Kali ini, izinkan aku bercerita tentang seorang teman yang menyukai temannya. Jika dirasa ada kesamaan tokoh, kejadian, keadaan atau lain halnya, mohon dimaklumi. Tulisan ini hanya aku tulis dengan tujuan untuk mengingatkan kita semua bahwa kisah ini harus berjalan sebagaimana mestinya.
Jadi, orang ini adalah temanku. Lebih tepatnya dia pernah sekelas denganku. Dia adalah salah satu teman lawan jenis yang agak pasif saat di kelas. Dia jarang menunjukkan eksistensinya di depan siapapun. Sedikit irit bicara dan memang tak banyak yang tahu tentangnya.
Suatu ketika, ada banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di telingaku. Ya, tentang si orang ini. Ada kabar A sampai Z yang satu per satu tidak bisa aku percaya begitu saja. Termasuk salah satunya kabar bahwa orang ini menaruh rasa untukku.
Aku biasa aja. Selama kabar itu belum aku dapatkan dari dirinya sendiri, aku hanya bersikap tak acuh seakan tidak tahu apa-apa. Tapi, tidak bisa dipungkiri, bahwa hadirnya kabar itu membuat aku sedikit berhati-hati agar tidak memberikan harapan lebih saat berteman dengannya.
Memang, dia tidak menunjukkan apapun kepadaku secara langsung. Artinya, dia menyimpan rasanya dengan sangat baik. Atau, bisa saja kabar itu hanya segelintiran angin yang berhembus saja, alias hanya gosip. Wallahu'alam, aku tidak terlalu fokus untuk hal itu.
Kemudian, kami sudah tak lagi satu kelas. Setelah lulus, kami menempuh pendidikan dan tempat yang berbeda. Hal ini cukup menenangkanku karena tidak perlu lagi berhati-hati. Bahkan bertemu pun sudah jarang.
Namun, beberapa waktu setelah itu, dia justru muncul dengan beberapa eksistensinya. Entah dia hanya sekadar berekspresi atau memang ingin menarik perhatian. Yang jelas, beberapa hal tersebut seringkali menyangkut namaku meski dia tidak menandaiku dalam postingannya.
Misalkan, dia seringkali menghubungkan sesuatu yang dia buat dengan cahaya. Ya, cahaya sendiri adalah suatu hal yang sering aku gunakan dalam setiap karyaku. Cahaya menjadi branding diriku. Lalu, lelaki itu juga sering menghubungkan hal itu dalam tulisan, gambar, atau statusnya di media sosial.
Pernah lagi, ia benar-benar mengopi kutipanku dan memasangnya di status media sosial miliknya. Dan ia tidak mencantumkan namaku di sana. Pun pernah juga kubuat status tentang muhasabah diri, lalu beberapa menit kemudian, ia membuat status yang sama dengan topik muhasabah diri yang sama, dengan background yang serupa pun dengan isi kutipannya.
Parahnya, suatu ketika aku pun pernah update fotoku sendiri di media sosial. Kemudian, tak berselang lama, lelaki itu memasang ilustrasi yang gambarnya mirip sekali dengan foto yang aku posting. Sungguh luar biasa pengintaian ini.
Dalam hal ini, sejujurnya aku sangat amat terganggu. Bahkan, pernah aku berbicara jujur padanya tentang apa yang dia lakukan, lalu, dia malah menjawab dengan alasan. Aneh, bahkan tak masuk diakal. Padahal, aku tahu betul semua yang dipostingnya saat itu adalah tentangku.
Dari kejadian ini, aku hanya ingin mengingatkan kita semua--termasuk aku juga--untuk berhati-hati dalam mengagumi seseorang. Tidak semua orang menyukai hal-hal tentangnya ditiru begitu saja, apalagi dengan teman sendiri yang kita kenal.
Kalau memang menyukainya, maka sewajarnya saja. Bicaralah langsung padanya agar semuanya bisa lebih terbuka. Perkara ditolak atau diterima, itu memang risiko dari jatuh cinta. Tapi, kalau begini keadannya, kita hanya menjadi pengintai dalam persembunyian. Gak etis, dan justru menganggu dirinya.
Jadi, aku termasuk orang yang males banget diikutin dalam hal itu. Bener-bener ngerasa diintai. Aku akan lebih menghargai perasaan seseorang dan apapun yang dilakukannya selagi ia meminta izin, berteman baik, atau sudah membicarakannya baik-baik. That's okay kalo menurut aku. Tapi, kalau keadaannya berbanding terbalik, aku mohon jangan pernah lakukan sesuatu yang orang itu gak suka.
Ketika berharap dia menyukai kita, dia malah benci sama kita karena kesalahan kita. Gak enak kan? Kalau sudah terlanjur? Ya.... minta maaf aja sama dia. Jalin komunikasi yang lebih baik lagi. Jangan sampai membuat kebencian yang semakin berlarut. Apalagi sama temen sendiri.
Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, ya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung dan menyakiti. Aku hanya mengutarakan kegelisahan serta mengingatkan kita semua untuk mencintai seseorang dengan wajarnya. Tolong, mengagumi sewajarnya saja, ya.
Terima kasih.
3 Komentar
Salam kenal ka aca! Kagum banget aku sama kaka. Tapi sewajarnya kok HAHAHAHA
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.