Aku Bukan Dokter Hewan


Suatu hari, aku berbincang dengan salah seorang teman lama. Obrolan kamu cukup panjang dan tak kenal waktu karena sudah lama tidak bertemu. Jadi, begitu banyak topik yang kami bicarakan pada saat itu.

Kemudian, ujung-ujungnya kami saling bertanya satu sama lain: "gimana soal jodoh?" 

Hahaha. Pertanyaan yang belum ada jawabannya sampai detik itu. Tapi, inilah topik yang sangat related dibicarakan oleh orang seumuran kami. Rasanya seru aja sih ngomongin jodoh walaupun gak tau siapa yang diomongin. 

Dari percakapan itu, tiba-tiba temanku itu menawarkanku untuk kenalan dengan seseorang. Awalnya sih aku terbuka saja akan sebuah pertemanan, gak mikirin nanti ujungnya bakal gimana. Yang penting buka aja relasi seluas-luasnya. Jadi, ketika tawaran itu muncul, aku langsung jawab "boleh".

Sejak saat itu, gak lama kemudian seseoang itu mengikutiku di instagram. Melihat notifnya, aku langsung mengikutinya balik. Di sanalah rasa penasaranku muncul dan mulai mencari tahu tentangnya. 

Sejujurnya, aku tidak berharap apa-apa. Hanya saja ingin tahu orangnya seperti apa. Yaa, cuma sekadar kepo sih. 

Temanku ini tadinya memang menawarkan kenalan atas dasar ingin mentaarufkan. Gak serius sih, ngomongnya masih basa basi aja waktu itu. Sampai suatu hari aku tahu satu fakta lain tentang lelaku itu. Apa? Ternyata dia maunya sama dokter hewan. 

Mendengar kabar itu, ada beberapa hal yang aku rasakan. 

Pertama, aku ngerasa mewajarkan itu, karena orang yang dikenalkan padaku itu adalah seorang yang bekerja di dunia hewan. Pantas saja dia butuh aeorang dokter hewan untuk melengkapi hidupnya nanti. Sah sah saja seseorang jika punya kriteria tertentu dalam mencari pasangan hidup. 

Kedua, tapi karena pernyataan itu, sejujurnya aku jadi sedih dan insecure. Terlebih ngerasa "Yah, gue bukan dokter hewan." Ya, padahal gak berharap sih waktu itu. Kenal aja baru. Tapi, gak tau kenapa aku langsung berkaca diri.

Yah, aku cuma lulusan jurnalis.
Ya, aku cuma lulusan D3. 
Yah, aku mah sederhana. 

Pernyataan terakhir sih yang bikin insecure juga. Seseorang ini adalah orang terpandang yang punya jabatan, 'orang punya', dan baru hijrah in shaa Allah. Rasanya ngerasa gak pantes dengan aku yang butiran debu ini wkwk.

Tapi, di satu sisi, aku merasa bahwa gak salah kok dia punya selera atau kriteria tertentu. Tapi, aku juga gak salah ketika kondisiku seperti ini. Aku gak seharusnya insecure dengan apa yang aku punya dan dengan apa yanh dia punya. 

Kalau memang jodoh, pasti Allah dekatkan dan mudahkan. Toh, latar belakang memang penting, tapi bukan hal utama yang harus dipikirkan sedemikian rumit. Kalau memang jodoh, seharusnya bisa saling menerima lebih dan kurangnya, sih.

Kalau memang nyatanya bukan jodoh, gapapa. Ikhlaskan saja. Memang kadang apa yang kita rencanakan kan gak sesuai dengan realitasnya. Bisa jadi, yang terbaik untuknya memang seorang dokter hewan. Tapi, bisa jadi bukan juga. Bukan dokter hewan, dan bukan aku. 

Begitulah nyatanya sebuah takdir. Gak ada yang tau. Intinya sih gak perlu banyak berharap yang aneh-aneh. Semoga Allah mudahkan jalan bertemu jodohnya masing-masing ya. Aamiin. 

Dahlah, mau cerita itu aja hihi

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.