Merapikan Diri


Kata orang, sebelum kita akhirnya memutuskan untuk menerima orang lain dalam kehidupan kita, salah satu PR utama yang harus kita lakukan adalah merapikan diri. Jangankan menerimanya, bertemunya dalam waktu singkat juga perlu persiapa, bukan?

Kalau secara yang dzahir, mungkin kita perlu terlihat maksimal dengan senyum yang menawan, tubuh yang bersih dan wangi, pakaian yang terbaik, dsb. Begitupun dengan segala sesuatu yang tidak dzahir (tidak terlihat), tentu banyak hal yang harus kita benahi juga; seperti persiapan, mental, dan juga hati.

Aku menyadari bahwa persiapanku selama ini sudah cukup panjang. Aku memulainya sejak masih di bangku sekolah. Sempat terjatuh dalam lubang hitam membuatku banyak belajar untuk bangkit kembali kepada jalan Allah. Sebab, yang membuat kita sulit bukanlah bagaimana kita berada di jalan-Nya, tetapi bagaimana istiqomah selalu di sana.

Jika bagiku persiapan itu sudah cukup lama, mungkin bagi Allah semua belumlah cukup. Kata siap tentu gak akan bisa kita dapat sampai kapanpun. Tetapi, kita semua harus yakin bahwa akan ada titik di mana persiapan itu terasa siap, meski sebenarnya tidak benar-benar siap.

Tapi kalau dipikir-pikir, persiapanku tidak ada apa-apanya. Aku masih saja santai dan pasrah. Sementara, orang lain sudah melesat jauh di depan sana, meski usahanya dalam merapikan diri nyatanya tak terlihat di permukaan bumi. Betapa hebatnya mereka yang bisa menyembunyikan prosesnya, tetapi tidak berhenti berusaha menuju ke arah yang baik.

Usia-usia sepertiku kini adalah saat yang ramai dengan kisah percintaan remaja menuju dewasa: lamaran, tunangan, bahkan ada yang sudah punya anak. Kalau menilik kepada diriku sendiri, heeeyy.... Rasanya masih sangat jauh daripada itu. Aku bahkan gak tau bagaimana caranya menemukan kenalan lawan jenis yang baru, setelah sekian lama tidak pernah lagi punya teman lawan jenis.

Aku sempat meragu, bahwa sepertinya aku tidak bisa menggapai mimpiku untuk menikah di usia muda. Tapi, aku punya Allah yang serbai bisa. Kun fayakun. Aku percaya apa yang gak kita percaya pun bisa terjadi atas izin Allah. Aku cuma berharap waktu itu adalah waktu yang tepat ketika nanti aku bisa bertemu dengan pujaan hatiku.

Ya, tugas kita hanyalah merapikan diri terus menerus. Gak usah ngerasa cukup. Karena dalam belajar dan berproses, kita tidak kenal kalimat itu. Allah pasti tahu bagaimana usaha kita selama ini, sehingga yakinlah bahwa suatu saat nanti akan ada balasan dari buah kesabaran yang selama ini kita tanam.

Jazakumullah khair. Semoga celotehan ini bermanfaat walaupun dikit.

Aamiin.

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.