Teman Laki-Laki; Boy friend?


Halo, gais. Gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat, ya. Soalnya, belakangan ini lagi ramai lagi nih kasus covid omicron. Hampir setiap hari aku melihat postingan teman-teman yang sedang isolasi mandiri. Semoga yang sedang sehat jaga kesehatan, ya, dan yang sedang sakit disembuhkan dari penyakitnya. aamiin.

Kali ini, sebenarnya gak enak sih postingannya, soalnya berkaitan sama perasaan hehe. Tapi, gapapa deh ya, kalau ada yang tersinggung atau merasa postingan kali ini "kok kayak gue, ya?" maaf, ya. Semoga aja bisa menjadi sebuah jawaban atau pencerahan hehe.

Ceritanya gini, aku senang sekali punya teman. Itulah kenapa aku tidak menutup kemungkinan untuk berteman dengan siapa saja. Laki-laki atau perempuan, semua ada. Tapi, karena memang minimnya lingkungan dengan lawan jenis menyebabkan teman laki-lakiku lebih sedikit daripada teman perempuan. Ditambah lagi, sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu membuatku harus lebih teliti dalam memilih teman, khususnya laki-laki.

Nah, suatu ketika, aku menemukan seorang laki-laki yang aku kenal melalui media sosial. Sebenarnya dia teman kampusku, tetapi kami tidak pernah bertemu sebelumnya. Hanya kenal nama dari mulut ke mulut. Beberapa kali juga bertemu di acara kampus, namun tidak pernah bertegur sapa karena gak kenal. Jadi, kami dekatnya hanya dari media sosial atau secara virtual saja.

Suatu ketika, kami menjadi sering untuk berbagi cerita, masalah, diskusi, dll. Aku senang memiliki teman seperti dirinya. Namun, kesenangan itu lama-lama mengubahnya. Dan kalian tahu apa? Kayaknya dia suka, hmm..

"Kamu aja yang terlalu percaya diri, ca!"

Mungkin iya. Tapi, kalian pasti bisa menilai sendiri bagaimana ketika kita sudah mengenal seseorang, kemudian orang tersebut berubah sikapnya karena ada sesuatu. Pasti keliatan banget. Emang sih, beliau ini biasanya kalau bercanda suka bersinggungan dengan hal-hal sensitif; soal cinta, masa depan, dll. Tapi, ada bahasan-bahasan yang masih bisa aku bercandain balik. Ngerti kan ya maksudnya? Yaudah, pokoknya masih baik-baik aja kalau dibahas atau untuk "tidak diseriuskan".

Tapi, suatu hari setelah sudah lama gak chatting karena kesibukan masing-masing, sikapnya semakin mulai mencari perhatian. Lalu, tiba-tiba dia juga menanyakan hal-hal yang sebelumnya gak ada percakapan. Paham gak sih, rasanya gak pernah chatting lagi tapi tiba-tiba dichat dengan bahasan yang gak bisa kita jawab? Hahaha, aneh pokoknya rasanya. 

Saat itu, aku merasa "benar" dengan perasaanku belakangan itu; bahwa dia menyukaiku. 

Sejujurnya, selama ini menghargai dia karena dia juga menghargaiku untuk tidak suka denganku. Alias, kita benar-benar saling menghargai hanya karena pertemanan ini. Kukira hal itu benar adanya. Laki-laki dan perempuan bisa saling berteman tanpa adanya perasaan. Soalnya, perasaan terkadang bikin semuanya menjadi runyam.

Benar saja, setelah pertanyaan itu melayang di obrolan kami, dia menghilang. Entah karena malu, takut, atau merasa tidak enak. Sebab, saat itu aku menjawabnya dengan bercanda. Aku menunjukkan bahwa aku menghindar untuk membahas hal itu--pura-pura gak ngerti, padahal emang ngerti dan gamau bahas aja. Dan di saat yang sama juga aku tidak mau pertemanan yang selama ini terjalin jadi gak nyaman satu sama lain.

Dan benar saja, setelah itu terjadi, kita benar-benar menjadi tidak enak. Ternyata benar ya, laki-laki dan perempuan memang susah untuk menjaga hatinya dalam pertemanan. Wajar saja banyak yang tidak berhasil. Aku juga pernah bahas nih soal ini, yuk cek postingan ini!

Tapi, dengan postingan kali ini, aku mau meminta maaf untuk dia, dan untuk beberapa teman di luar sana yang mungkin pernah ada di posisi yang sama. Maaf kalau selama ini aku membatasi kalian untuk tidak menyukaiku, apalagi kalau tiba-tiba membahas ke bercandaan soal cinta, masa depan, atau lebih-lebih soal pernikahan. Rasanya hal itu sudah tak lagi etis untuk menjadi bahas bercandaan di usia sekarang.

Ditambah lagi, aku juga merasa tidak nyaman jika memiliki teman laki-laki yang diam-diam menyimpan perasaan, karena hal itu bikin aku canggung, merasa bersalah karena membiarkan sebuah kedekatan, atau lainnya. Itulah mengapa aku tiba-tiba pergi dan menjauh. 

Aku menjauh karena ingin menjaga hatimu dan diriku. Aku tidak ingin semua terjadi di luar kendali. Aku tidak mau memperkeruh pertemanan kita. Kalau kedekatan selama ini membuat harapan-harapan, aku minta maaf, karena itu mungkin tidak sengaja dilakukan. Semoga postingan kali ini cukup dimengerti, ya.

Terima kasih sudah bersabar dan mau berteman. Jangan biarkan harapan itu muncul berkepanjangan. Biar masa depan kita bisa sama-sama menyenangkan. Semangat, ya. Maaf. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

Apa kalian ada juga yang lagi di posisi seperti aku?

2 Komentar

  1. Sampai saat ini, gw masih pada prinsip dan pandangan bahwa, "laki-laki dan perempuan yang berteman dekat (apalagi bersahabat) sangat besar kemungkinan timbul perasaan suka (konotasi suka lawan jenis tentu). Singkat atau lama, cepat atau lambat"
    Karena, kita mungkin dapat 'menjaga' batas perasaan itu, tapi bagaimana dengan dia?
    Karena yang namanya perasaan, sering ga bisa milih akan condong dan jatuh ke mana, kan(?)
    Terlebih, ia letaknya di hati, bukan sekadar di lisan yang berbentuk pernyataan,"engga, kok. Gw juga ga ada rasa sama lu".

    Btw, sepakat sekali dengan kalimat terakhir dari paragraf ke 4 dari bawah.. wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey, dari gaya ngetiknya sepertinya Anda tidak asing, alias sering mampir ke sini wkwk, anw thanks!

      Soal konteks di atas, yup, gua juga setuju bahwa ternyata laki2 fan perempuan gakbisa berteman dekat apalagi jadi sahabat. Ditambah lagi kalo sahabatannya cuma berdua.

      Hahaha soal kalimat terakhir di paragraf 4 terakhir emang keluh kesah umur skrg gaksi? Ya soalnya becandaan suka sama siapa, kapan nikah, dsb udah gak enak bgt dibahas aja gitu wkwk. Gatau sih kalo org lain gmn haha

      Delete

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.