Diikutinya Zaina dari belakang, tiba-tiba Zaina terjatuh dari sepedanya. Bergegas Nufail menyuruh sopir itu menginjak pedal remnya, lalu Nufail turun dari mobil itu.
"Zaina? Kamu tidak apa-apa?" kata Nufail.
"Nufail, kenapa kamu ada di sini?" tanya Zaina.
"Emm.. aku.. kebetulan mau ke toko," tiba-tiba Nufail gugup menjawabnya.
"Ohh, begitu.." kata Zaina sambil membersihkan pakaiannya.
"Zain..." kata Nufail yang iba memperhatikan Zaina.
"Kenapa?" kata Zaina sambil malu-malu.
"Sikumu berdarah," kata Nufail.
"Kamu serius?" tanya Zaina yang langsung melihat sikunya. "Oiya, astaghfirullah..." lanjutnya.
"Iya, ayo ke toko, ada obat di sana," ajak Nufail.
"Boleh, bagaimana dengan sepedaku?" kata Zaina yang kebingungan.
"Kamu naik angkot saja, nanti sepedamu aku yang bawa," kata Nufail.
"Kamu serius?" tanya Zaina yang keheranan mengapa Nufail sebaik itu padanya.
"Masa menolong orang tidak serius?" kata Nufail.
Lalu Zaina memberikan senyum termanisnya kepada Nufail, begitupun Zaina mendapatkan balasan yang sama. Kemudian, Zaina masuk ke mobil, sementara Nufail mengikutinya dari belakang dengan sepeda berwarna kuning yang antik itu.
Sesekali Zaina menoleh ke belakang melihat Nufail yang bersusah payah mengayuh sepeda. Ketika bola mata mereka saling bertemu, Zaina segera menundukkan pandangannya. Zaina malu dan sangat takut saat Nufail menatap matanya, ia tidak ingin ada fitnah yang muncul ketika matanya saling menatap.
Tak terasa, 15 menit perjalanan dari tempat Zaina jatuh, akhirnya Zaina dan Nufail sampai di depan toko. Lalu Nufail menyegerakan Zaina masuk dan pergi ke ruang baca.
"Sebentar ya, kuambilkan obatnya dulu," kata Nufail.
"Baiklah," kata Zaina sambil melihat kembali lukanya yang masih basah.
Nufail datang membawa kotak P3K, kemudian menaruhnya di atas meja.
"Kamu bisa obati sendiri kan?" tanya Nufail.
"Sedikit sulit, mungkin kamu bisa tolong panggilkan Mbak Wita untuk bantu aku?" tanya Zaina.
"Baiklah, sebentar," kata Nufail yang kemudian pergi lalu memanggil Mbak Wita.
Mbak Wita adalah salah satu pegawai di toko bunga. Dia sudah bekerja lama sejak toko bunga masih dipegang oleh sang bunda. Dia yang paling sering menemani Zaina saat sendirian di toko, namun sepertinya Nufail belum tahu kalau Zaina adalah adiknya Rayyan, anak dari pemilik toko ini.
"Nufail, kenapa kamu masih di sana?" tanya Zaina.
"Memang kenapa?" kata Nufail.
"Kamu tau kan, lukaku di siku, lalu aku harus membuka auratku di depanmu?" kata Zaina sambil tersenyum melihat kelakuan aneh Nufail.
"Oiya, maaf. Hehe, baiklah, aku tidak lihat, aku baca buku, tapi aku tetap di sini tidak apa apa ya? Aku menghadap ke tembok kok, kamu tenang saja," kata Nufail yang tiba-tiba salah tingkah.
"Baiklah, jangan menengok ke belakang sampai kubilang selesai, oke?" kata Zaina.
"Iya, oke," kata Nufail yang segera menutup mukanya dengan buku.
Zaina dan Mbak Wita diam-diam tersenyum sambil membalut luka. Melihat lucunya Nufail yang salah tingkah dan terlihat khawatir melihat Zaina.
"Sudah selesai, Nufail," kata Zaina. Kemudian Nufail membalikkan badannya.
"Mengapa kamu membiarkan Mbak Wita ada di sini?" tanya Zaina.
"Loh, bukankah itu permintaanmu?" jawab Nufail.
"Tapi, 'kan kamu bisa mengobatiku, inikan urgent, memang tidak boleh?" tanya Zaina memancing Nufail.
"Boleh, tapi bagaimana bisa aku mengendalikan perasaanku nanti," kata Nufail.
"Maksudmu?" tanya Zaina yang mulai merasa pancingannya berhasil.
"Ah, tidak, maksudku, kita kan tidak boleh berdua-duaan, makanya aku panggil saja Mbak Wita," kata Nufail beralasan.
"Gemes!" kata Zaina dengan suara pelan sambil merapikan kotak obatnya.
"Apa, aku tidak dengar?" kata Nufail.
"Tidak. Tidak penting, jadi kamu tetap mempertahankan untuk tidak berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahrammu?" tanya Zaina semakin dalam.
"Harus, harus seperti itu. Tidak baik berdua-duaan dengan seseorang yang bukan mahram, ayahku selalu mengajariku untuk selalu ingat atas hukum-Nya, syaitan itu ada di mana-mana, dia berhak menggoda," kata Nufail mulai serius.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tindakan khalwat dengan wanita asing ini dalam hadits shahih dengan bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّوَمَعَهاَذُو مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
"Aku suka jawabanmu, baiklah, izinkan aku di sini untuk membaca ya," kata Zaina.
"Dengan senang hati, silakan baca sepuasnya, aku pamit ke depan ya," kata Nufail.
"Baiklah, terima kasih ya, Nufail," lagi lagi Zaina tersenyum.
Lalu Nufail hanya tersenyum kemudian pergi.
---
Hari sudah semakin siang, Nufail yang ada jam kuliah itu kemudian memutuskan untuk ke kampus. Tanpa berpamitan kepada Zaina, Nufail pergi begitu saja.
Saat di kampus, Nufail bertemu Gio di lorong kelas.
"Pagiii!!" sapa Nufail sambil menepuk bahu Gio.
"Hey, Nufail! Jantungku hampir saja mau copot!!" kata Gio yang kaget ditepuk oleh Nufail.
"Biasa aja kali hahaa" kata Nufail sambil bercanda.
"Gak seperi biasanya kamu, hmm.... lagi senang yaa?" tanya Gio sambil menggoda.
"Hanya sedikit lebih cerah saja hari ini, makanya wajahku berseri sekali 'kan?" kata Nufail sambil senyum.
"Wah, nggak beres nih.. Kamu kerasukan ya, Fail?" kata Gio.
"Tidak, ngaco nih kamu! Oiya, aku punya kabar baik," kata Nufail mengalihkan pembicaraan.
"Apa?" kata Gio penasaran.
"Sabar, nanti kuceritakan di kelas," kata Nufail.
Nufail dan Gio baru saja sampai di kelas. Mereka duduk bersebelahan dan menaruh tasnya di atas meja. Kemudian, datanglah Zaina di depan pintu kelas menanyakan Nufail kepada teman kelasnya.
"Nufail, ada yang cari," kata temannya yang duduk di dekat pintu.
"Baik, sebentar ya Gio, ada fans nihh," kata Nufail.
"Halaaah, kepedean kamu, yaudah cepetan," kata Gio yang kesal dibuatnya.
Nufail menghampiri orang itu.
"Hey, Zaina? Ada apa?" kata Nufail yang terkejut, ternyata Zaina yang datang menghampirinya.
"Tidak, kenapa kamu tidak bilang kalau pergi ke kampus?" tanya Zaina.
"Haduh, aku minta maaf, aku lupa," kata Nufail.
"Dan kamu lupa untuk sarapan 'kan? Ini dari Mbak Wita, jangan lupa bagi juga sama Gio ya, aku pamit dulu," kata Zaina yang perhatian.
"Hey, sebentar, kamu kenapa masuk kuliah, bukankah kamu baru jatuh dari sepeda?" tanya Nufail.
"Jatuh ini tidak seberapa, aku sudah biasa hehe," kata Zaina yang malu-malu.
"Oh... yaampun. Baiklah, terima kasih ya, Zaina, oiya, syafakillah," kata Nufail sambil tersenyum.
"Sama-sama, terima kasih juga ya," kata Zaina.
Kemudian Nufail masuk kelas dan Zaina pergi ke kelasnya. Nufail menunjukkan bahagia di wajahnya, hari ini benar-benar membuatnya berseri. Ya, bercahaya sekali.
"Ohh, jadi dia yang bikin kamu berseri hari ini?" kata Gio.
"Dia adalah cahaya yang selalu membuatku berseri," kata Nufail sambil tersenyum dan memejamkan matanya, seperti berkhayal.
"Begini ya kalau sedang jatuh cinta, jadi bagaimana dengan misi kita untuk menggagalkan pernikahan Misha?" tanya Gio.
"Oiya, kuundang kamu ke tukang nasi goreng dekat rumahku malam ini, awas jangan sampai tidak datang ya," kata Nufail.
"Baiklah, ditraktir kamu 'kan?" kata Gio.
"Oke, kali ini aku yang traktir, sekarang makan ini dulu, sarapan dari Cahayaku. Silakan dimakan, katanya ini untukmu juga," kata Nufail.
"Jadi, kamu sudah........" kata Gio menduga-duga.
"Hussss, jangan sembarangan. Aku hanya berkhayal, hehe. Ayo makan," ajak Nufail.
Kemudian, Nufail dan Gio memakan sarapan yang diberikan oleh Zaina. Hari itu menjadi hari yang sangat cerah untuk Nufail, baru kali ini wajahnya berseri secerah itu karena dibuat Zaina bahagia. Lalu, apa yang akan dibicarakan Nufail dan Gio dalam rencananya menggagalkan pernikahan Misha?
---
Tunggu kelanjutan Ber-Serinya di lain kesempatan ya!
---
Teruntuk teman-teman setia pembaca Ber-Seri,
Terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan membaca kisah Nufail.
Penulis berharap, kisah Nufail tidak berhenti sampai di sini.
Doakan kelanjutannya akan segera terbit ya.
Doakan kelanjutannya akan segera terbit ya.
Jangan khawatir, ini hanya episode terakhir yang tayang di blog.
Insya Allah, jika Allah mengizinkan, kelanjutannya bisa dibaca nanti di media lainnya.
Doakan yang terbaik ya,
Semoga ada kabar baik dari Nufail, Zaina, Gio, dan Misha.
Jangan rindu kami, nantikan kisah kami selanjutnya ya!
----
Oiya, untuk konten blog selanjutnya, aku sangat mengharapkan nih karena membutuhkan ide, pesan, request, atau masukan gitu untuk nulis di blog ini hehe. Jadi, kalau yang berkenan memberikan idenya boleh komen ya, atau hubungi saja langsung ke kontak aku (kalau punya) hahaha. Terima kasih sebelumnya!
----
Oiya, untuk konten blog selanjutnya, aku sangat mengharapkan nih karena membutuhkan ide, pesan, request, atau masukan gitu untuk nulis di blog ini hehe. Jadi, kalau yang berkenan memberikan idenya boleh komen ya, atau hubungi saja langsung ke kontak aku (kalau punya) hahaha. Terima kasih sebelumnya!
Wassalamu'alaykum!✨
5 Komentar
Alhamdulillah bukan yang terakhir. Tapi tetep aja penasaran weyy wkwkwk semoga tetep lanjut ya!
ReplyDeleteTunggu kelanjutannya yg entah kapan yaaa hahaha!
DeleteSiaapp! Wkwk
Deleteaku bacanya sambil senyum-senyum ih wkwkwk ditunggu yaa kelanjutannya. semangaaat
ReplyDeleteHehe, cie. Aku juga nulisnya sambil senyum senyum wkwkw. Aamiin.. doain yaaa
DeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.