapi, pernahkah kita berpikir, jika Allah yang kita tinggalkan demi seseorang, apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita selanjutnya? Apakah mungkin si dia ini bisa menjamin semua masa depan yang baik kepada kita? Tidak. Bahkan dirinya sendiri tak pernah tahu bagaimana takdir dirinya di masa depan.

Untuk itu, tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada Allah. Hubungan yang sudah terlalu jauh pun tetap harus diakhiri agar tidak semakin jauh. Jika cinta itu membuat kita tidak nyaman dan menjauhkan kita dari Allah, artinya cinta itu menjadi ujian. Ia berhasil memfoksukan diri kita kepada duniawi.

Sementara itu, kalau kita berani meninggalkannya, percayalah bahwa Allah akan memudahkan kita. Mungkin kita kehilangan cinta itu, tetapi Allah akan menjamin kebahagiaan kita di lain tempat; entah itu soal karier, keluarga, atau teman-teman. Atau bahkan, Allah sedang menyiapkan cinta yang lebih baik yang jelas diridho-Nya.

Jangan pernah takut meninggalkan maksiat, kawan.

Awalnya memang berat, tapi in shaa Allah tak akan lagi membuat penat dan kita akan meraih kebahagiaan dunia dan juga akhirat.

Tetap semangat! 

Allah akan selalu menerima manusia-manusia yang ingin bertaubat.


Suatu hari, aku bertemu kembali dengan teman-temanku. Pada hari itu, kami melepas rindu dengan saling berbagi cerita yang sempat terlewatkan tentang kehidupan masing-masing. Tentunya, ada banyak topik yang kami perbincangkan, mulai dari keluarga, pekerjaan, hingga asmara.

Untuk topik satu dan dua, aku memulai lebih dulu. Cerita yang sempat menumpuk membuat aku ingin meluapkan semuanya pada hari itu. Maklum, introvert yang sudah kelamaan di rumah juga ada waktunya butuh sosialisasi hehe. 

Aku bergumam banyak hal. Rasanya senang bisa kembali bertemu dan berbincang. Namun, ada satu hal yang hari itu sangat membedakan daripada pertemuan sebelumnya, yaitu si pemilik rumah mengundang 'teman dekatnya' yang tak lain adalah teman kami juga. 

Baru kali itu, kami kumpul bersama dengan keadaan berbeda, bahwa teman kami sedang saling merajut cinta. Lucu sih, rasanya beda aja. Biasanya kami berkumpul karena kepentingan tertentu saja, eh.. kali ini justru bisa main bersama, ngobrol, dan bahkan menyaksikan dua bola tatapan mata yang saling bertemu karena ketulusan. 

Entah kenapa aku ikut senang melihat dua temanku bisa jujur pada perasaannya. Dulu, mereka selalu terlihat malu-malu menunjukkan perasaan masing-masing. Dan di hari itu, aku benar-benar merasakan ketulusan seorang laki-laki terhadap perempuan, begitupun sebaliknya. 

Mereka itu sederhana, saling melengkapi. Yang satu punya sifat melankolis sepertiku, yang tak lain dimiliki daripada si laki-laki ini. Sementara teman perempuanku, tampaknya lebih aktif dan kreatif daripada si laki-laki. Kelihatannya ada yang dominan di antara mereka; mungkin kalau dilihat sekejap saja. Namun, hal ini justru bukan masalah bagi mereka, melainkan bisa saling menerima. 

Sama halnya dengan temanku yang satunya, ia adalah seorang perempuan yang moody seperti aku. Pasti terbayang sifat moody yang seringkali meresahkan itu, 'kan? Beruntungnya, laki-laki yang sedang dekat dengannya juga punya ketulusan yang sama. Laki-laki ini juga teman kami, namun saat itu sedang tak ikut membersamai.

Kedua pasang temanku ini kulihat punya tipe asmara yang sama. Perempuan yang terbiasa meragukan justru sering diyakinkan oleh pihak laki-lakinya. Perempuang yang mood dan ekspresinya kadang tidak terkontrol, justru disabarkan oleh si laki-laki yang hatinya tampak lapang. 

Kukira, jarang sekali menemukan kembali laki-laki seperti ini di zaman sekarang. Kalaupun ada, ya mungkin masih berbanding jauh sama orang-orang yang cuma main-main dan menyia-nyiakan perasaan tulus seseorang. 

"Jangan sakitin orang yang tulus, ya," ucapku, kepada teman perempuanku. 

Sebenarnya, ucapan itu adalah satu pelajaran yang aku dapat dari kehidupan pribadi yang tak jarang aku justru bertemu laki-laki yang menyia-nyiakan aku. Beberapa kali, aku perasaanku tak bersambut baik dan tak berbalas ketulusan. 

Itulah mengapa, hari itu aku hanya menjadi pendegar atas cerita asmara mereka. Belum ada banyak hal yang bisa kubagikan perihal asmara. Sebab, aku sudah terlalu banyak berpahit-pahit dengannya. Dan sudah lama juga rehat untuk perasaan dan orang-orang yang tidak lagi serius. 

Aku hanya berharap, laki-laki yang menyukai temanku itu benar-benar tulus seperti kelihatannya. Aku berharap mereka baik-baik saja dan bisa semakin serius mewujudkan cinta dalam lindungan Allah SWT. Semoga Allah menyertai mereka.

Aku ikut bahagia. Meskipun cuma aku di sana yang belum ada cerita, hehe. Gapapa, aku selalu percaya bahwa sebaik-baiknya kita menjaga, Allah akan berikan pasangan yang menjaga juga. Bismillah, semoga kita semua diberikan kemudahan, kelancaran, dan keberkahan dalam meraih keridhoan Allah SWT, ya. 

Semoga kita juga dipertemukan dengan orang yang tulus, ikhlas, dan membersamai kita bukan cuma di dunia, tetapi juga di akhirat kelak, ya. 

Oiya, semoga Allah mengizinkan kita menikmati ibadah mencintai itu, ya. Aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates