Laki-Laki dan Perempuan: Bisakah Saling Berteman?
Tapi, pertanyaannya, apakah di antara pertemanan laki-laki dan perempuan selalu berakhir karena "perasaan"?
Awalnya, aku gak tau jawaban dari pertanyaan ini. Jadi yaudah aku berteman sama laki-laki pun gak masalah. Toh dari kecil juga aku emang terbiasa gitu main sama laki-laki dan berteman sama laki-laki. Tapi, entah ya, semakin dewasa kok rasanya jadi beda?
Gak tau kenapa, setiap kita punya perasaan yang pure untuk berteman, orang tersebut malah menganggapnya hal lain. Ini sering banget kejadian. Misalnya, berperilaku dikit dibilangnya perhatian, muji dikit dikiranya suka, yaa.. semacam itulah. Entah itu karena salah si perempuannya yang terlalu berlebihan atau si laki-laki yang memang baperan? Atau kebalikannya?
Semakin lama aku semakin sadar, ternyata ya memang begitu kodrat laki-laki dan perempuan. Pertama, mereka memang saling ketergantungan. Itulah mengapa Allah menciptakan rasa slaing membutuhkan dan rasa ketertarikan antarkeduanya, meskipun suka beda pemahaman: yang satu tertarik karena enak diajak berteman, yang satu tertarik untuk menjadi pasangan.
Kedua, kodrat laki-laki dan perempuan itu emang berbeda. Ketika laki-laki cuma balas pake logika, perempuan balas pake rasa. Ketika laki-laki cuma balas lewat jari, perempuan ngiranya pakai hati. Atau kebalikannya. Ya, kalaupun ada yang benar-benar saling menerima sebagai teman, itu gak banyak.
Ketiga, mungkin inilah kenapa Allah melarang laki-laki dan perempuan punya hubungan yang dekat (di luar hubungan pernikahan), ya sebab akan ada bermacam risiko yahg kita dapat, salah satunya risiko-risiko baper tadi yang menyebabkan ketidaknyaman dalam pertemanan. Bener gak sih?
Entah ya, semakin lama aku semakin tidak percaya sama pertemanan laki-laki dan perempuan. Awalnya sih aku ya fine-fine aja, toh aku gak baperan kok. Aku juga gak gampang terhasut kalau digombalin, dibecandain, dibaikin, dsb. Tapi, kadang ketika kita yang sudah komitmen sama diri kita sendiri, ehh... lawan bicaranya yang gak sedemikian. Ribet kan urusannya.
Ada satu kasus di mana aku ya terbuka aja gitu berteman sama siapa aja. Aku juga orangnya berusaha ramah aja gitu, gak mandang siapapun. Nyapa, senyum, tegur. Toh itu kan sebagian bentuk ibadah terkecil. Tapi, sayangnya hal itu malah jadi "bahan"" seseorang untuk tertarik sama kita. Tiba-tiba pas udah lama kenal, mulai kode-kode gak jelas, atau tiba-tiba baiknya berlebihan, dsb.
Sebenarnya kebaikan gak ada salahnya dilakukan. Tapi akan jadi salah ketika semuanya dilakukan karena ada "maksudnya". Apalagi karena ada perasaan. Ya, bukannya mau nolak atau gimana. Cuma, coba pikir aja deh. Ketika kita udah sama-sama ngerasa cocok dalam berteman, terus tiba-tiba berubah karena perasaan suka? secara gak langsung sikap seseorang itu pasti akan beda, dan itu cepat atau lambat pasti terbaca.
Kalau aku sendiri tipenya emang suka baca gerak gerik dan bahasa orang. Jadi, ketika ada yang aneh rasanya aku sudah paham ada yang berbeda. Dan jujur, beberapa di antaranya membuat hubungan pertemanan menjadi tidak nyaman. Ya begitulah, dari situ kita bisa menilai kedewasaan seseorang dalam me-manage perasaannya sendiri.
Sejak banyak kasus serupa terjadi, rasanya aku gak percaya lagi tentang pertemanan lawan jenis. Ya, salah satunya pasti ada yang menyimpan rasa pada akhirnya. Sebenarnya balik lagi ke masalah cinta. Cinta itu gak ada yang salah. Gak bisa ditentang juga. Tapi, alangkah baiknya mungkin rasa itu bisa dikendalilan dengan baik, sehingga tau nih apa yang harus kita perbuat dari perasaan yang kita punya.
Aku sendiri mungkin masih punya kekhawatiran terhadap teman-teman laki-laki. Siapa tau diantaranya aku memiliki rasa sama salah seorang. Tapi, balik lagi. Aku selalu berusaha untuk memaklumi diri sendiri, aku juga selalu berusaha untuk mengendalikan perasaan itu agar tersimpan dengan baik. Aku juga masih belajar akan hal itu supaya masih dalam koridornya.
Toh, lebih baik memendam lebih lama daripada harus bergegas tapi sia-sia. Iya kan? Sabar aja, jodoh gak akan ke mana. Daripada ngelakuin ini itu tapi teman kitanya jadi gak nyaman, kan jadi gaenak juga.
Jadi, yaaa.. gitu deh hehe. Intinya ini cuma opini seorang Aca tentang hubungan pertemanan lawan jenis. Jadi, pasti ada banyak perbedaan antata aku dan kamu dalam memandang hal ini. Menurutku pertemanan ini rasanya tidak mungkin untuk "baik-baik saja". Jadi, saranku tetap bertemanlah, tapi berilah koridor agar kita tetap pada jalannya. Belajar untuk tidak berlebihan dan belajar untuk saling menjaga dan mengendalikan perasaan masing-masing.
Semangat, pertemanan kita tidak salah, kok. Mungkin caranya aja yang bikin kita kurang nyaman. Yuk kita tilik lagi, sudah sejauh mana pertemanan kita sama si dia?🙂
#MenebarCahaya
2 Komentar
sepakat. ga ada pertemanan "murni" antara laki2 dan perempuan.
ReplyDeletejika salah satunya mengaku "ga ada rasa", maka siapa yg jamin satu-nya lagi ternyata "membawa rasa", bukan (?)
Iya, betul. Gak ada yang salah sama temenan, tapi harus bener2 di jaga. Kalau rasa itu sudah tumbuh, alangkah baiknya bisa mengendalikan dengan baik supaya nyaman dua-duanya.
DeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.