Untukmu, Teman.


Hey,
Kali ini aku akan menulis tentangmu.
Bagaimana kabarmu? Baik kan? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, ya. Aamiin.

Kau adalah teman yang baru saja kukenal, yaaa kurang lebih baru beberapa bulan kita saling mengenal. Kamu sangat jauh berbeda denganku, kalau aku dibilang aku ini pendiam, kita sebenarnya sama, kukira sih begitu saat pertama kali kita bertemu di tempat itu, apa kamu masih ingat? Ternyata setelah kita saling mengenal, kemampuanmu berkomunikasi kepada orang lain cukup mengagetkan firasatku. Ya, kamu pandai bicara. Tidak seperti aku. Kamu juga anak yang peduli akan akademiknya, kamu cerdas, dewasa, wawasanmu luas, beda denganku yang hanya 'iya-iya' aja di lingkunganku, hehe.

Hey, kamu sebenarnya hebat. Sudah kuakui dalam hatiku sejak beberapa hari kita bertemu, mungkin tanpa kamu ketahui. Kehebatanmu tampak sejak kamu memutuskan untuk mengambil langkah ini. Ya, langkah yang tidak semua orang sanggup untuk memikulnya. Langkah yang semua orang mungkin tidak sanggup untuk mengambilnya. Langkah yang tidak pendek dan sangat berisiko untuk masa depanmu. Hebat, aku sempat kaget ketika kamu muncul ke permukaan dengan rasa berani dan tanggung jawabmu itu.

Kau tau, aku sangat suka ketika kita bisa berbincang berdua. Sebab, berbicara denganmu melatih kefokusanku. Entah kenapa, suaramu sangat enak didengar. Apalagi ketika kamu mengajariku beberapa hal. Rasanya aku ingin selalu berlama-lama untuk berbicara. Sayangnya, saat saat seperti itu jarang sekali kita temukan atau jarang kita lakukan. Ayo kita lakukan lagi! Kapan-kapan, ayolah kita coba berbincang lewat telepon, untuk sekadar melepas rindu yang sama-sama tidak berani untuk diungkapkan. Hehehe.

Oiya, bagaimana dengan segala urusanmu? Apakah lancar-lancar saja, atau adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Ah, tak mungkin hanya sesuatu, pasti banyak. Marilah berbagi lagi ceritamu, aku ingin menyerapnsegala apaoun yang kamu rasa. Lihatlah, bola matamu tak bisa menyembunyikan itu semua. Setiap kali aku melihat matamu diam-diam, urat-uratnya menunjukkan guratan-guratan kelelahan. Bahkan raut wajahmu semakin lama berubah menjadi lebih lesu, tidak seperti sejak kita bertemu untuk pertama kali. Badanmu sudah tak lagi setegap dulu, saat beban beban belum ada di atas bahumu.

Hey, teman.
Kembalilah pada tempat tidurmu jika tubuhmu mulai lelah, kembalilah pada sajadahmu dan letakkan keningmu di atas sajadah, berdoalah, seperti yang aku lakukan saat aku mendoakanmu. Kembalikanlah senyummu sama seperti saat tak ada beban, kembalilah. Aku rindu kamu yang dulu, aku rindu senyummu yang pernah kulihat itu. Aku mohon, anggaplah keberadaanku dengan segala kebesaran hatimu. Aku ingin selalu menemanimu di setiap langkahmu, entah saat kita sama sama berduka dan sama sama bahagia, aku ingin kita selalu berbagi.

Hey, teman. Kamu hebat. Kamu kuat, segala pengorbanan, pikiran, tindakan, dan doa-doa yang kaulakukan kuyakin akan berbuah kesuksesan. Percayalah, sebentar lagi kita akan lihat semuanya. Allah akan selalu balas semua kebaikan seseorang, sekecil apapun kebaikan itu. Allah takkan pernah ingkar janji. Dan kamu akan menemukan jawaban-Nya di waktu yang terbaik. Semangatlah, aku ada dibelakangmu untuk selalu mendukungmu.

Hey, teman. Kembalilah.
Aku tau mungkin keadaan kita sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku yang sudah memulai kesalahan itu, kemudian aku sendiri yang menyiksanya dalam pikiranku. Lalu kamu berubah, tidak lagi ramah dengan keramahanmu dalam pesan singkat kita. Teman, maafkan aku. Tapi kumohon kembali padaku lalu kembali bercengkrama. Aku rindu cerita-cerita kita. Aku rindu saat kamu menghampiriku untuk sekadar berbincang sambil tertawa. Ah, rasanya ingin punya waktu berdua, untuk bisa mengembalikan semua rasa yang pernah ada.

Jadi, kapan kita bisa bersama lagi?
Kembalilah,
Aku lelah sendirian dengan cerita ini.
Jangan pergi,
Aku butuh kamu, teman.

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.