Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Assalamualaikum, gais!

Di Bogor lagi sering hujan nih, gimana kondisi cuaca di rumah kalian? Semoga sih, dengan turunnya hujan yang hampir tiap hari ini, virusnya juga ikutan hilang diterpa hujan, ya. Aamiin. Aku udah kangen banget hidup seperti biasa tanpa kecemasan ini:(

Nah, ngomongin soal hujan, aku dan keluargaku suka banget nih tiba-tiba lapar kalau hujan melanda. Apalagi nih ya kalau hujannya tuh sore-sore menjelang malam. Huwaaa pasti mau sudah makan atau belum, lapar tetap melanda wkwk. Bener gak nih?

Kalau aku sendiri, suka banget iseng-iseng bikin makanan dengan bahan-bahan sederhana. Salah satunya bikin mi tektek ala aku hehee. Kalau ada yang beda bumbunya mungkin kita beda selera ya wkwk. Kalau aku sih sukanya pakai resep di bawah ini. Mungkin bisa dicoba.

Bahan Mi:
- Mi kuah/telor/goreng, tergantung selera
- Sawi sesuai selera
- Sosis sesuai selera
- Bakso sesuai selera
- Saos pedas 2 sdt
- Kecap Manis 2 sdt
- Kecap Asin 2 sdt
- Telur 1 butir
- Cabai rawit merah sesuai selera (aku sih suka pedes jadinya pake agak banyak hehe)
- cabai merah 3 batang
- bawang merah 2 siung
- bawang putih 4 siung
- daun bawang (optional)
- Garam secukupnya
- Gula secukupnya
- Micin/penyedap rasa (optional)

Cara pembuatan :

Nah, untuk pembuatannya ini optional aja sebenernya gak harus sama hehe. Tapi kalau kalian mau ngikutin boleh jugaa hehe.

1. Haluskan bumbu dasar (bawang, cabai, garam)
2. Panaskan sedikit minyak, lalu masukkan telur dan bikin orak-arik. Tunggu beberapa saat sampai si telur setengah matang.

Nah, ini ada pilihan nih. Bagi yang suka telurnya bikin kuah kental, kalian bisa masukin telurnya belakangan. Tapi, karena aku sukanya telur yang matang dulu, jadinya aku masak di awal.
3. Kemudian, masukan bumbu yang telah dihaluskan. Campur dengan telurnya tadi.
4. Kalau sudah matang, masukkan air secukupnya sesuai dengan kuah yang kamu inginkan. 
5. Masukkan topping seperti bakso dan sosis. 
6. Jika sudah mendidih, masukkan mie yang sudah disiapkan.
7. Tunggu hingga mie setengah matang.
8. Lalu, masukkan bumbu-bumbu mi bawaan dari kemasan. Kalau pakai mi telur, boleh diskip aja tahap ini.
9. Masukkan bumbu tambahan seperti saus pedas, kecap manis, dan kecap asin. 
10. Jangan lupa cobain dulu kuahnya, ya! Kalau kurang, boleh kamu tambah-tambah bumbunya sampai enak. Oiya, pakai gula juga ya dikit aja.
11. Setelah rasanya pas, boleh langsung ditambah sayurnya.
12. Tunggu beberapa saat sampai sawinya agak layu
13. Jadi deh! Mi tektek rumahan ala aku bisa langsung disantap!☺️

Nah, gampang banget kan? Maaf ya kalau resepnya berbeda atau ada yang aneh, tapi aku sih pake resep ini dan aku suka hehehe. Maklum kalau lagi hujan, cuma bisa pakai bahan yang ada hehehe. 

Jangan lupa coba di rumah, ya! Dijamin seisi keluarga suka kok. Wkwkwk.


Banyak banget cerita di rumah ini. Sejak emak (nenek) meninggal, rumah ini menjadi markas keluarga besar mama berkumpul untuk acara apapun, salah satunya saat lebaran. Terhitung dari 2014 silam, rumah ini mencatat beberapa kali kenangan lebaran yang sangat membekas. Jadi, bagiku, rumah ini salah satu kenangan yang rasanya sayang untuk dilupakan.

Belakangan ini, si pemilik rumah, yaitu kakak dari mamaku (uwa), tinggal sendirian. Pasalnya, ketiga anaknya yang sudah dewasa dan berkeluarga memilih untuk tinggal masing-masing di rumah yang telah mereka miliki. Sementara, ia sudah ditinggal sang suami sejak 2012 lalu. 

Dia sempat bercerita bahwa hatinya sedih lantaran kini hidup sendirian. Meskipun dua anaknya masih tinggal di kota yang sama, tapi rasanya berbeda jika harus menghabiskan masa tua tanpa siapa-siapa di rumah. Kasihan, aku bisa membayangkan bagaimana drastisnya perubahan yang tadinya ramai sekarang malah sepi sendirian.

Itulah yang mendorongku untuk menginap di sini. Niatan untuk menemani Uwa agar tidak sendirian di sini. Terlebih, Amara, cucu pertamanya juga sedang ditugaskan untuk menemani Mbahnya itu. Jadi, kami bertiga ada di rumah penuh kenangan ini.

Entah mengapa, dua hari di sini penuh dengan pembelajaran yang luar biasa. Setiap detiknya, aku merasakan ada memori yang terulang—yaitu tentang kenangan yang dulu-dulu pernah kejadian, terlebih saat masih ramai: emak dan uwa masih hidup. Aku tahu betul kondisi rumah ini seperti apa.

Selain itu, di sini aku belajar untuk 'dilayani'. Meskipun uwa adalah kakak mama, mereka punya kepribadian yang jauh berbeda. Di sini, uwa sangat menjamu aku dengan baik. Bahkan, aku bisa makan 3 kali sehari di sini dengan teratur. Ada baiknya, ada enggaknya. Baiknya, aku merasa lebih sehat karena bisa makan dengan teratur. Gak baiknya sih, aku merasa tertekan aja karena gak biasa makan diatur-atur kayak gitu, biasanya makan kalau lagi mau doang.

Gak cuma itu, uwa juga ngajarin aku secara gak langsung untuk bisa memanage waktunya dengan baik. Kayak apa? Contohnya, dia selalu shalat tepat waktu. Ya, aku belajar banyak dari situ. Lalu, dia selalu masak sebelum waktu makan tiba. Misalnya, saat pagi-pagi, menjelang sore, dan malam hari. Ya, gak ada makan siang tapi adanya makan sore wkwk. Terus, dia juga punya waktu sendiri untuk cuci baju dan nyetrika. Dan dalam sehari itu bisa dilakukan rutin.

Hidupnya begitu teratur. Menjelang hari tuanya, dia juga sering menghabiskan waktu untuk memainkan ponselnya dan menonton YouTube. Sedihnya, aku membayangkan aja gitu kalau dia sendirian, pasti akan lebih 'lurus' aja hidupnya. Setiap hari begitu, gak ada aku dan cucunya yang diurus setiap hari. Sementara dia hanya sendirian dan yaudah melakukan hal rutinitas itu aja tanpa henti.

Terlebih sekarang lagi pandemi. Kita gak bebas untuk ke sana-kemari. Padahal kalau gak lagi pandemi kan bisa aja dia ngaji ke masjid, olahraga, pergi ke mana kek, jalan-jalan. Iya kan? Masih banyak aktivitas luar yang bisa dilakukan. 

Tapi apa boleh buat, keadaan menuntut kita kayak gini. Bersyukur sih bisa belajar banyak dari uwa selama 2 hari nginep di sini. Aku juga jadi punya bayangan kalau nanti aku punya keluarga kecil wkwkw. Benar-benar hidup adalah pembelajaran kalau kita teliti. Hahahha. 

Terakhir, dari nginepnya aku di sini juga aku jadi tahu orang tuaku yang gengsi itu ternyata ada kangennya juga. Hahahha. Seperti papa yang selalu nanyain "kapan pulang?" Dan mama yang suka tiba-tiba nge-pc "lagi apa? Kapan mau dijemput?" Wkwkwk. Orang tua gengsi yang kalau kangen keliatan bangett. MasyaAllah tabarakallah. Alhamdulillah, walaupun gak tau yaa dikangeninnya karena emang kangen atau karena gaada yang beresin rumah? Hahaha.

Oke, hari ini aku pulang. 

Mari kembali ke rutinitas semula: aku yang menjelma menjadi babu, koki, anak, dan kadang-kadang penulis yang mengasingkan diri di lantai dua rumahku. Hahaha.

Terima kasih, uwa! Sehat dan bahagia terus, ya. Semoga Allah selalu melindungi uwa. Aaamiin.



Pertanyaan ini seringkali muncul sejak sidang kelulusan. Padahal, waktu itu masih disibukkan dengan hal-hal menuju yudisium, seperti berkas-berkas revisi hingga persyaratan yang perlu dipenuhi.

Hingga semuanya selesai, pertanyaan itu justru sering terlontar. "Lagi sibuk apa, Ca?" menjadi kebiasaan baru yang aku dapatkan dari orang lain. Gak ada yang salah sih dari pertanyaan ini, cuma belakangan ini jadi bikin aku berpikir, "Apakah aku sudah ketinggalan daripada yang lain?"

Hal itu membuatku sedikit menilik dan memperhatikan aktivitas teman-teman lain. Hebatnya, sebagian mereka sudah sibuk dengan pekerjaan yang mereka tekuni. Ada juga yang masih sibuk bersantai dan menikmati waktu luang--entah dengan jalan-jalan atau sekadar berdiam diri di rumah dengan aktivitas yang ada.

Sementara aku, setiap ditanya gitu selalu bingung jawab apa. Pasalnya, aku juga belum begitu serius mencari pekerjaan. Meski sesekali bolak-balik cari loker di akun-akun penyedia khusus lowongan kerja.

Tapi menurutku, mencari kerja = mencari kenyamanan. Gak semudah itu rasanya punya ketertarikan sama suatu perusahaan atau pekerjaan. Meskipun berjuta fasilitas menarik, tapi kalau hati berkata "belum" ya aku ragu untuk jalanin. Daripada gak nyaman, lebih baik menunda sampai perasaan ketertarikan itu ada.

Tentu saja hal itu belum menjawab, "Lagi sibuk apa?". Yang jelas, aku selalu ingat sama petuah beberapa dosen padaku, "Yang penting nulis aja terus," begitulah katanya. Gak cuma satu atau dua orang yang berpesan demikian.

Ya, jawaban paling realistis yang terbesit di pikiran adalah "lagi sibuk nulis". Karena, bukankah menulis juga merupakan sebuah perjalanan?

Tak perlu lah melihat perjalanan orang yang sudah melesat lebih jauh. Sebab, meski punya dua kaki yang sama, sepatu yang kita gunakan berbeda-beda kan? Tujuan yang akan kita raih pun berbeda-beda. Jadi, gak perlu takut dan khawatir saat orang lain berproses lebih cepat daripada kita.

Sambil menunggu pekerjaan, aku lebih memilih untuk ikut komunitas menulis, cari-cari event kepenulisan, ikut-ikut lomba untuk mengasah kemampuan, yaa.. pokoknya yang penting nulis aja terus, hehehe.

Mohon doanya aja ya, semuanya. Semoga aja perjalanan kita bisa sukses menggapai tujuan dan cita-cita masing-masing. Selamat berproses kawan-kawan. Jangan lupa terus bersyukur, ya!


Teruntuk aku, kamu, kita, dan siapapun yang merasakannya.

Bagiku, beberapa minggu belakangan ini cukup berat dijalani. Mungkin bagi kamu atau mereka juga sedang merasakan hal yang sama. Banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, banyak hal-hal yang melenceng dari ekspektasi, dan banyak hal-hal yang tak terpikirkan justru kejadian.

Mental tak bahagia seperti biasanya, pun dibarengi dengan asingnya sebuah pertemanan sehingga tidak bisa saling berbagi. Apakah hanya aku saja yang merasa demikian? Kalau lagi sendirian, mungkin kita berpikir untuk mencari seseorang yang kita percaya untuk saling bercerita dan berbagi cinta. 

Nyatanya, tidak bisa demikian. Mereka juga punya jalan hidup masing-masing yang mereka pikirkan. Mereka belum tentu peduli pada orang lain, apalagi jika mereka sedang merasakan hal yang sama atau bahkan lebih dari kita. Semuanya tidak bisa dipaksakan sesuai apa yang kita inginkan. Tidak semudah itu.

Kesehatan, mungkin sekarang menjadi hal yang paling diutamakan. Mungkin tidak banyak orang yang tahu, sudah beberapa hari ini jiwa terkapar dalam buruknya kabar. Ya, kesehatan juga jadi menurun karena tidak pikiran terus saja bekerja tanpa henti. Ditambah lagi overthinking yang menghantui setiap malam membuat tak ada rasa untuk makan. Apakah kamu juga merasakan?

Hmm, rasanya tak tau harus berbagi sama siapa lagi. Selain kepada Allah, meminta petunjuk, kekuatan, kesehatan, kesabaran, dan perhatian seorang teman. Berat bagiku menjalani hari-hari belakangan ini sendirian. 

Jika saja kamu sedang berada dalam kondisi yang sama, percayalah, kamu tidak sendirian. Kita berhak bersyukur lebih banyak karena Allah menguatkan kita sampai sejauh ini. Kita patut apresiasi diri bahwa kita mampu menghadapi ini semua meskipun sendirian. Berat sih, memang. Tapi, lihatlah di luar sana masih banyak yang penderitaan dan kesedihannya lebih dalam daripada kita. 

Semangat, ya, wahai diriku dan kamu juga. Kita sama-sama berjuang. Jangan patah semangat, okay? 

Orang lain mungkin gak peduli sama diri kamu, orang lain gak mau tau tentang kamu, 
Orang lain gak nanyain kabar kamu,
Orang lain terlihat lebih bahagia,
Orang lain terlihat baik-baik saja,
Mungkin bukan karena mereka gak peduli..
Hanya saja mereka cerdas dalam mengendalikan diri.

Yuk, semangat. Bismillah ya, jangan sedih.
Gak apa apa sih kalo mau nangis, tangisin aja. Tapi jangan lama-lama, karena kasian air matanya nanti habis hehehe. 

Sehat, semangat, dan bahagia selalu, ya. Aku. 


Assalamualaikum, Bang. 

Pernyataan terbuka ini aku tulis lagi untuk yang ketiga kalinya di blog pribadi aku ini, Bang. Aku yakin kamu gak akan baca, tapi tulisan ini sengaja kubuat atas dasar dokumentasi diri aja soalnya seneng banget kalau suatu saat nanti bisa baca-baca kejadian yang pernah aku lalui, hehehe. Maaf ya Bang, kali ini namanya kupakai lagi di blog ini. Semoga berkenan, heheh.

Pagi ini, atas izin Allah, tiba-tiba aku dikagetkan notifikasi dari twitter. Lebay sih ya kayaknya ini, tapi bikin seneng banget padahal cuma dijawab "aamiin". Hahaha.

Jadi, ceritanya waktu itu bang boim bikin twit "tulis nasihat dong" di twitternya. Nah, berhubung aku mau jawab tapi kayaknya gabakal diliat karena akunku digembok, akhirnya aku bales lewat dm. Wkwkwk. Ganjen banget sih emang, tapi aku cuma iseng aja kok siapa tau aja nasihat sederhana dari aku bisa dibaca dan bermanfaat gitu.

Akhirnya aku memberanikan diri tuh buat dm bang boim dengan balasan nasihat dari aku itu. Awalnya aku ngerasa "ngapainnn sih caaa?" Kayak yang ngarep dibales tapi gak ngarep-ngarep juga sih. Soalnya aku juga mikir dari 7000-an followers pasti yang dm dia banyak, gak aku doang.



Yaudah tuh, akhirnya aku ga ngarep. Biasa aja. Dibaca Alhamdulillah banget tapi kalau engga juga yaudah, mau gimana lagi. Emangnya gue siapa gituu loh wkwk.

Anehnya, aku ngecek dm itu terus wkwk. Berharap centangnya biru pertanda dibaca. Soalnya yang aku liat di dm aku sama temanku, kalau dm dibaca itu centangnya jadi biru. Makanya aku coba merhatiin dm aku sm bang boim itu. Kok gak biru biru??? Jiaaahhh masih aja ngarep. Wkwkwk. 

Nah, yaudah tuh pada akhirnya aku coba notice dia lagi pake like di message yang aku kirim. Ceritanya gamau sampe di situ usahanya wkwkw. Aku masih berusaha biar dibaca. Cuma dibaca.....udah itu aja. Aku pengen list centangnya jadi biru :)

Eh, keesokan harinya, centangnya gak biru tapi malah dibales sama doi. Hahahaha masyaAllah seneng banget yaAllah bang! Walaupun aku udah jarang banget merhatiin abang sekarang (karena mau mengurangi), tapi setiap dinotice abang Alhamdulillah seneng terus.

Ini udah ketiga kalinya deh kayanya dibales gini yaAllah senang! Begini ya rasanya suka sama seseorang yang dia gak kenal kita, tapi berharap, tapi gak berani berharap lebih dari sekadar diketahui keberadaannya wkwkwk. 

Makasih loh, Bang Boim. Semoga aja kamu sehat selalu, bahagia selalu, pokoknya yang terbaik segalanya buat kamu. Lancar terus yaaa belajar di Yamannya. Segeralah balik ke Indo dengan bahagia karena sudah lulus!! Kutunggu kabar bahagiamu hehehe.


Di masa pandemi seperti ini

Berat rasanya menahan ego untuk tidak bertemu

Berat rasanya memupuk sabar untuk tetap jauh

Berat rasanya membujuk hati untuk tetap teguh

Rasanya hanya ingin bercengkrama dengan teman-teman

Berkumpul kembali dengan saudara

Menghirup kembali udara segar

Menikmati makanan,

Menikmati lalu lalang kendaraan,

Menikmati hujan.

Namun, semua kenikmatan terhalang

Tak bisa lagi kami nikmati tanpa rasa khawatir

Sebab, kesehatan menjadi nomor satu

Sehat raga dan mental adalah yang perlu dijaga selalu

Meski tubuh ini sehat, mungkin ada di antaranya yang sakit

Hanya saja ia diam dan tak memberi sinyal

Lebih baik menjaga daripada harus mengobati

Karena ada orangtua yang harus kita hormati

Ada teman-teman yang harus kita jaga

Ada mereka yang susah payah bekerja

Semoga, pandemi ini cepat berlalu

Agar sehat jiwa raga

Agar bahagia seluruh semesta

Agar kami kembali muda


Salam sehat jiwa raga

Jaga kesehatanmu selalu, ya.

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ▼  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ▼  September (6)
      • Resep Mi Tektek ala Aku
      • 2 Hari di Rumah Uwa
      • "LAGI SIBUK APA?"
      • Teruntuk Aku, Kamu, dan Kita.
      • Dear, Ibrohim Fadlannul Haq (3)
      • Sajak : Sehat Ragaku
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates