Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Bismillah,

Malam Minggu ini alhamdulillah bisa rehat sejenak dari aktivitas apapun. Maklum, agak culture shock pas udah kerja. Padahal belum sebulan begini hehe. Sebenarnya malam ini galau sih dan bosen aja gatau kenapa, yaudah deh akhirnya aku mau cerita aja di sini.

Bicara soal kerjaan, aku mau cerita dikit ya. Kalau gamau baca gapapa, skip aja hehe. 

Tau gak sih, ternyata Allah tuh baik banget. Pernah denger gak ungkapan ini:
"Andai kita tau takdir apa yang Allah siapkan untuk kita, pasti kita gak bisa berhenti menangis karena terharua dengan takdir terbaik-Nya."

Ungkapannya gak persis kayak gitu sih, tapi intinya gitu kira-kira. Dan gak tau kenapa, aku percaya sama ungkapan itu. Apalagi pas sehabis kerja ini kali ya. Jadi mulai terbuka gitu satu per satu. 

Dulu, aku selalu bilang sama diriku sendiri tentang beberapa poin ini.

Pertama, aku ingin sekali dapat pekerjaan yang menyenangkan, sehingga aku bisa bahagia ketika bekerja. Pekerjaannya bisa kulakukan, tapi bebannya tidak terasa beban. Dulu mungkin harapan ini cuma terbesit tiba-tiba tanpa diaamiinkan kembali. Tapi nyatanya, Allah kabulkan ini kepada aku.

Kedua, dulu aku pengen banget bisa kerja yang kayak orang-orang kantoran. Pergi pagi, pulang sore, punya kantor sendiri. Tapi, di satu sisi juga aku tidak mau terlalu terikat dengan kerjaan itu. Soalnya  aku sadar diri kalau aku orangnya gak suka yang terlalu serius atau dikekang peraturan, tapi juga gak yang se-fleksibel itu juga sih. Daaaan, tau gak sih, hal itu sekarang dikabulin juga. Aku punya kantor, kerjanya office houra jam 8-17, tapi suasananya homey banget. Bener-bener seperti apa yang pernah kuminta.

Ketiga, aku pengen banget bisa bekerja yang punya rutinitas laptopan, karena aku juga bukan tipe yang bekerja lapangan. Maklum, aku kayaknya lebih ke anak rumahan yang jarang jalan-jalan. Jadi, kerjaan akan lebih efektif kalau dikerjain di tempat ternyaman: rumah. Tapi, di satu sisi aku juga orangnya bosenan. Rutinitas yang aku pengen juga diselingi sama aktivitas di luar zona nyaman. And then, sekarang aku merasakan itu juga. Aku terbiasa kerja depan laptop, tapi sesekali ada agenda di luar untuk kegiatan photoshoot produk. Luar biasa, sih. MasyaAllah. Jadi aku gak bosen2 amat. 

Keempat, aku pengen kerjanya nyaman gak ada cowoknya. Maklum, gak tau kenapa setelah ada satu kejadian di dalam hidupku, cowok seperti sesuatu yang asing lagi. Apalagi kalau harus setiap hari bertemu. Canggung rasanya kerja kalau ada cowoknya. Dulu, kukira ini gak mungkin ada. Ya... mana ada sih perusahaan yang gak ada cowoknya, pasti ada. Tapi, ternyata Allah kabulin juga. Aku bekerja di tempat yang memang gak ada cowoknya. MasyaAllah gak tuh. 

Kelima, aku pengen deh kerja yang gak cuma mentingin urusan dunia, tapi juga peduli tentang akhiratnya. Bagiku, bekerja itu hanyalah alat mencari ridho Allah, jadi urusan keuntungan dan uang itu hal belakangan. Dulu, mencari tempat kerja yang seperti itu rasanua gak mungkin. Kebanyakan sekarang pada berpandangan bahwa yang namanya bisnis tetaplah bisnis, yaitu untuk mencari keuntungan materi. Tapi, ternyata ada loh perusahaan yang visinya sama seperti aku, dan aku menemukannya sekarang. Seneng banget. Apalagi di sini difasilitasi untuk beribadah dan ikut kajian gitu, biar bekal ilmunya gak cuma dunia aja. MasyaAllah tabaarakallah. 

Sebenernya kayaknya masih banyak sih hal-hal yang lupa aku syukuri. Tapi masyaAllahnya, saking banyaknya nikmat, aku jadi lupa nikmat apa aja yang belum kusyukuri. Ternyata sebanyak itu. Allah tuh bakal kabulin kok apa apa yang baik untuk kita. Dan tugas kita sebenernya tinggal mau percaya atau engga, mau berusaha atau engga, mau berdoa atau engga. Itu aja. 

Dan masyaAllah deh pokoknya. Kerja selama 3 minggu ini sungguh sangat menakjubkan. Banyak hal baru yang kupelajari. Pokoknya seru. Semoga Allah mudahkan selalu. Aamiin. 

Makasih yaaa udah mau dengerin curhatan aku. Semoga sih ada hal baik yang bisa diambil ya. Terutama percaya bahwa Allah itu bakal kasih kita banyak kebaikan asal kita tetap berusaha dan tawakal.

Bismillah, kali ini izinin aku cerita satu kabar baik yang mau aku bagikan kepada teman-teman semua. Semoga ada hal baik yang bisa ikut diambil juga ya dari ceritaku kali ini.
Alhamdulillah, setelah melalui proses yang panjang, aku mendapatkan pekerjaan tetap yang insyaAllah sesuai dengan apa yang kubutuhkan dan kuinginkan dari dulu. 

Singkat cerita, selepas lulus dari Politeknik aku memutuskan untuk menambah karya dan portofolioku terlebih dahulu sebelum bisa melamar di tempat terbaik untuk mendapatkan pekerjaan full time. Jadi, sejak 2020, aku memutuskan untuk freelance terlebih dahulu.


Kenapa memilih freelance?

Pertama, aku merasa setelah kuliah selama 3 tahun itu, aku masih sangat terbatas. Masih banya ilmu yang ternyata pada akhirnya belum dirasa cukup untuk menunjang pengetahuanku. Ditambah lagi, menjadi lulusan Diploma Jurnalistik sebenarnya bukan menjadi tujuan utamaku, sehingga aku harus lebih ekstra untuk belajar di luar ilmu jurnalistik yang kudapatkan di kampus.

Setelah melewati proses yang panjang, aku akhirnya memutuskan untuk fokus di dunia kepenulisan. Dari sanalah aku mencari celah untuk berkembang di bidang itu. Mulai dari ikut kegiatan literasi, nulis buku sendiri, hingga ditawari freelance di penerbitan. Bagiku, saat itu waktu yang tepat untuk mempelajari itu semua, dengan basic jurnalistik yang lumayan membantu.

Sempat Merasa Tertinggal

Awalnya, aku merasa tertinggal oleh teman-teman. Sebab, di samping mereka punya passion di bidang Jurnalistik--sementara aku nggak--rasanya iri aja gitu melihat mereka yang sudah bekerja, bisa mendapatkan gaji setiap bulannya, menikmati liputan demi liputan lapangan seperti yang mereka inginkan. 

Aku sempat mendapat image "kok belum kerja?" karena aku memilih untuk freelance, walaupun freelance juga gak rame-rame amat wkwk. Sedih sih, kayaknya banyak yang menyayangkan aku yang gak langsung kerja ini, padahal semenjak kuliah, aku cukup rajin dan stabil dalam mengerjakan tugas dan nilai yang diperoleh.

Sebenarnya, merasa iri? Ada banget. Merasa tertinggal? pasti. Merasa gak berguna? iya. Karena belum bisa ngasih uangke orang tua. Sampai di satu titik, ada seseorang yang terdekat bilang, "Cari kerja sana, daripada gak berguna." Nyeeesss~ Sakit juga digituin wkwk. Tapi, hal itu jadi sebuah pecutan sih untuk aku, yang akhirnya bisa termotivasi untuk semangat cari kerja.

Bekerja Tidak Sama dengan Mencari Nafkah

Sebenernya, semenjak lulus itu, aku gak benar-benar diam menjadi freelancer. Aku menulis, dan aku juga sempat apply beberapa lowongan meskipun jumlahnya gak banyak, bahkan gak sampai 10 wkwk. Kenapa? Sebab, bagiku bekerja tidaklah sama dengan mencari nafkah.

Mungkin banyak orang di luar sana yang bekerja, mendapatkan uang dan kesenangan. Tapi, bagiku sebuah pekerjaan adalah salah satu jalan untuk mencari nafkah, bukan hanya untuk bekerja. Mencari nafkah merupakan bagian daripada ibadah. Sementara ibadah yang khusyuk dan ikhlas, tentu akan bisa berjalan lancar dengan support sistem yang bagus.

Ya, aku milih-milih banget soal pekerjaan. Bukan hanya cari kerja dan gaji besar, tetapi bagiku kenyamanan dalam bekerja adalah yang utama. Dengan perasaan nyaman, kita akan bekerja dengan suka hati. Dengan kenyamanan, kita akan bisa ikhlas mengerjakan sesuatu karena Allah. Dan dengan kenyamanan pula, kita bisa mendapat keberkahan karena tujuan kita bekerja adalah untuk beribadah juga.

Sempat sih, dapet omongan macem-macem dari orang.
"Jangan cari yang macem-macem dulu kalau baru lulus, syukur-syukur bisa dapetin kerjaan dan gaji gede."
"Banyakin pengalaman aja dulu, jadi kerja di mana aja juga oke sih harusnya."
"Kerja apa ajalah yang penting dapet duit."

Ya, mungkin gak salah sih perkataan dari mereka. Tapi, prinsipku berbeda. Balik lagi, bekerja tidak sama dengan mencari nafkah. Dan aku ingin bekerja dengan ikhlas, mendapat lingkungan yang nyaman, dan tidak hanya dapat gaji saja, melainkan dapat nilai-nilai kebaikan juga saat bekerja. Jadi, semua orang berhak memilih kan sesuai dengan prinsipnya masing-masing?

Pada akhirnya...

Aku menemukan lowongan pekerjaan ini. Qadarullah, aku bersyukur banget bisa melihat loker ini di instagram. Sesuai dengan foto yang disematkan pada postingan ini, mungkin kalian bisa menebak-nebak aku melamar kerja di mana. Jelas-jelas di sana ada sosok Dena Haura yang menjadi salah satu tokoh inspiratif dalam hidupku, hihi.

Tapi, aku gak mau meng-highlight ke yang punya brand atau brandnya. Bagiku, sebenarnya kerjanya di mana aja sih ASALKAN..... Aku mendapatkan lingkungan yang bisa membuat aku berkembang, gak cuma di dunia tapi juga di akhirat.

Dan masyaAllah, Aku ngerasa apabila sebuah tempat atau perusahaan dikepalai oleh orang yang udah 'ngaji', insyaAllah sistem bekerjanya gak akan melenceng daripada apa yang Islam ajarkan. Meskipun itu gak menjamin, sih. Tapi, ya, husnudzon aja sih aku hihi. Bismillah, semoga pekerjaan ini cocok dan tempat ini menjadi jawaban atas doa-doa yang aku harapkan. Aamiin.

--------------------------------------------

Jadi, gak perlu takut gais kalau punya prinsip yang baik. Lagian, omongan orang tuh kadang datang cuma bantu kita buat mikir kok, bukan untuk diikutin wkwk. Awalnya sih aku hampir termakan omongan orang, pengen kerja apa aja yang penting dapet uang.

Tapi, percuma kan kalau kerja tapi gak berkah?
Percuma kan kalau kerja tapi kita gak nyaman sama pekerjaannya?
Percuma kan kalau kerja tapi kita gak berkembang secara pengetahuan atau keruhanian?

Kalau ada yang gak sama dengan pemikiranku, ya gapapa hehe. Kita mungkin beda prinsip aja. Tapi, aku percaya bahwa apapun yang kita niatkan untuk Allah, pasti ada juga jawaban terbaiknya dari Allah.

Semangat, ya!



Ril, beberapa hari lalu, aku menginjakkan kaki di usia 23. Dan seharusnya, 19 hari setelahnya adalah giliran kamu yang menginjakkan kaki di usia yang sama. Ya, kita sama-sama anak 99 yang lahir di bulan Juni. 

Namun, nasib nahas menimpamu di beberapa hari sebelum Juni dimulai. Kamu hanyut dalam derasnya Sungai Aare yang indah, di negara yang cantik, dalam ikhtiarmu mencari tempat untuk melanjutkan sekolah S-2. 

Entah mengapa, kabar itu langsung melebar ke mana-mana. Sampai-sampai, aku yang tak kenal kamu saja langsung mengenali kamu, mencari tahu tentangmu, terus mencari kabar tentang hilangnya dirimu yang cukup mendadak. 

Keadaan hari itu pasti membuat ayah ibumu kacau balau. Aku melihat banyak berita yang memperlihatkan mereka mencarimu dengan keras, menyusuri sungai Aare dengan tangan dan kaki mereka sendiri, menangisimu di pinggir sungai seraya berharap kamu kembali, Ril.

Perjuangan mereka terekam jelas pada video, foto, dan berita yang beredar. Banyak dari kami--dan aku juga--belajar banyak dari kasih sayang dan cinta seorang Ridwan Kamil dan Atalia Praratya sebagai orang tuamu yang mendidikmu luar biasa.

Mereka hebat, ya, Ril? Betapa kerennya mereka mendidik kamu, mempersiapkan kamu menjadi anak yang sholih, dan bisa mengambil hati banyak orang atas kerendahan hati kamu yang bahkan gak pernah lihat kamu atau kenal kamu sebelumnya.

Ril, satu hal yang menjadi pertanyaank setelah kabar kehilanganmu: "Ibadah apa sih yang kamu lakukan selama hidup di dunia?"

Aku sampai terheran-heran, banyak sekali yang sayang padamu meski dia tidak mengenal kamu. Hampir seluruh masyarakat di Indonesia itu berduka dan khawatir ketika kamu menghilang. Ditambah lagi, ketika kedua orang tuamu mengikhlaskanmu bahwa kamu sudah wafat meski jasadmu saat itu belum ditemukan.

Aku, salah satu di antaranya, yang gak kenal kamu, gak pernah ketemu kamu, gak pernah liat-liat juga instagram kamu, tiba-tiba ikut hanyut dan sedih setiap lihat beritamu di sosial media. Aku benar-benar ikut merasakan hancurnya hati orang tua yang ditinggalkan. Aku ikut merasakan menjadi seorang adik yang ditinggalkan kakaknya. Aku juga merasakan menjadi orang-orang terdekat yang ditinggalkan teman terbaiknya.

Setelah kabar itu terus naik di permukaan timeline, satu per satu kebaikanmu terangkat juga, Ril.

Ternyata, semasa hidupmu, kamu sangat mencintai anak yatim dan dhuafa. Kamu sering sedekah sama mereka yang lebih membutuhkan. Kamu sangat dekat dengan orang-orang kecil dan tak pernah menunjukkan sikap sombong meskipun kamu adalah anak dari seorang Gubernur.

Bahkan, mungkin ada hal-hal baik lainnya yang gak pernah orang lain tahu, sehingga Allah memuliakanmu meski kamu telah tiada.

Emmeril Kahn Mumtadz, begitulah nama lengkapmu yang kini sudah menghiasi hati-hati setiap orang. Kamu mengajarkan kami semua untuk terus bersyukur dan selalu berbuat baik. Sebab, sebaik-baiknya usia hidup kita, tentu kebaikan yang akan terus menolongmu di akhir hidupnya.

Kamu, begitu mahir dan cinta akan air. Ternyata, Allah takdirkan pula untuk kembali kepada-Nya melalui apa yang kamu suka--yaitu air. Benar, ya, ternyata kita akan "dimatikan" dalam keadaan apa yang sering kita lakukan.

Ril, masih banyak anak muda di sini yang masih egois memikirkan diri mereka sendiri--untuk kebahagiaan yang mungkin belum tentu tercapai: menikah, bisa jadi kaya, panjang umur, dsb. Padahal, usia tidak menjamin itu semua. Tapi, kamu mengajarkan kami untuk memahami bahwa hidup harus lebih berharga daripada itu, sehingga 22 tahun yang kamu punya begitu menakjubkan bagi kami, Ril.

Kami semua akan selalu mendoakanmu, mengirimkanmu al fatihah setiap habis shalat, dan selalu berharap kematianmu husnul khotimah. Kita semua berdoa, insyaAllah matimu syahid karena Allah tenggelamkanmu, di tengah kondisi perjalananmu dalam ikhtiar menuntut ilmu. InsyaAllah kuburmu akan dilapangkan, ya. Aamiin.

Ril, kemarin, jasadmu ditemukan dan hari ini beritanya ramai lagi. Seketika aku juga tersayat lagi saat membaca kabar-kabar itu. Tapi, aku bersyukur, sebab pada akhirnya keluargamu bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya dan bisa mengistirahatkanmu dengan layak, sehingga mereka bisa mengunjungimu sewaktu-waktu dengan sangat ikhlas.

Sabar, ya, ayahmu sebentar lagi akan menjemputmu ke sana dan membawamu kembali ke Indonesia.

Bismillah, Eril, terima kasih sudah menginspirasi.
Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah. Semoga keluargamu yang kuat itu menjadi semakin kuat. Semoga kita semua selalu diberikan kebahagiaan dan jalan yang terang hingga akhir hayat, aamiin.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un...
Selamat tinggal Eril.


Kalau mengilas balik hidup 23 tahun ke belakang, selalu ada yang bikin senyum dan bersyukur. Ternyata banyak ya hal-hal yang dulu dirasa gak mungkin, akhirnya terlewati sudah. 

Banyak peristiwa yang bikin hampir menyerah, merasa gak kuasa atas kejadian yang menimpa, merasa gak pantas lagi jadi kebanggaan semua orang. Titik terberat dalam hidup juga pernah dilaluin.

Tapi, ketika menyadari bahwa Allah menyimpan kebaikan di balik itu semua, aku mulai belajar bagaimana caranya bersyukur. Aku sadar bahwa apa-apa yang dilalui adalah perjalanan (yang cepat atau lambat) akan terlewati juga. 

Kemudian, terlihatlah seseorang seperti di foto ini. Dengan segala aib yang Allah tutupi beserta tumpukan dosa yang tersembunyi. Semoga Allah jadikan aku—dan juga kamu yang baca—agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Aamiin yaRabbal'alamin..
Foto: Manos Anastasakis/Flickr

Beberapa waktu belakangan ini, Indonesia ikut berduka atas hilangnya seorang lelaki anak Gubernur yang kita kenal ramah dan bahagianya. Tak perlu kusebut namanya, semua orang pasti tahu. Meski tak semua orang mengenali pribadi beliau dan keluarganya—termasuk aku—tetapi kesedihannya benar-benar menyayat hati pada setiap orang yang membaca beritanya setiap hari, selama seminggu belakangan ini.

Seperti kebanyakan orang bilang, mungkin istilah yatim masih bisa kita sematkan pada mereka yang kehilangan ayah. Piatu juga bisa kita labeli pada seseorang yang kehilangan ibu. Duda juga menjadi istilah bagi mereka yang kehilangan istrinya. Pun disebut janda bagi mereka yang kehilangan suaminya.

Namun, adakah kata yang pantas untuk menggambarkan orang tua yang kehilangan anaknya? Bahkan, sampai saat ini tak ada yang mampu mengistilahkannya. Ya, sebegitu beratnya mendeskripsikan perasaan orang tua yang kehilangan anaknya. Sampai kita sendiri tak pernah tahu harus menyebutnya apa. 

Kesedihan yang mendalam itu seperti yang kita tahu berasal dari sebuah sungai di negara yang sangat indah. Dilintasi mata air dari Gunung Alpen membuat sungai itu bersuhu dingin dan hijau. Beningnya juga sangat memesona, sampai siapapun yang pergi ke sana rasanya tak afdal jika tak memijaknya.

Belajar dari peristiwa itu, kita menyadari bahwa seindah apapun rencana tetap rencana Allah yang terbaik. Meski beraaaat banget pasti bagi keluarga, tetapi yakinlah bahwa kebaikan itu ada pada peristiwa yang terjadi dan Allah takdirkan kepada kita.

Kita juga belajar, bahwa yang indah di luar sana ternyata bisa menjadi sumber kesedihan kita. Maka dari itu, kita tak sepantasnya mendewakan apa-apa saja yang indah, yang membahagiakan, yang membuat kita terlena, dan segala hal yang ada di dunia. 

Lagi-lagi kita diingatkan, bahwa sebaik apapun hal yang Allah titipkan, tetap akan kembali lagi kepada-Nya. Tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda itu, tetap saja kita harus menyerahkan kembali kepada-Nya. 

YaAllah, meski segala upaya sudah dikerahkan, tetapi tetap kepada-Mu lah segala tawakal dipersembahkan. Kita percaya bahwa Engkau lah yang Maha Tahu atas segala kebaikan. Pulangkanlah kami dalam keadaan baik & lindungilah kami semasa hidup agar bisa selalu berada di jalan-Mu. 

Aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates